Nabi Adam AS
Manusia pertama dicipta.
Manusia pertama di dunia, moyang kepada seluruh umat manusia. Diciptakan dari tanah oleh Allah SWT, dan kemudian ditiupkan roh ke dalamnya. Semua makhluk di syurga bersujud kepadanya atas perintah Allah SWT, hanya iblis yang menolak, kerana iblis merasa dirinya yang diciptakan dari api lebih tinggi darjatnya dari Nabi Adam.
Sebagai akibatnya, Allah SWT mengusir iblis dari syurga dan melaknatnya sampai hari pembalasan. Sejak itu iblis bersumpah untuk sentiasa menyesatkan Adam dan keturunannya hingga hari kiamat nanti, sebagai balasan bagi Adam yang dianggapnya telah menyebabkan ia terusir dari syurga.
Kisah penciptaan Adam, pembangkangan iblis, dan pengusiran iblis dari syurga dinyatakan dalam surah Al-Baqarah: 30-38, Al-A'râf: 11-18, dan Shâd: 73-83.
Larangan buah Khuldi
Setelah Nabi Adam AS kesunyian tinggal seorang diri di syurga, kemudian Allah SWT menciptakan Hawa sebagai isterinya. Iblis tak henti-henti menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi, satu-satunya buah yang dilarang Allah SWT untuk dimakan di dalam syurga.
Godaan iblis ini berhasil, kerana akhirnya Adam dan Hawa memakan buah itu. Meskipun sudah menyatakan taubat dan Allah SWT pun sudah menerima taubat mereka, namun mereka berdua harus keluar dari syurga, dan diturunkan ke bumi. Kisah pelanggaran terhadap larangan buah khuldi, dan diturunkannya Adam dan Hawa ke bumi terdapat dalam surah Al-A'râf: 19-25 dan Thaha: 123.
Kisah Anak-anak Adam
Di bumi pasangan Adam dan Hawa bekerja keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda.
Setelah keempat anaknya dewasa, Nabi Adam AS mendapat petunjuk agar menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.
Namun Qabil menolak karena Iqlima lebih cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan ini kepada Allah SWT, dan Allah SWT memerintahkan kedua putera Nabi Adam untuk berkorban. Siapa yang korbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya.
Untuk korban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di antara haiwan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling buruk dari gandum yang dimilikinya. Allah SWT menerima korban dari Habil, dengan demikian Habil berhak menentukan pilihannya.
Pembunuhan pertama di Bumi
Qabil tidak puas dengan kejadian ini. Atas hasutan iblis ia lalu membunuh Habil. Inilah pembunuhan pertama yang terjadi sepanjang sejarah hidup manusia.
Setelah saudaranya meninggal, Qabil merasa bingung mengenai apa yang harus ia lakukan terhadap jenazah saudaranya itu. Allah SWT tidak ingin mayat hamba-Nya yang saleh tersia-sia.
Ia memberikan contoh kepada Qabil melalui perilaku burung yang menggali tanah untuk mengubur mayat lawannya yang kalah dalam pertarungan.
Qabil pun meniru perilaku burung tsb dan menguburkan jenazah Habil. Kisah putera-puteri Nabi Adam AS ini terdapat dalam QS surah Al-Mâ'idah: 27-32.
Nabi Idris AS
Nabi yang pandai menulis, menjahit, mengetahui ilmu binatang, dan menunggang kuda. Nabi Idris AS diutus kepada anak cucu Qabil yang durhaka kepada Allah SWT. Ia merupakan keturunan ke-6 Nabi Adam AS.
Ia termasuk salah seorang nabi yang sabar dan taat beribadah. Menurut beberapa riwayat, Nabi Idris AS hidup di Mesir. Ia berdakwah mengajarkan tauhid dan beribadah menyembah Allah SWT.
Ketika Nabi Muhammad SAW melakukan isra mi'raj, Nabi Idris AS dijumpai di langit ke-6 dan memberi salam kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam Al Quran terdapat 2 ayat yang menyebutkan tentang Nabi Idris AS, yaitu surah Maryam ayat 56 dan 57.
Nabi Nuh AS
Setelah berabad-abad berlalu dari masa Nabi Idris, dan moral manusia sudah terlalu jauh menyimpang dari kebenaran, Allah SWT menurunkan seorang nabi bernama Nuh. Ia merupakan keturunan ke-9 dari Nabi Adam AS.
Ia diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 480 tahun. Ia menjalankan misinya selama lima abad dan meninggal dalam usia 950 tahun. Nabi Nuh terkenal sebagai nabi yang fasih berbicara, bijaksana, dan sabar dalam menjalankan tugas risalahnya. Namun demikian, ia hanya mendapatkan pengikut antara 70 sampai 80 orang, itu pun hanya dari kalangan orang-orang lemah.
.
Perahu Nabi Nuh
.
Melihat kaumnya yang keras kepala, Nabi Nuh AS berdoa kepada Allah SWT supaya kaumnya itu diberi pengajaran. Allah SWT mengabulkan doa Nabi Nuh AS dan memerintahkan ia dan pengikutnya untuk membuat perahu. Segeralah Nabi Nuh AS dan pengikutnya membuat perahu di atas bukit. Kaumnya yang keras kepala, termasuk seorang anaknya yang bernama Kana'an, terus mengolok-olok perbuatan Nabi Nuh AS dan kaumnya ini. Di antara mereka bahkan ada yang berani buang kotoran di dalam kapal yang belum selesai dibuat itu ketika Nabi Nuh dan pengikutnya sedang tidak ada disana.
Namun akibatnya perut mereka yang buang kotoran itu menjadi sakit. Tak seorang pun bisa menyembuhkannya. Dengan merengek-rengek mereka meminta Nabi Nuh untuk mengobatinya. Nabi Nuh hanya menyuruh mereka membersihkan kapal yang mereka kotori, setelah itu mereka pun sembuh dari sakit perutnya. Setelah perahu Nabi Nuh AS selesai, Nabi Nuh mengajak seluruh pengikutnya naik ke atas kapal. Nabi Nuh juga membawa seluruh jenis binatang masing-masing sepasang untuk tiap jenis. Ini supaya kelak jenis hewan tsb bisa berkembang biak kembali dan tidak ikut punah.
Setelah itu, azab Allah SWT berupa banjir besar yang dahsyat menghanyutkan seluruh kaumnya. Putra Nabi Nuh AS, Kana'an, termasuk di antara mereka. Dari atas geladak kapal, didorong oleh hati kecilnya, Nabi Nuh AS berteriak memanggil anaknya dan menyuruhnya bertobat, namun Kana'an tetap menolak sehingga akhirnya ia pun tenggelam. Nabi Nuh AS sangat bersedih dan menyesali sikap putranya yang tetap keras kepala sampai saat terakhir menjelang ajalnya. Ia menyampaikan kegundahan perasaannya ini pada Allah SWT. Namun Allah SWT memberinya peringatan, bahwa meskipun putranya itu adalah keturunannya sendiri, tapi ia termasuk kafir karena mengingkari ajarannya.
Setelah kaum yang durhaka itu musnah, azab Allah SWT pun berhenti. Kapal Nabi Nuh AS tertambat di sebuah bukit. Kisah Nabi Nuh AS termuat di Al Qur'an dalam 43 ayat, 28 ayat diantaranya terdapat dalam surat Nuh.
Nabi Hud AS
Nabi Hud AS turun di tengah-tengah kaum Aad yang terkenal memiliki fisik tegar dan berotot kuat. Namun moral mereka sangat buruk, di antara mereka berlaku hukum rimba, siapa kuat, dialah yang menang. Kaum ini hidup di negeri Ahqaf, yaitu antara Yaman dan Umman. Mereka adalah kaum penyembah berhala-berhala bernama Shamud, Shada, dan Al Haba.
Kejahatan dan kemaksiatan mereka benar-benar keterlaluan. Nabi Hud adalah seorang yang berlapang dada, berbudi tinggi, pengasih, penyantun, sabar namun cerdas dan tegas. Beliau adalah keturunan Sam bin Nuh AS, putra Nabi Nuh. Beliau diutus ke tengah-tengah kaumnya untuk menegakkan kembali ajaran yang benar. Namun imbauan Nabi Hud AS agar kaumnya sadar dan melangkah di jalan Allah tidak diindahkan, sehingga Allah SWT menurunkan azab dalam 2 tahap.
Tahap pertama berupa kekeringan yang hebat. Nabi Hud AS berusaha meyakinkan mereka bahwa itu adalah azab Allah dan akan dicabut jika mereka bertobat dan beriman kepada Allah SWT. Kaum Aad tetap tidak percaya sehingga turunlah azab kedua berupa bencana angin topan yang dahsyat selama 7 malah 8 hari yang memusnahkan semua ternak dan tanaman.
Bencana itu membinasakan kaum Aad yang congkak. Hanya Nabi Hud AS dan kaumnya yang selamat dari azab tsb. Dalam Al Qur'an, kisah Nabi Hud AS terdapat dalam 68 ayat yang tertera dalam 10 surat, diantaranya surat Hûd: 50-60.
Nabi Saleh AS
Nabi Saleh AS, menurut silsilah, beliau adalah putra dari 'Ubaidah bin Tsamud bin 'Amir bin Iram bin Sam bin Nuh AS. Ia diutus ke tengah-tengah bangsa Tsamud yang hidup di bekas reruntuhan kaum Aad. Bangsa Tsamud ternyata lebih pandai daripada kaum Aad. Setelah kaum Aad binasa, negeri mereka menjadi tandus dan kering. Kemudian negeri ini dibangun kembali oleh kaum Tsamud, sehingga bagai disulap menjadi negeri yang hijau dan makmur. Akan tetapi seperti kaum pendahulunya, kaum Tsamud pun menjadi sombong dan lupa diri. Hukum rimba berlaku lagi, mereka yang kuat menekan mereka yang lemah. Mereka pun tidak mau mendengarkan dakwah Nabi Saleh AS.
Mukjizat Nabi Saleh AS
Kaum Tsamud menantang Nabi Saleh AS menunjukkan mukjizat yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Menghadapi tuntutan yang demikian, tak ada jalan lain bagi Nabi Saleh kecuali memohon kepada Allah SWT agar memberikan mukjizat kepadanya. Allah mengabulkan doanya. Nabi Saleh AS kemudian mengajak kaumnya pergi ke kaki gunung. Orang-orang itu mengikuti ajakan Nabi Saleh, tapi sebenarnya bukan karena mereka mempercayai Nabi Saleh, melainkan karena mereka berharap agar Nabi Saleh tak dapat mengeluarkan mukjizat, dengan demikian mereka dapat mengolok-olok dan menghina Nabi Saleh. Tetapi betapa terkejutnya orang-orang kafir itu.
Tak lama setelah mereka berkumpul di kaki gunung, muncullah seekor unta betina dari perut sebuah batu karang besar. Unta itu besar dan gemuk, belum pernah mereka melihat unta sebagus itu. Nabi Saleh kemudian berpesan pada kaumnya, "Inilah unta mukjizat dari Tuhanku. Unta ini boleh kalian peras susunya setiap hari. Susunya tidak akan habis-habis. Tetapi perhatikan pesanku, unta ini harus dibiarkan berkeliaran bebas, tak seorang pun boleh mengganggunya. Unta ini berhak meminum air di sumur, bergantian dengan penduduk. Jika hari ini unta ini minum, maka tak seorang pun dari penduduk boleh mengambil air sumur. Sebaliknya esok harinya, para penduduk boleh mengambil air sumur dan unta ini tidak minum air itu sedikit pun juga." Kedurhakaan kaum Tsamud
Tetapi rupanya keberadaan unta yang membawa berkah air susu ini membuat orang-orang kafir menjadi iri kepada Nabi Saleh. Mereka lalu mengadakan sayembara, siapa yang berani membunuh unta Nabi Saleh akan mendapatkan hadiah berupa gadis cantik. Tersebutlah dua orang pemuda yang nekad mengikuti sayembara ini. Mereka sudah sepakat akan menikmati hadiah gadis cantik itu bersama-sama. Sungguh mesum niat kedua pemuda ini. Demikianlah ketika unta itu baru saja minum di salah satu sumur penduduk, salah seorang dari pemuda itu melepaskan anak panah, tepat mengenai kaki unta. Unta itu berlari kesakitan, namun pemuda yang seorang lagi yang sudah siap dengan golok di tangan segera menghabisi unta itu. Mereka berhasil membunuh unta itu, dan memperoleh hadiah yang sudah dijanjikan. Setelah unta itu mati, orang-orang kafir merasa lega.
Mereka dengan berani menantang Nabi Saleh, "Hai Saleh, unta yang kau banggakan itu sekarang sudah kami bunuh. Kenapa tidak ada balasan siksa bagi kami? Kalau kau memang utusan Allah, tentunya kau dapat mendatangkan siksa yang kau ancamkan kepada kami!"
Berkata Nabi Saleh, "Kalian benar-benar telah berbuat dosa. Sekarang kalian boleh bersenang-senang selama 3 hari. Sesudah lewat 3 hari, maka datanglah ancaman yang dijanjikan Allah kepadamu." Waktu 3 hari itu sebenarnya adalah kesempatan bagi bangsa Tsamud untuk bertobat, tetapi mereka malah mengejek Nabi Saleh dan menganggapnya hanya membual. Belum sampai 3 hari mereka datang lagi kepada Nabi Saleh dan berkata, "Hai Saleh, kenapa tidak kau percepat datangnya siksa itu kepada kami?"
Nabi Saleh menjawab, "Wahai kaumku, mengapa kalian meminta disegerakan datangnya siksa? Bukan malah meminta kebaikan? Mengapa kalian tidak meminta ampun kepada Allah, semoga kalian diberi ampun." Azab bagi kesombongan Kaum Tsamud
Diam-diam orang-orang kafir itu merasa takut. Bukankah ucapan Nabi Saleh selalu terbukti kebenarannya? Bagaimana kalau siksa itu benar-benar datang kepada mereka?
Maka untuk mencegah datangnya siksa itu, sehari sebelum waktu yang dijanjikan, mereka mengadakan rapat gelap. Mereka bermaksud membunuh Nabi Saleh agar siksa itu tak jadi diturunkan. Sungguh bodoh akal mereka dan sungguh keji tindakan mereka. Apakah mereka mengira siksaan Allah dapat dibatalkan hanya karena mereka membunuh utusan-Nya?
Maha Suci Allah yang Maha Pengasih, Dia melindungi hamba-Nya, Nabi Saleh AS. Beliau selamat dari rencana pembunuhan yang keji itu. Sedang untuk kaum Tsamu sendiri, akibat kedurhakaan mereka, Allah SWT menurunkan azab yang sangat mengerikan. Bangsa Tsamud disambar petir yang meledak dan menggelegar membelah angkasa. Bumi juga ikut murka atas kesombongan bangsa yang ingkar itu.
Gempa yang dahsyat telah menghancurkan dan memporak-porandakan tempat tinggal mereka yang megah dan besar. Sebelum azab diturunkan, atas kuasa Allah Nabi Saleh AS dan keluarnya mengungsi ke Ramlah, sebuah tempat di Palestina. Kisah Nabi Saleh AS termuat di Al Qur'an dalam 73 ayat yang tersebar di 11 surat, diantaranya surat Al-A'râf: 73-79, Hûd: 61-68, dan Al-Qamar: 23-32.
Nabi Ibrahim AS
Ibrahim dilahirkan di Babylonia, bagian selatan Mesoptamia (sekarang Irak). Ayahnya bernama Azar, seorang ahli pembuat dan penjual patung. Nabi Ibrahim AS dihadapkan pada suatu kaum yang rusak, yang dipimpin oleh Raja Namrud, seorang raja yang sangat ditakuti rakyatnya dan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Sejak kecil Nabi Ibrahim AS selalu tertarik memikirkan kejadian-kejadian alam. Ia menyimpulkan bahwa keajaiban-keajaiban tsb pastilah diatur oleh satu kekuatan yang Maha Kuasa.
Semakin beranjak dewasa, Ibrahim mulai berbaur dengan masyarakat luas. Salah satu bentuk ketimpangan yang dilihatnya adalah besarnya perhatian masyarakat terhadap patung-patung. Nabi Ibrahim AS yang telah berketetapan hati untuk menyembah Allah SWT dan menjauhi berhala, memohon kepada Allah SWT agar kepadanya diperlihatkan kemampuan-Nya menghidupkan makhluk yang telah mati. Tujuannya adalah untuk mempertebal iman dan keyakinannya. Allah SWT memenuhi permintaannya.
Atas petunjuk Allah SWT, empat ekor burung dibunuh dan tubuhnya dilumatkan serta disatukan. Kemudian tubuh burung-burung itu dibagi menjadi empat dan masing-masing bagian diletakkan di atas puncak bukit yang terpisah satu sama lain. Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk memanggil burung-burung tsb. Atas kuasa-Nya, burung yang sudah mati dan tubuhnya tercampur itu kembali hidup. Hilanglah segenap keragu-raguan hati Ibrahim AS tentang kebesaran Allah SWT. Ibrahim menghancurkan berhala kaum Babylonia
Orang pertama yang mendapat dakwah Nabi Ibrahim AS adalah Azar, ayahnya sendiri. Azar sangat marah mendengar pernyataan bahwa anaknya tidak mempercayai berhala yang disembahnya, bahkan mengajak untuk memasuki kepercayaan baru menyembah Allah SWT. Ibrahim pun diusir dari rumah. Ibrahim merencanakan untuk membuktikan kepada kaumnya tentang kesalahan mereka menyembah berhala. Kesempatan itu diperolehnya ketika penduduk Babylonia merayakan suatu hari besar dengan tinggal di luar kota selama berhari-hari. Ibrahim lalu memasuki tempat peribadatan kaumnya dan merusak semua berhala yang ada, kecuali sebuah patung yang besar.
Oleh Ibrahim, di leher patung itu dikalungkan sebuah kapak. Mukjizat Allah: Api menjadi dingin
Akibat perbuatannya ini, Ibrahim ditangkap dan diadili. Namun ia menyatakan bahwa patung yang berkalung kapak itulah yang menghancurkan berhala-berhala mereka dan menyarankan para hakim untuk bertanya kepadanya. Tentu saja para hakim mengatakan bahwa berhala tidak mungkin dapat ditanyai. Saat itulah Nabi Ibrahim AS mengemukakan pemikirannya yang berisi dakwah menyembah Allah SWT. Hakim memutuskan Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai hukumannya.
Saat itulah mukjizat dari Allah SWT turun. Atas perintah Allah, api menjadi dingin dan Ibrahim pun selamat. Sejumlah orang yang menyaksikan kejadian ini mulai tertarik pada dakwah Ibrahim AS, namun mereka merasa takut pada penguasa. Langkah dakwah Nabi Ibrahim AS benar-benar dibatasi oleh Raja Namrud dan kaki tangannya. Karena melihat kesempatan berdakwah yang sangat sempit, Ibrahim AS meninggalkan tanah airnya menuju Harran, suatu daerah di Palestina. Di sini ia menemukan penduduk yang menyembah binatang. Penduduk di wilayah ini menolak dakwah Nabi Ibrahim AS. Ibrahim AS yang saat itu telah menikah dengan Siti Sarah kemudian berhijrah ke Mesir. Di tempat ini Nabi Ibrahim AS berniaga, bertani, dan beternak. Kemajuan usahanya membuat iri penduduk Mesir sehingga ia pun kembali ke Palestina. Ibrahim menikahi Siti Hajar
Setelah bertahun-tahun menikah, pasangan Ibrahim dan Sarah tak kunjung dikaruniai seorang anak. Untuk memperoleh keturunan, Sarah mengizinkan suaminya untuk menikahi Siti Hajar, pembantu mereka. Dari pernikahan ini, lahirlah Ismail yang kemudian juga menjadi nabi. Ketika Nabi Ibrahim AS berusia 90 tahun, datang perintah Allah SWT agar ia meng-khitan dirinya, Ismail yang saat itu berusia 13 tahun, dan seluruh anggota keluarganya. Perintah ini segera dijalankan Nabi Ibrahim AS dan kemudian menjadi hal yang dijalankan nabi-nabi berikutnya hingga umat Nabi Muhammad SAW. Allah SWT juga memerintahkan Ibrahim AS untuk memperbaiki Ka'bah (Baitullah). Saat itu bangunan Ka'bah sebagai rumah suci sudah berdiri di Mekah.
Bangunan ini diperbaikinya bersama Ismail AS. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah ayat 127. Ibrahim AS adalah nenek moyang bangsa Arab dan Israel. Keturunannya banyak yang menjadi nabi. Dalam riwayat dikatakan bahwa usia Nabi Ibrahim AS mencapai 175 tahun. Kisah Nabi Ibrahim AS terangkum dalam Al Qur'an, diantaranya surat Maryam: 41-48, Al-Anbiyâ: 51-72, dan Al-An'âm: 74-83.
Nabi Luth AS
Nabi Luth AS adalah kemenakan Nabi Ibrahim AS. Ketika Nabi Ibrahim AS berhijrah dari kota Harran menuju Palestina bersama istri dan para pengikutnya, Luth bin Harun ikut bersama mereka. Ibrahim bersama Luth kemudian menuju Mesir di saat musibah kelaparan melanda Palestina. Setelah musibah itu mereda, mereka kembali dari Mesir dengan membawa ternak yang diberikan raja Mesir kepada mereka. Berhubung padang rumput yang ada tidak mencukupi bagi ternak yang banyak itu, maka sering timbul pertikaian antara gembala-gembala Ibrahim dan gembala-gembala Luth.
Untuk mengatasi pertikaian ini, Ibrahim kemudian menawarkan kepada Luth memilih tempat lain untuk menggembalakan ternaknya. Luth memilih Yordania, dimana disana terdapat dua kota, yaitu Sadum dan Gomorrah, dan Luth menetap di kota Sadum. Moral penduduk kota Sadum luar biasa rusaknya. Mereka melakukan berbagai kejahatan, seperti merampok, berzina, dan yang paling parah dan belum pernah dilakukan oleh seorang pun di antara anak-anak Adam, mereka memuaskan nafsu seksual dengan sesama jenis. Nabi Luth AS berdakwah untuk memerangi kezaliman itu. Namun ia tidak berhasil, bahkan istrinya termasuk orang yang melakukan penyimpangan kaumnya itu. Kebiadaban kaum Luth AS digambarkan dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabût: 28-29. Beberapa malaikat
Nabi Luth AS kemudian berdoa kepada Allah SWT agar kaumnya diberi azab. Menurut Nabi Luth AS, itulah satu-satunya cara untuk membasmi umatnya agar akhlak yang rusak itu tidak menyebar ke umat-umat di wilayah lain, disamping sebagai pelajaran bagi umat di sekelilingnya. Doa Luth terkabul. Beberapa malaikat datang ke rumah Ibrahim AS sebagai tamu yang menyamar dalam bentuk pemuda-pemuda. Mereka memberitakan pada Ibrahim bahwa mereka akan membinasakan penduduk Kota Sadum disebabkan pembangkangan mereka terhadap Nabi Luth AS dan perbuatan-perbuatan keji mereka. Ibrahim sangat terkejut mendengar berita ini, karena disana terdapat putera saudaranya, yaitu Luth. Namun para malaikat itu mengatakan, "Kami tahu bahwa di sana terdapat Luth, dan bahwa kebinasaan tidak terjadi kecuali atas orang-orang kafir yang tidak beriman kepada Allah.
Adapun Luth dan keluarganya serta para pengikutnya, mereka itu pasti akan selamat, kecuali istrinya yang akan ditimpa siksaan seperti orang-orang kafir, dan kedudukannya sebagai istri Luth tidak bisa menyelamatkannya, karena buruk perbuatannya disamping ia mengkhianati suaminya serta terus membangkang dan berada dalam kekafiran". Kisah kedatangan para malaikat kepada Ibrahim AS ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabût: 30-32. Malaikat bertamu ke rumah Luth
Para malaikat itu meninggalkan Ibrahim dan pergi ke kota Sadum. Mereka datang ke rumah Luth yang tidak mengetahui siapa sebenarnya para tamunya yang berwajah tampan itu. Hati Luth sangat cemas, karena ia khawatir tamu-tamunya itu akan diperkosa oleh kaumnya.
Tersebar berita di antara kaum Luth tentang kedatangan tamu-tamu yang tampan di rumah Luth, maka segeralah mereka datang ke sana dengan maksud berbuat maksiat. Untuk melindungi para tamunya, Luth AS berusaha membujuk mereka dengan menawarkan putri-putrinya untuk dinikahi dengan syarat mereka tidak mengganggu tamu-tamunya. Namun kaum Luth tetap bersikeras melaksanakan niat mereka. Ketika mereka tetap pada pendiriannya, maka malaikat-malaikat itu membutakan mata mereka hingga gagallah upaya mereka dalam keadaan terhina. Para malaikat itu pun akhirnya mengungkapkan kepada Luth tentang siapa mereka sebenarnya dan memberitahunya bahwa mereka datang untuk membinasakan kaumnya setelah membutakan mata mereka hingga mereka tak dapat menyelamatkan diri.
Adapun untuk Luth AS dan pengikutnya, para malaikat memerintahkan mereka untuk meninggalkan desanya di malam hari, karena azab Allah akan diturunkan di waktu subuh. Dan janganlah seorang pun di antara mereka menoleh ke belakang agar tidak melihat siksaan yang akan terjadi. Kisah kedatangan para malaikat ke rumah Luth dan perbuatan kaum Luth diceritakan dalam Al-Qur'an surat Hûd: 77-81, Al-Ankabût: 33-34, dan Al-Qamar: 37. Azab Allah terhadap kaum Luth AS
Di waktu subuh, turunlah azab yang amat dahsyat berupa bencana alam yang sangat mengerikan. Tanah desa tempat tinggal kaum Luth menjadi rendah dan turunlah hujan batu dari tanah keras menimpa mereka secara berturut-turut hingga mereka binasa. Hanya Nabi Luth AS dan kedua putrinya, serta para pengikutnya yang beriman, yang selamat dari bencana tsb.
Siksa Allah telah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim dan fasik. Kisah azab terhadap kaum Nabi Luth AS terdapat dalam surat Al Anbiyâ: 74-75, Hûd: 82-83, dan Al-Qamar: 33-38.
Daerah yang ditimpa siksaan atas kaum Nabi Luth AS adalah daerah yang kita kenal sekarang sebagai Laut Mati atau Danau Luth.
Nabi Ismail AS
Nabi Ibrahim mengasingkan Hajar dan anaknya
Dengan kelahiran bayi Ismail, Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim AS, berangsur-angsur merasa cemburu sehingga ia meminta kepada suaminya agar memindahkan Hajar dan anaknya ke suatu tempat yang jauh. Atas wahyu dari Allah SWT, Ibrahim AS memenuhi kehendak istrinya. Ia kemudian memindahkan Hajar dan bayinya ke tengah padang pasir di Mekah, dekat sebuahbangunan suci yang kemudian dikenal sebagai Ka'bah. Ia kemudian meninggalkan keduanya di tempat itu karena harus kembali ke Palestina untuk menemui Sarah. Dalam perjalanan pulang itu Ibrahim tak henti-hentinya memanjatkan doa memohon keselamatan bagi istri dan putra yang ditinggalkannya. Mukjizat Air Zamzam
Setelah makanan yang ditinggalkan habis, Hajar bersusah payah mencari air. Atas pertolongan Allah SWT melalui malaikat Jibril, tiba-tiba di dekat Ismail muncul sebuah mata air yang bening. Mata air itulah yang dikenal sebagai sumur zamzam dan masih ada hingga saat ini. Ismail yang sudah beranjak remaja sangat menggembirakan hati Ibrahim, namun kegembiraan itu tiba-tiba buyar karena perintah Allah SWT lewat mimpinya yang meminta agar anak kesayangannya itu disembelih. Mula-mula Ibrahim sangat sedih menerima mimpi itu, namun sebagai orang yang saleh dan taat ia berniat menjalankan perintah Allah SWT tsb dan kemudian menyampaikan berita itu kepada putranya. Tanpa ragu, Ismail meminta ayahnya untuk melaksanakan perintah itu.
Pada akhirnya, ketika hal tsb dilaksanakan, Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor kambing. Peristiwa ini selalu diperingati setiap tahun dengan anjuran menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha. Nabi Ismail AS menikah dengan seorang anak pendatang baru di kawasan sumur zamzam. Anak itu berasal dari suku Jurhum. Ia kemudian menjadi penjaga sumur zamzam yang semakin hari semakin ramai dikunjungi orang. Menurut riwayat, Nabi Ismail AS meninggal dalam usia 137 tahun. Kisah Nabi Ismail AS yang tidak bisa dilepaskan dari kisah Nabi Ibrahim AS diceritakan di Al Qur'an dalam 30 ayat yang tersebar dalam 5 surat, diantaranya adalah surat Ibrâhîm: 35-40, dan Al-Baqarah: 124-129.
Nabi Ishaq AS
Nabi Ishaq AS adalah salah satu putra Nabi Ibrahim AS dari istrinya yang bernama Sarah. Ishaq adalah kata dalam bahasa Ibrani yang berarti tertawa. Dalam Al Qur'an dikisahkan bahwa Sarah tertawa ketika mendapat keterangan bahwa dirinya akan memperoleh seorang anak laki-laki, sementara usianya sudah sangat lanjut, yaitu 90 tahun.
Tatkala Ibrahim merasa ajalnya hampir tiba, Ishaq belum menikah. Ibrahim tidak ingin menikahkan ia dengan wanita Kana'an yang tidak mengenal Allah dan asing di dalam keluarganya. Oleh sebab itu ia menugaskan seorang pelayan agar pergi ke Harran, Irak, dan membawa seorang perempuan dari keluarganya. Perempuan itu adalah Rafqah binti Batuwael bin Nahur. Nahur adalah saudara Ibrahim AS, sehingga Rafqah adalah putri kemenakan Ibrahim AS.
Perempuan itu kemudian dinikahkan dengan Ishaq. Setelah 20 tahun menikah, Ishaq dikaruniai 2 anak kembar, yang pertama diberi nama Al-Aish, yang kedua keluar dengan memegangi kaki saudaranya sehingga ia diberi nama Ya'qub. Nabi Ishaq AS meninggal dalam usia 180 tahun dan dimakamkan di gua tempat ayahnya, Nabi Ibrahim AS, dimakamkan, yaitu di kota Al-Khalil. Kisah Nabi Ishaq AS terdapat di Al Qur'an dalam surat Hûd: 69-74, Maryam: 49, dan As-Saffât: 112-113.
Nabi Yaakub AS
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Nabi Ya'qub AS adalah putra Nabi Ishaq AS, dan ia memiliki saudara kembar bernama Aish. Ayahnya lebih menyayangi Aish saudaranya karena ia lahir lebih dulu, sedang ibunya lebih menyayanginya karena ia lebih kecil. Ketika usianya sudah sangat lanjut, Nabi Ishaq tak dapat melihat lagi. Ia sering dilayani oleh Aish yang pandai berburu dan sering mendapatkan kijang. Sedang Ya'qub sangat pendiam dan lebih senang berada di rumah mempelajari ilmu-ilmu agama. Perselisihan Ya'qub AS dengan saudaranya
Suatu hari, Ishaq menginginkan suatu makanan, ia meminta Aish untuk mengambilkannya. Namun atas suruhan ibunya, Ya'qublah yang lebih dulu mengambilkan makanan itu untuknya. Setelah Ya'qub melayaninya, Ishaq lalu mendoakannya, "Mudah-mudahan engkau menurunkan nabi-nabi dan raja-raja."
Doa nabi adalah doa yang mustajab, dan memang kita ketahui dalam sejarah bahwa keturunan Ya'qub kelak akan melahirkan banyak para nabi dan raja. Aish yang mengetahui bahwa saudaranya telah mendapat doa yang baik dari ayahnya menjadi iri. Ia pun marah dan bahkan mengancam akan membunuh Ya'qub supaya keturunannya tidak ada yang menjadi nabi dan raja.
Mengetahui hal ini, Rafqah kemudian menyuruh Ya'qub agar mengungsi ke tempat pamannya, Laban bin Batwil, di kota Harran, Irak. Dalam perjalanan ke rumah pamannya, Ya'qub tidak berani berjalan di siang hari karena takut akan ditemukan dan disiksa oleh saudaranya. Ia hanya berani berjalan di malam hari, sedang bila tiba waktu siang ia beristirahat. Oleh sebab itulah ia juga dikenal dengan nama Israil, yang artinya berjalan di malan hari. Kelak keturunannya pun dikenal dengan nama Bani Israil. Keturunan Ya'qub AS
Laban memiliki dua orang puteri, yang pertama bernama Leah, dan yang kedua bernama Rahel. Sebenarnya Ya'qub ingin menikah dengan Rahel, karena ia lebih cantik. Akan tetapi Laban mengatakan bahwa bukanlah kebiasaan mereka menikahkan yang kecil sebelum yang besar. Jika Ya'qub ingin menikahi Rahel maka ia harus menikahi Leah lebih dahulu, kemudian bekerja selama 7 tahun kepada Laban agar dapat meminang Rahel.
Saat itu hukum menikahi dua gadis sekandung diperbolehkan. Kepada masing-masing puterinya, Laban memberi seorang sahaya perempuan. Kepada Leah ia memberikan sahaya perempuan bernama Zulfa, dan kepada Rahel ia memberikan sahaya perempuan bernama Balhah. Leah dan Rahel kemudian memberikan sahaya mereka untuk diperistri pula oleh Ya'qub, sehingga istri Ya'qub menjadi 4 orang.
Dari keempat istrinya ini Ya'qub AS memperoleh 12 orang anak lelaki.
Dari istrinya Leah, ia dikaruniai Ruben, Syam'un, Lewi, Yahuda, Yasakir, dan Zabulon.
Dari istrinya Rahel, ia dikaruniai Yusuf dan Bunyamin.
Dari istrinya Balhah, ia dikaruniai Daan dan Naftali.
Dari istrinya Zulfa, ia dikarunian Jaad dan Asyir. Putra-putra Ya'qub inilah yang merupakan cikal bakal lahirnya Bani Israil. Mereka dan keturunannya disebut sebagai Al-Asbath, yang berarti cucu-cucu.
Sibith dalam bangsa Yahudi adalah seperti suku dalam bangsa Arab, dan mereka yang berada dalam satu sibith berasal dari satu bapak. Masing-masing anak Ya'qub kemudian menjadi bapak bagi sibith Bani Israil. Maka seluruh Bani Israil berasal dari putra-putra Ya'qub yang berjumlah 12 orang.
Dalam sibith-sibith ini kelak diturunkan para nabi, antara lain:
Sibith Lewi, di kalangan mereka terdapat Nabi Musa, Harun, Ilyas, dan Ilyasa.
Sibith Yahuda, di kalangan mereka terdapat Nabi Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, Isa.
Sibith Bunyamin, di kalangan mereka terdapat Nabi Yunus. Setelah lewat 20 tahun Ya'qub tinggal bersama pamannya, ia pun meminta izin untuk kembali kepada keluarganya di Kana'an. Saat ia hampir tiba di Kana'an, ia mengetahui bahwa Aish saudaranya telah bersiap menemuinya dengan 400 orang, sehingga Ya'qub merasa takut dan mendoakannya serta menyiapkan hadiah besar bagi saudaranya itu yang dikirimkan melalui orang-orang utusannya. Lunaklah hati Aish mendapat hadiah pemberian saudaranya. Kemudian ditinggalkannya negeri Kana'an bagi saudaranya lalu ia pergi ke Gunung Sa'ir.
Sedangkan Ya'qub, ia pergi kepada ayahnya Ishaq dan tinggal bersamanya di kota Hebron yang dikenal dengan nama Al-Khalil. Dalam Al Qur'an, kisah Nabi Ya'qub AS secara tersendiri tidak ditemui, namun namanya disebut dalam kaitannya dengan nabi-nabi lain, diantaranya Nabi Ibrahim AS (kakeknya), dan Nabi Yusuf AS (putranya).
Nabi Yusuf AS
Putra tersayang Nabi Ya'qub AS
Nabi Yusuf AS adalah salah satu dari 12 orang putra Nabi Ya'qub AS. Rasa sayang Ya'qub yang berlebihan terhadapnya membuat saudara-saudaranya menjadi iri hati terhadapnya. Lebih dari itu, wajah Yusuf pun jauh lebih tampan dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Suatu hari Yusuf bermimpi tentang 11 bintang, matahari dan bulan, turun dari langit dan bersujuddi depannya. Ia menceritakan mimpinya ini kepada ayahnya. Ya'qub sangat gembira mendengar cerita itu dan menyatakan bahwa Allah SWT akan memberikan kemuliaan, ilmu, dan kenikmatan hidup yang mewah bagi putranya.
Saudara-saudara Yusuf membinasakan Yusuf
Saudara-saudara Yusuf merasa iri hati atas kelebihan kasih sayang yang dicurahkan ayah mereka kepada Yusuf dan adiknya, Bunyamin. Mereka merencanakan persekongkolan untuk membinasakan Yusuf. Salah satu dari mereka menyarankan agar jangan membunuhnya, tetapi membuangnya jauh-jauh ke dalam sumur, agar ia tidak bisa kembali kepada ayahnya. Yusuf kecil diajak bermain-main oleh kakak-kakaknya, setelah mereka berhasil membujuk ayahnya untuk mengizinkan mereka membawa Yusuf. Saat itulah mereka melaksanakan niat jahat mereka untuk menyingkirkan Yusuf. Ketika sampai di suatu tempat, mereka menceburkan Yusuf ke dalam sebuah sumur yang dalam. Baju Yusuf dikoyak-koyak dan dilumuri darah kambing. Kemudian dengan wajah sedih mereka menyampaikan berita pada ayah mereka bahwa Yusuf telah tewas dimakan serigala. Kisah mimpi Nabi Yusuf AS dan perbuatan saudara-saudaranya ini terdapat dalam Al Qur'an surat Yûsuf: 4-21.
Kisah Yusuf dan Zulaikha
Tanpa sepengetahuan saudara-saudaranya, Yusuf ditolong oleh seorang kafilah yang lewat di tempat itu. Ia kemudian dibawa ke Mesir untuk dijual sebagai budak hingga akhirnya dibeli oleh keluarga pembesar Mesir yang bernama Kitfir. Wajah Yusuf yang sangat tampan itu membuat istri pembesar yang bernama Zulaikha terpikat. Suatu ketika pada saat suaminya tidak ada di rumah, Zulaikha mengajak Yusuf untuk berbuat tidak senonoh, akan tetapi Yusuf menolak ajakan tsb sehingga terjadilah ketegangan. Sementara kejadian itu berlangsung, suami Zulaikha datang dan Zulaikha memutarbalikkan fakta dengan mengatakan bahwa Yusuf telah berlaku tidak senonoh terhadapnya.
Pembesar itu sangat murka, namun belum sempat ia berbuat sesuatu terhadap Yusuf tiba-tiba bayi yang ada di sekitar tempat itu berbicara dengan fasihnya. Bayi itu mengatakan bahwa jika kemeja Yusuf robek di bagian depan maka Yusuflah yang bersalah, tetapi kalau kemejanya robek di bagian belakang, maka Zulaikha yang bersalah. Setelah pembesar itu memeriksa, ternyata yang robek adalah kemeja bagian belakang Yusuf. Dengan demikian Yusuf pun selamat. Cerita tsb kemudian menyebar ke masyarakat luas. Zulaikha yang merasa malu karena menjadi pembicaraan orang lalu mengundang istri-istri para pembesar Mesir ke rumahnya. Mereka diberinya makanan yang enak-enak serta masing-masing diberi sebilah pisau untuk mengupas buah. Ketika mereka sibuk mengupas buah, Zulaikha menyuruh Yusuf keluar.
Ketika melihat wajah Yusuf, saking terpesonanya tanpa sadar para wanita itu mengiris jari-jari tangan mereka sendiri. Kini mereka mengerti mengapa Zulaikha begitu terpikat pada Yusuf. Sebagian dari mereka menyarankan Yusuf untuk menerima keinginan Zulaikha, lagipula Zulaikha sendiri adalah wanita yang sangat cantik.
Mendengar itu, Nabi Yusuf AS berdoa agar tetap diberi keteguhan iman. Akhirnya, atas permintaan Zulaikha yang merasa terhina, Yusuf AS dimasukkan ke dalam penjara. Kisah ini terdapat dalam surat Yûsuf: 22-35.
Kecerdasan Yusuf menafsirkan mimpi
Nabi Yusuf AS dikaruniai oleh Allah kemampuan untuk menafsirkan mimpi. Saat Yusuf AS di penjara, suatu hari dua orang teman sepenjaranya bercerita padanya tentang mimpi mereka. yang pertama adalah kepala tukang pembuat minuman bernama Nabu, bermimpi bahwa ia melihat dirinya memeras anggur untuk membuat arak. Orang kedua adalah kepala tukang roti bernama Malhab, bermimpi bahwa ia melihat dirinya memikul roti di atas kepalanya, yang mana kepalanya itu dimakan oleh burung-burung. Yusuf pun menafsirkan mimpi mereka, ia berkata kepada kedua orang itu, "Wahai engkau kepala tukang minuman, bergembiralah, engkau akan memberi minum tuanmu dengan khamar, yang berarti engkau akan dibebaskan lantaran engkau tidak terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.
Adapun engkau hai kepala tukang roti, maafkan aku dengan terpaksa aku mengatakan bahwa engkau akan dihukum mati dengan cara disalib, dan burung-burung akan memakan sebagian kepalamu, karena engkau terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.
Demikian putusan Allah sebagaimana yang aku terangkan, dan itu pasti terjadi karena aku tidak berbicara sembarangan melainkan apa yang telah diilhamkan Tuhanku kepadaku dalam menafsirkan mimpi kalian berdua." Semua yang diramalkan Yusuf benar-benar terjadi, dan kepala minuman akhirnya menerima kebebasannya. Saat ia akan keluar, Yusuf berpesan padanya agar ia menceritakan kepada raja perihal keadaan dirinya. Ia ingin raja meninjau kembali keputusannya karena sesungguhnya ia tidak bersalah. Akan tetapi karena terlalu gembiranya tukang minuman itu sehingga ia lupa menyampaikan pesan Yusuf pada raja, dan mengakibatkan Yusuf harus tinggal di penjara beberapa tahun lagi. Kemampuan Nabi Yusuf AS dalam menafsirkan mimpi kedua rekannya ini diceritakan dalam Al-Qur'an surat Yûsuf: 36-42.
Mimpi Raja
Pada suatu hari, raja mengalami mimpi yang sangat menggelisahkan dan menakutkan dirinya. Ia lalu mengumpulkan dukun-dukun dan orang-orang pintar untuk meminta mereka menafsirkan mimpinya. Ia berkata, "Sesungguhnya aku telah bermimpi melihat 7 ekor sapi gemuk dimakan oleh 7 ekor sapi kurus, dan aku bermimpi pula melihat 7 batang gandum hijau dan 7 batang gandum kering, maka terangkanlah takwil mimpi itu jika kalian mampu menafsirkannya." Orang-orang yang ada di situ terkejut mendengar mimpi raja ini.
Mereka merasa bingung dan memberikan jawaban yang tidak memuaskan dengan mengatakan bahwa mimpi itu tidak bisa ditafsirkan karena ia hanya berupa impian yang kacau dari raja dan tidak memiliki makna apa-apa, disamping mereka sebenarnya memang tidak memiliki pengetahuan perihal penafsiran mimpi. Saat itu kepala tukang minuman mendengar mimpi raja dan jawaban dari para dukun dan orang-orang pintar itu. Ia pun teringat kembali pada Yusuf. Segera berkata ia pada hadirin yang ada di ruangan itu, "Aku sanggup memberitahu kalian tentang arti dari mimpi ini, karena di dalam penjara ada seorang pemuda bernama Yusuf. Aku dan kepala tukang roti pernah ditahan bersamanya.
Kami pernah bermimpi dan telah diterangkan oleh Yusuf dan terbukti kebenarannya. Apabila paduka setuju mengirimkan aku kepada Yusuf, maka aku akan membawa penafsiran dari mimpi ini." Akhirnya diutuslah kepala tukang minuman itu kepada Yusuf. Setelah berbincang-bincang dengan Yusuf dan menceritakan sebab-sebab kealpaannya terhadap pesan Yusuf, ia pun mengutarakan maksud kedatangannya.
"Hai Yusuf yang berkata benar, terangkanlah arti mimpi berikut: 7 ekor sapi gemuk dimakan 7 ekor sapi kurus, dan 7 batang gandum hijau berdekatan dengan 7 batang gandum kering.
Berilah fatwa kepadaku hai Yusuf tentang hakikat mimpi ini, supaya aku memberitahukannya kepada orang-orang di kerajaan, barangkali mereka mengetahui keutamaan dan kedudukan ilmumu." Yusuf pun mulai menerangkan arti mimpi raja.
Bukan hanya itu, ia menerangkan pula pemecahan kesulitan yang timbul dari arti mimpinya. Ia berkata, "Mesir akan mengalami 7 tahun yang subur, maka pada tahun-tahun itu hendaklah kamu menanami tanahmu dengan gandum dan sya'ir, kemudian hasil panenannya kamu simpan dalam batang-batang gandumnya, dan jangan boros dalam pemakaian, gunakan sekedar yang dibutuhkan saja. Setelah itu akan datang 7 tahun yang kering dimana kamu akan memakan persediaan gandum yang kamu simpan, dan jangan pula dihabiskan, supaya dapat digunakan sebagai bibit untuk tahun-tahun berikutnya.
Setelah lewat tahun-tahun kering ini, akan datang satu tahun yang subur dimana turun hujan dan tanah akan menghasilkan biji-bijian yang banyak dan sari buah-buahan seperti anggur dan zaitun." Kisah tentang mimpi raja ini diceritakan dalam surat Yûsuf: 43-49. Yusuf dibebaskan dari penjara
Kepala tukang minuman segera menyampaikan tafsir mimpi yang telah diterangkan Yusuf kepada raja, maka raja pun mengirim utusan untuk memanggil Yusuf dan menjelaskan kembali secara rinci. Akan tetapi Yusuf enggan keluar dari penjara sebelum namanya dibebaskan dari segala tuduhan yang difitnahkan kepadanya. Ia minta supaya pihak kerajaan menyelidiki persekongkolan terhadap dirinya dan menanyai wanita-wanita yang menghadiri jamuan makan di rumah istri pembesar bekas majikannya dulu tentang sebab-sebab penahanannya supaya mereka menjadi saksi dalam perkaranya.
Permintaan Yusuf ini kemudian disampaikan oleh utusan kepada raja. Raja pun menyuruh para utusan untuk memanggil wanita-wanita itu dan menjelaskan fakta yang sebenarnya. Mereka pun bersaksi bahwa Yusuf memang tidak bersalah, dan bahwa istri pembesar Mesir, Zulaikha, itulah yang justru merayu Yusuf. Setelah adanya kesaksian dari wanita-wanita ini, Zulaikha sendiri tidak bisa menyangkal lagi. Akhirnya ia pun mengakui perbuatannya. Dengan demikian keluarlah Yusuf dari penjara dengan diri yang bersih dari segala tuduhan dan fitnah. Raja kemudian juga merehabilitasi namanya di masyarakat.
Allah telah mentakdirkan kezaliman yang selama ini diterima oleh Yusuf berganti dengan kemuliaan. Kisah ini diterangkan dalam Al-Qur'an surat Yûsuf: 50-53. Kebenaran tentang Yusuf telah menambah kepercayaaan raja kepadanya, sehingga ia kemudian mengangkatnya menjadi menteri yang mengurusi berbagai masalah ekonomi dan keuangan bagi negara Mesir. Inilah balasan Allah kepada hamba-hambaNya yang saleh. Kisah pengangkatan Yusuf dalam kedudukan yang mulia ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 54-57.
Pertemuan Yusuf dengan saudara-saudaranya
Takwil mimpi yang telah diterangkan Yusuf kemudian benar-benar terwujud. Pada masa 7 tahun yang subur, Yusuf telah memerintahkan rakyat Mesir untuk menyimpan kelebihan biji-bijian dari hasil tanaman mereka. Kemudian datanglah masa paceklik pada 7 tahun berikutnya. Timbul bencana kelaparan dan kekeringan, terutama di negeri-negeri tetangga lantaran ketiadaan persiapan penduduk untuk menghadapinya, termasuk negeri Palestina dimana keluarga Yusuf tinggal. Ya'qub dan anak-anaknya juga mengalami kesulitan ini. .
Ia mendengar bahwa di Mesir ada persediaan makanan yang cukup, maka ia pun menyuruh anak-anaknya, kecuali Bunyamin, untuk pergi ke Mesir dengan membawa perbekalan berupa barang-barang dan perak serta lainnya untuk ditukar dengan gandum dan sya'ir. Tatkala mereka telah tiba di istana kerajaan Mesir dan bertemu dengan Yusuf, melihat raut wajah mereka dan pakaian mereka yang menunjukkan bahwa mereka berasal dari Palestina, tahulah Yusuf bahwa itu adalah saudara-saudaranya. Namun mereka tidak mengenali dirinya dikarenakan kondisi Yusuf yang sudah jauh berubah, pakaiannya yang khusus, dan logat bicaranya yang menggunakan bahasa Mesir kuno. Yusuf memperlakukan saudara-saudaranya layaknya seorang tamu, dan menimbang gandum dan sya'ir bagi mereka dengan takaran yang dilebihkan, serta memberi bekal untuk perjalanan pulang mereka. Ketika mereka bersiap-siap akan pergi, Yusuf berkata, "Bawalah kepadaku seorang lagi saudaramu yang seayah denganmu. Jika kalian tidak membawanya, maka aku tidak akan mau menukarkan makanan lagi bagi kalian, jika kalian kembali ke Mesir untuk kedua kalinya."
Mereka pun berkata, "Kami akan membujuk ayah kami supaya beliau mengizinkan kami membawanya ke Mesir, dan kami tegaskan kepadamu bahwa kami akan melaksanakan perintahmu." Ketika mereka hendak berangkat pulang, Yusuf menyuruh pelayan menyisipkan kembali barang-barang saudaranya yang telah ditukar dengan gandum dan sya'ir itu ke dalam karung-karung mereka tanpa sepengetahuan mereka. Hal ini dimaksudkan supaya mereka merasa senang dan berbaik sangka kepadanya, sehingga mereka akan kembali lagi ke Mesir karena berharap akan mendapat lebih banyak lagi kebaikan darinya. Saudara-saudara Yusuf kembali ke Palestina dan menceritakan tentang kebaikan dari menteri ekonomi Mesir serta penghormatan yang mereka terima. Mereka juga menyampaikan permintaan menteri Mesir itu agar mereka membawa Bunyamin jika nanti mereka hendak kembali ke Mesir.
Rupanya setelah ditinggalkan oleh Yusuf, Ya'qub sangat berduka. Setiap hari ia menangis sampai matanya memutih dan buta. Mendengar permintaan yang disampaikan saudara-saudara Yusuf ini, Ya'qub tidak mempercayai mereka. Namun mereka terus membujuk dan mengatakan bahwa jika Bunyamin tidak mereka bawa, mereka tidak akan mendapatkan makanan lagi dari menteri Mesir itu. Mereka juga berjanji akan menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya dan tidak akan menyia-nyiakannya.
Setelah mendengar janji putra-putranya ini, hati Ya'qub sedikit lebih tentram. Akhirnya dengan berat hati Ya'qub pun mengizinkan mereka membawa Bunyamin. Ia juga berpesan pada mereka supaya masuk ke kota melalui beberapa pintu agar tidak menarik perhatian. Kisah pertemuan Yusuf dengan saudara-saudaranya ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 58-67.
Yusuf menahan Bunyamin
Saat mereka datang lagi ke Mesir bersama Bunyamin, Yusuf berusaha mencari kesempatan untuk bisa berdua saja dengan Bunyamin, kemudian ia mengatakan padanya bahwa ia adalah Yusuf, saudaranya sekandung. Ia menceritakan tentang apa yang telah dilakukan saudara-saudaranya dulu kepadanya, dan apa yang telah terjadi padanya.
Yusuf memiliki rencana untuk bisa menahan Bunyamin lebih lama bersamanya. Ketika saudara-saudara Yusuf akan pulang, Yusuf menyelipkan piala untuk minum raja ke dalam karung Bunyamin. Saat mereka sudah akan berangkat, salah seorang pegawai Yusuf memanggil mereka kembali, dan mengatakan bahwa piala raja telah hilang.
Barang siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan seberat muatan seekor unta. Saudara-saudara Yusuf bersumpah bahwa mereka tidak mencuri. Salah seorang pegawai Yusuf kemudian bertanya, "Apa balasannya jika ternyata kalian berdusta?"
Mereka menjawab, "Pada siapa diketemukan barang yang hilang itu dalam karungnya, maka dia dijadikan budak. Ini adalah balasan yang adil bagi pencuri menurut syariat Ya'qub."
Maka mulailah Yusuf dan para pegawainya memeriksa karung-karung mereka. Sengaja karung Bunyamin diperiksa paling akhir supaya tidak timbul kecurigaan pada saudara-saudaranya yang lain bahwa pencurian itu telah diatur.
Saat ditemukan piala itu dalam karung Bunyamin, saudara-saudara Yusuf sangat terkejut menyaksikan hal itu. Mereka merasa malu dengan peristiwa ini, karenanya mereka berkata, "Sesungguhnya telah mencuri pula saudaranya sebelum ini."
Tentu saja yang mereka maksud adalah Yusuf sendiri. Yusuf memahami apa yang dimaksud saudara-saudaranya ini, dan sesungguhnya ia merasa jengkel dan kecewa terhadap mereka, tapi sikap itu tidak diperlihatkannya. Menurut riwayat, tatkala Rahel ibu Yusuf pergi bersama Yusuf menuju Palestina, ia membawa sebuah patung kecil milik ayahnya Laban. Laban yang merasa kehilangan patung itu kemudian mencarinya, tapi ia tidak bisa menemukannya baik pada Rahel maupun orang lain, karena Rahel telah menyembunyikannya di sela-sela perlengkapan unta yang dinaikinya.
Ketika Ya'qub dan keluarganya tiba di Palestina, patung itu berada pada Yusuf dan dibuat mainan lantaran ia menyerupai boneka yang biasa dimainkan oleh anak-anak kecil. Itulah sebabnya Yusuf dituduh mencurinya dari rumah kakeknya Laban, padahal kenyataannya tidaklah begitu. Saudara-saudara Yusuf memohon padanya agar Bunyamin dibebaskan dan mengambil salah satu dari mereka sebagai penggantinya. Mereka berkata, "Wahai Al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambilah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik."
Maka Yusuf pun menjawab, "Aku tidak akan menahan seseorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya. Jika kami menahan orang yang tidak bersalah, maka kami termasuk orang-orang yang zalim." Saudara-saudara Yusuf merasa bingung dan putus asa. Mereka telah berjanji pada ayah mereka untuk menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya. Sebelum ini mereka telah menyia-nyiakan Yusuf, jika sekarang mereka tidak membawa Bunyamin pulang, pastilah ayah mereka akan marah dan tidak mempercayai mereka.
Setelah berunding dan berbisik-bisik, berkatalah yang tertua dari mereka, "Aku tidak akan meninggalkan Mesir sampai ayah mengizinkan aku kembali, atau Allah memberikan keputusan kepadaku. Dan Dia adalah hakim yang paling adil."
Namun Yusuf berkata, "Kembalilah pada ayahmu, dan katakan bahwa anaknya telah mencuri, dan bahwasanya kalian hanya menyaksikan apa yang terjadi dan tak mampu menjaga barang yang hilang." Akhirnya saudara-saudara Yusuf pulang tanpa Bunyamin. Dengan demikian siasat Yusuf untuk menahan adik kandungnya akhirnya berhasil. Kisah ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 68-82. Yusuf berkumpul kembali bersama keluarganya
Ya'qub sangat sedih mendengar kejadian yang menimpa Bunyamin. Ia tidak mempercayai perkataan anak-anaknya dan sangat kecewa terhadap mereka. Kendati demikian, ia memasrahkan semuanya kepada Allah SWT dan percaya bahwa Allah pasti akan mewujudkan harapannya untuk bisa bertemu kembali dengan kedua putra tercintanya itu. Ya'qub memerintahkan anak-anaknya untuk mencari kabar tentang Yusuf dan Bunyamin. Putra-putranya mematuhi perintah ayah mereka, dan kembali ke Mesir. Kepada Yusuf, mereka memohon belas kasihannya agar ia berkenan melepaskan Bunyamin.
Mereka pun mengadukan keadaan mereka yang miskin dan membutuhkan makanan dengan harapan Yusuf mau memberi mereka bahan makanan yang cukup. Timbul rasa iba dalam hati Yusuf mendengar keluhan saudara-saudaranya, sehingga terpikir olehnya untuk mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya supaya mereka bisa tinggal bersamanya dalam keadaan sejahtera.
Kemudian ia memanggil Bunyamin, lalu berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya, "Tahukan kalian akan buruknya perlakuan kalian kepada Yusuf dan saudaranya? Ingatkah kalian akan perbuatan kalian memisahkan Yusuf dan ayahnya dengan membuangnya ke dalam sumur?
Dan kepada Bunyamin, maka kalian telah membuatnya bersedih atas kehilangan saudaranya sehingga ia pun ikut menderita." Mendengar perkataan Yusuf, mulai timbul dugaan dalam diri saudara-saudaranya, jangan-jangan pembesar yang berbicara di hadapan mereka ini adalah Yusuf.
Dengan berdebar-debar mereka bertanya, "Apakah engkau Yusuf?"
Yusuf menjawab, "Benar, aku Yusuf. Dan ini saudaraku Bunyamin." Maka saudara-saudara Yusuf pun segera memohon ampun dan meminta maaf kepadanya atas kejahatan yang pernah mereka lakukan dahulu. Dengan berlapang dada, Yusuf memaafkan kesalahan saudara-saudaranya. Ia lalu memerintahkan mereka untuk menjemput ayahnya beserta keluarga mereka untuk datang ke Mesir.
Mengetahui bahwa ayahnya telah kehilangan penglihatan lantaran kesedihan yang amat sangat semenjak kepergiannya, Yusuf memberikan gamisnya untuk diusapkan ke wajah ayahnya supaya ia dapat melihat kembali.
Setelah mengusapkan gamis Yusuf ke wajahnya, Ya'qub dapat merasakan keberadaan Yusuf dan segera mengetahui bahwa Yusuf masih hidup. Karena gembira dengan kenyataan itu ia pun dapat melihat kembali dengan seizin Allah. Akhirnya Yusuf pun dapat berkumpul kembali dengan kedua orangtua dan saudara-saudaranya di Mesir. Ya'qub dan anak-anaknya telah diliputi rasa hormat kepada Yusuf yang telah diberi kemuliaan oleh Allah. Mereka pun memberikan penghormatan kepadanya dengan cara menundukkan kepala sesuai dengan adat pada masa itu dalam menghormati pembesar yang berkuasa.
Melihat ini, Yusuf teringat akan mimpinya dulu ketika ia masih kecil, maka ia berkata kepada ayahnya, "Inilah tafsir mimpiku yang dulu kuceritakan kepadamu, ketika di dalam mimpi aku melihat 11 bintang serta matahari dan bulan bersujud kepadaku." Kisah mengharukan berkumpulnya Yusuf dengan keluarganya ini terdapat dalam surat Yûsuf: 83-101.
Nabi Ayyub AS
Nabi Ayyub AS adalah putra dari Aish bin Ishaq AS bin Ibrahim AS. Sebagaimana disebutkan dalam kisah Nabi Yaqub AS, Aish adalah saudara kembar Nabi Yaqub AS, jadi Nabi Ayyub masih kemenakan Nabi Yaqub AS dan sepupu Nabi Yusuf AS. Nabi Ayyub AS adalah salah seorang nabi yang terkenal kaya raya, hartanya melimpah, ternaknya tak terbilang jumlahnya. Namun demikian ia tetap tekun beribadah, gemar berbuat kebajikan, suka menolong orang yang menderita, terlebih dari golongan fakir miskin. Keraguan iblis terhadap ketaatan Nabi Ayyub AS
Para malaikat di langit terkagum-kagum dan membicarakan tentang ketaatan Ayyub dan keikhlasannya dalam beribadah kepada Allah. Iblis yang mendengar pembicaraan para malaikat ini merasa iri dan ingin menjerumuskan Ayyub agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka. Mula-mula iblis mencoba sendiri menggoda Nabi Ayyub agar tersesat dan tidak bersyukur kepada Allah, namun usahanya ini gagal, Nabi Ayyub tetap tak tergoyahkan. Lalu iblis menghadap Allah, meminta agak ia diizinkan untuk menguji keikhlasan Nabi Ayyub.
Ia berkata, "Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub senantiasa patuh dan berbakti kepada-Mu, senantiasa memuji-Mu, tak lain hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadanya, karena ia ingin kekayaannya tetap terpelihara. Semua ibadahnya bukan karena ikhlas, cinta, dan taat kepada-Mu. Andaikata ia terkena musibah dan kehilangan harta benda, serta anak-anak dan istrinya, belum tentu ia akan tetap taat dan ikhlas menyembah-Mu." Allah berfirman kepada iblis, "Sesungguhnya Ayyub adalah hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku. Ia sesorang mu'min sejati. Apa yang ia lakukan untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah semata-mata didorong iman yang teguh kepada-Ku. Iman dan taqwanya takkan tergoyahkan hanya oleh perubahan keadaan duniawi.
Cintanya kepada-Ku takkan berkurang walaupun ditimpa musibah apa pun yang melanda dirinya, karena ia yakin bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya, atau Ku-jadikan berlipat ganda. Ia bersih dari segala tuduhan dan prasangkamu.
Engkau tidak rela melihat hamba-hamba-Ku, anak cucu Adam, berada di atas jalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan keimanannya pada takdir-Ku, Ku-izinkan kau menggoda dan mencoba memalingkannya dari-Ku. Kerahkan seluruh pembantu-pembantumu untuk menggoda Ayyub melalui harta dan keluarganya. Cerai beraikan keluarganya yang rukun damai sejahtera itu. Lihatlah, sampai dimana kemampuanmu untuk menyesatkan Ayyub hamba-Ku." Ujian dan cobaan Allah terhadap Nabi Ayyub AS
Demikianlah, iblis dan para pembantunya mulai menyerbu keimanan Ayyub. Mula-mula mereka membinasakan hewan ternak pemeliharaan Ayyub, disusul lumbung-lumbung gandum dan lahan pertaniannya yang terbakar dan musnah.
Iblis mengira Ayyub akan berkeluh kesah setelah kehilangan ternak dan pertaniannya, namun ternyata Ayyub tetap berhusnuzhon (berbaik sangka) kepada Allah. Segalanya ia pasrahkan kepada Allah. Harta adalah titipan Allah yang sewaktu-waktu dapat saja diambil kembali. Berikutnya iblis mendatangi putra-putra Nabi Ayyub AS yang sedang berada di sebuah gedung yang besar dan megah. Mereka menggoyang-goyangkan tiang-tiang gedung sehingga gedung itu roboh dan anak-anak Ayyub yang berada di dalamnya mati semuanya.
Iblis mengira usahanya kali ini akan berhasil menggoyahkan iman Nabi Ayyub yang sangat menyayangi putra-putranya itu, namun sekali lagi mereka harus kecewa. Nabi Ayyub tetap berserah diri kepada Allah. Ia memang bersedih hati dan menangis, tapi jiwa dan hatinya tetap kokoh dalam keyakinan bahwa jika Allah yang Maha Pemberi menghendaki sesuatu, tak ada seorang pun yang mampu menghalangi-Nya. Iblis yang masih belum puas, lalu menaruh baksil di sekujur tubuh Ayyub sehingga beliau menderita penyakit kulit yang sangat menjijikkan, hingga ia dijauhi sanak famili dan tetangganya. Istri-istrinya banyak yang lari meninggalkannya, hanya seorang saja yang tetap setia mendampinginya, yaitu Rahmah.
Lebih parah lagi, para tetangga Nabi Ayyub AS yang tidak mau ketularan penyakit yang diderita Nabi Ayyub, mengusirnya dari kampung mereka. Maka pergilah Nabi Ayyub dan istrinya Rahmah ke sebuah tempat yang sepi dari manusia. Waktu 7 tahun dalam penderitaan terus-menerus memang merupakan ujian terberat bagi Ayyub dan Rahmah, namun Nabi Ayyub tetap bersabar dan berzikir menyebut Asma Allah. Diriwayatkan bahwa istrinya berkata, "Hai Ayyub, seandainya engkau berdoa kepada Tuhanmu, niscaya dia akan membebaskanmu."
Namun Nabi Ayyub AS malah menjawab, "Aku telah hidup selama 70 tahun dalam keadaan sehat, dan Allah baru mengujiku dalam keadaan sakit selama 7 tahun. Ketahuilah, itu amat sedikit dibandingkan masa 70 tahun." Begitulah, Nabi Ayyub menerima ujian dari Allah SWT dengan sabar dan ikhlas. Ia telah hidup dalam kenikmatan selama puluhan tahun, maka ia merasa malu untuk berkeluh kesah kepada Allah SWT atas kesengsaraan yang hanya beberapa tahun.
Sakit Nabi Ayyub membuat tidak ada lagi anggota badannya yang utuh kecuali jantung/hati dan lidahnya. Dengan hati dan lidahnya ini, Nabi Ayyub AS tak pernah berhenti berzikir kepada Allah, baik di waktu pagi, siang, sore dan malam hari. Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, Rahmah terpaksa bekerja pada suatu pabrik roti. Pagi ia berangkat, sorenya ia kembali ke rumah pengasingan. Namun lama-kelamaan majikannya mengetahui bahwa Rahmah adalah istri Nabi Ayyub yang memiliki penyakit berbahaya.
Mereka khawatir Rahmah akan membawa baksil yang dapat menular melalui roti, oleh sebab itu mereka kemudian memecatnya. Rahmah yang setia ini masih memikirkan suaminya. Ia meminta agar majikannya berkenan memberinya hutang roti, tetapi permintaannya ini ditolak. Majikannya hanya mau memberinya roti jika ia memotong gelung rambutnya yang panjang, padahal gelung rambut itu sangat disukai suaminya. Namun demi untuk mendapatkan roti, Rahmah akhirnya setuju dengan usul majikannya itu. Ternyata, perbuatannya itu membuat Ayyub menduga bahwa ia telah menyeleweng.
Akhirnya pada suatu hari, mungkin karena sudah tidak tahan dengan penderitaan yang terus-menerus dihadapi, Rahmah pamit untuk meninggalkan suaminya. Ia beralasan ingin bekerja agar dapat menghidupi suaminya. Nabi Ayyub melarangnya, tapi Rahmah tetap bersikeras sembari berkeluh kesah. Sesungguhnya tindakan Rahmah ini pun tak lepas dari peranan iblis yang menghasutnya untuk meninggalkan suaminya Ayyub. Mendengar keluh kesah istrinya, berkatalah Ayyub,
"Kiranya kau telah terkena bujuk rayu iblis, sehingga berkeluh kesah atas takdir Allah. Awas, kelak jika aku telah sembuh kau akan kupukul seratus kali. Mulai saat ini tinggalkan aku seorang diri, aku tak membutuhkan pertolonganmu sampai Allah menentukan takdir-Nya."
Dengan demikian tinggallah kini Nabi Ayyub seorang diri setelah ia mengusir Rahmah istrinya. Di tengah kesendiriannya, Nabi Ayyub AS bermunajat kepada Allah SWT dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih-Nya. Allah SWT menerima doa Nabi Ayyub AS yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi ujian dan cobaan.
Berfirmanlah Ia kepada Nabi Ayyub, "Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ akan memancar air yang dengannya kau akan sembuh dari penyakitmu. Kesehatanmu akan pulih jika kau mempergunakannya untuk minum dan mandi." Setelah meminum dan mandi dengan air itu, Ayyub pun sembuh seperti sedia kala.
Sementara itu Rahmah istrinya yang telah pergi meninggalkannya, rupanya lama-kelamaan merasa kasihan dan tak tega membiarkan suaminya seorang diri. Ia datang untuk menjenguk, namun ia tak mengenali lagi suaminya, karena kini Nabi Ayyub tampak lebih sehat, lebih segar, dan lebih tampan.
Nabi Ayyub sangat gembira melihat istrinya kembali, namun ia teringat sumpahnya yaitu ingin memukul istrinya seratus kali. Ia harus melaksanakan sumpah itu, tapi ia bimbang karena bagaimanapun istrinya telah turut menderita sewaktu bersamanya 7 tahun ini. Tegakah ia memukulnya seratus kali?
Allah mengetahui kebimbangan yang dirasakan Nabi Ayyub AS. Maka datanglah wahyu Allah kepada Nabi Ayyub, "Hai Ayyub, ambillah lidi seratus batang dan pukullah istrimu sekali saja. Dengan demikian tertebuslah sumpahmu."
Nabi Ayyub merasa lega dengan jalan keluar yang diwahyukan Allah itu. Dengan lidi seratus, dipukulnya istrinya dengan satu kali pukulan yang sangat pelan, maka sumpahnya telah terlaksana. Berkat kesabaran dan keteguhan imannya, Nabi Ayyub AS dikaruniai lagi harta benda yang melimpah ruah. Dari Rahmah, ia kemudian memperoleh anak bernama Basyar yang kemudian hari menjadi seorang nabi yang dikenal dengan nama Zulkifli. Kisah Nabi Ayyub AS ini merupakan teladan bagi hamba-hamba-Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman. Riwayat Nabi Ayyub AS terdapat dalam surat Al-Anbiyâ: 83-84 dan surat Sâd: 41-44.
Nabi Syuaib AS
Nabi Syu’aib ‘alaihissalam tinggal di kota Madyan yang letaknya di Yordania sekarang. Ketika itu, masyarakatnya kafir kepada Allah dan melakukan berbagai kemaksiatan, seperti membajak dan merampas harta manusia yang melintasi mereka. Mereka juga menyembah pohon lebat yang disebut Aikah.
Mereka bermuamalah buruk dengan manusia, menipu dalam melakukan jual beli dan mengurangi takaran dan timbangan. Maka Allah mengutus kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka bernama Nabi Syu’aib ‘alaihissalam. Beliau mengajak mereka beribadah kepada Allah dan tidak berbuat syirik, melarang mereka mengurangi takaran dan timbangan serta melarang melakukan pembajakan, dan melarang berbuat buruk lainnya.
Nabi Syu’ab ‘alaihissalam berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.— Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok…dst.” (QS. Al A’raaf: 85)
Demikianlah, Nabi Syu’aib ‘alaihissalam terus berdakwah kepada kaumnya dan menerangkan kebenaran kepada mereka, tetapi yang beriman hanya sedikit saja, sedangkan sebagian besar mereka kafir. Meskipun begitu, beliau tidak berputus asa terhadap penolakan mereka, bahkan tetap sabar mendakwahi mereka dan mengingatkan mereka nikmat-nikmat Allah yang tidak terhingga. Akan tetapi kaumnya tetap tidak menerima nasihat dan dakwahnya, bahkan mereka berkata kepada Nabi Syu’ab sambil mengolok-olok, “Wahai Syu’aib! Apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami berbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.” (QS. Huud: 87)
Kemudian Nabi Syu’aib membantah mereka dengan kalimat yang halus sambil mengajak mereka kepada yang haq, “Wahai kaumku! Bagaimana pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Huud: 88)
Seperti itulah Nabi Syu’aib ‘alaihissalam, Beliau berdakwah dengan argumentasi yang kuat, sehingga Beliau disebut Khathibul Anbiya’ (Ahli Pidato dari kalangan para nabi).
Selanjutnya, Beliau berkata kepada mereka menakut-nakuti mereka dengan adzab Allah dan mengajak mereka kembali kepada Allah, “Wahai kaumku, janganlah pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa adzab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (zaman dan tempatnya) dari kamu.—Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.” (QS. Huud: 89-90)
Maka mereka mengancam akan menghukum Beliau, mereka berkata, “Wahai Syu’aib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidak karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamu pun bukanlah seorang yang kuat di sisi kami.” (QS. Huud: 91)
Syu’aib menjawab, “Wahai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan di belakang (tidak dipedulikan)? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud: 91)
Selanjutnya, Nabi Syu’aib menakut-nakuti mereka dengan adzab Allah jika mereka tetap di atas kesesatan dan kemaksiatan mereka, tetapi kaumnya malah menjawab ancaman itu dengan mengancam Beliau dan memberikan pilihan, “Mengikuti agama mereka atau pergi meninggalkan kota mereka bersama orang-orang yang beriman yang mengikutinya.”
Namun Nabi Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamanya tetap teguh di atas keimanan mereka dan menyerahkan urusan mereka kepada Allah. Maka kaumnya menuduh Beliau sebagai pesihir dan pendusta (QS. Asy Syu’araa: 185-186) dan mengolok-olok adzab yang beliau ancamkan, bahkan meminta disegerakan adzab. Para pemuka mereka juga berkata kepada yang lain, “Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu’aib, tentu kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raaf: 90)
Hingga akhirnya Nabi Syu’aib ‘alaihissalam berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhan Kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan haq (adil) dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” (QS. Al A’raaf: 89)
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh Nabi syu’aib ‘alaihissalam agar keluar dari kota itu bersama orang-orang yang beriman karena adzab akan turun menimpa kaumnya, selanjutnya Allah mengirimkan kepada mereka cuaca yang begitu panas yang membuat tanaman kering, sumur kering, dan susu hewan habis, maka orang-orang pun keluar mencari kesejukan, lalu mereka menemukan awan hitam yang sebelumnya mereka kira sebagai hujan dan rahmat, sehingga mereka berkumpul di bawahnya, kemudian ditimpakan kepada mereka bunga api yang membakar dan api yang bergejolak sehingga membakar mereka semua, bumi pun berguncang dan mereka ditimpa suara yang mengguntur yang mencabut nyawa mereka sehingga mereka menjadi jasad-jasad yang mati bergelimpangan.
Setelah kejadian itu, Nabi Syu’aib meninggalkan mereka sambil berkata, “Wahai kaumku! Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?”
Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan kepada mereka berbagai bentuk adzab dan musibah karena sifat dan perbuatan mereka yang buruk. Allah timpakan kepada mereka gempa bumi sebagai balasan karena mereka mengancam akan mengusir Nabi Syu’aib dan para pengikutnya (QS. Al A’raaf: 91).
Dia juga menimpakan suara yang mengguntur sebagai balasan atas olok-olokkan mereka kepada Nabi mereka (QS. Huud: 87). Dan Dia juga menimpakan kepada mereka naungan awan yang daripadanya keluar bunga api sebagai jawaban atas permintaan mereka untuk ditimpakan adzab berupa gumpalan dari langit (QS. Asy Syu’aaraa’: 187-188).
Allah menyelamatkan Nabi Syu’aib ‘alaihissalam dan orang-orang yang beriman bersamanya, Dia berfirman, “Dan ketika datang adzab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.–Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Mad-yan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa.” (QS. Huud: 94-95).
Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Nabi Musa AS
Nabi Musa dilahirkan di Negeri Mesir pada masa pemerintahan Raja Firaun, ibunya bernama Yukabad dan ayahnya bernama Imran bin Yashar. Raja Firaun seorang Raja yang lalim dan kejam. Waktu itu dikeluarkan undang-undang apabila ada bayi lahir laki-laki, harus dibunuh dan apabila lahir bayi wanita dibiarkan hidup saja. Ketika Musa lahir, ibunya takut sekali, ia khawatir Musa akan dibunuh tetapi Allah SWT memberikan ilham agar bayi itu ditaruh di dalam peti kemudian dihanyutkan ke sungai Nil. Akhirnya, peti yang berisi bayi itu ditemukan oleh Asyiyah istri Firaun. Asyiyah memohon kepada suaminya agar bayi itu tidak dibunuh, tetapi dijadikan anak angkat saja.
Setelah Musa dewasa, ia tidak senang melihat kekuasaan Firaun yang sewenang-wenang. Bahkan Firaun telah menganggap dirinya sebagai Tuhan. Untuk memberantas kekejaman Firaun, Allah SWT mengangkat Musa menjadi Nabi dan Rasul. Nabi Musa menerima wahyu dan kitab suci Taurat. Sebagai seorang utusan Allah beliau diberi Mukjizat. Pengikut Nabi Musa semakin banyak sehingga Raja Firaun tambah khawatir. Nabi Musa dan pengikutnya dikejar-kejar sampai ke tepi laut merah.
Setelah Nabi Musa sampai di tepi Laut Merah dipukulkan tongkatnya ke laut, seketika laut menjadi kering sehingga dapat dilewati, para pengikut Raja Firaun telah berada di belakangnya. Musa lalu memukulkan kembali tongkatnya ke laut, maka tanah tersebut menjadi lautan lagi. Pasukan Firaun tergulung air laut dan mati semuanya.
Selanjutnya Nabi Musa tinggal di Palestina. Di Palestina beliau menyebarkan agama Allah. Suatu hari terjadi pembunuhan karena berebut warisan, mereka mencari pembunuhnya. Nabi Musa memerintahkan mencari lembu betina, setelah lembu itu disembelih diambilnya sebagian tubuh hewan itu. Kemudian dipukulkan apada orang yang mati, orang yang mati tersebut langsung hidup kembali lalu menunjukkan siapa pembunuhnya.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 73 yang berbunyi : “Lalu Kami berfirman, Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina itu. Demikian Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti”.
Suatu ketika Nabi Musa diperintahkan agar belajar ilmu pada Nabi Khidir AS, tujuannya agar tidak lupa diri, sombong, dan mengaku dirinya yang paling pintar. Akhirnya Nabi Musa menyadari bahwa Nabi Khidir ternyata lebih pandai dari pada dirinya. Nabi Musa wafat pada usia 123 tahun dan Nabi Musa wafat setelah tugas kenabiannya telah selesai.
Mukjizat Nabi Musa adalah :
Tongkatnya dapat berubah menjadi ular yang besar.
Tongkatnya dapat mengeringkan lautan bila dipukulkan.
Tongkatnya dapat memancarkan air dari batu bila dipukulkan.
Dapat menghidupkan orang yang telah mati dengan seizing Allah SWT.
Nabi Harun AS
Harun bin Imran bin Qahats bin Azar bin Lawi bin Yaakub bin Ishak bin Ibrahim. Beliau adalah kakak Nabi Musa, diutus untuk membantu Musa memimpin Bani Israel ke jalan yang benar.
Firman Allah: "Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebahagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi."
Harun dilahirkan empat tahun sebelum Musa. Beliau yang fasih berbicara dan mempunyai pendirian tetap sering mengikuti Musa dalam menyampaikan dakwah kepada Firaun, Hamman dan Qarun. Nabi Musa sendiri mengakui saudaranya fasih berbicara dan berdebat, seperti diceritakan al-Quran: "Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku, sesungguhnya aku kawatir mereka akan berdusta."
Nabi Harun hidup selama 123 tahun. Beliau wafat 11 bulan sebelum kematian Musa, yaitu sebelum Bani Israil memasuki Palestina. Mengenai Bani Israel, mereka sukar dipimpin, namun dengan kesabaran Musa dan Harun, mereka dapat dipimpin supaya mengikuti syariat Allah, seperti terkandung dalam Taurat ketika itu.
Selepas Harun dan Musa meninggal dunia, Bani Israel dipimpin oleh Yusya' bin Nun. Namun, selepas Yusya' mati, lama-kelamaan mereka meninggalkan syariat yang terkandung dalam Taurat, sehingga menimbulkan perselisihan dan perbedaan pendapat, akhirnya menyebabkan perpecahan Bani Israel.
Pengutusan Nabi Harun
Riwayat Nabi Harun tidak terpisahkan dengan Nabi Musa, dan dakwahnya dilakukan bersama dengan Musa, karena tugas Nabi Harun untuk membantu Nabi Musa dalam berdakwah.
Pada masa Nabi Yusuf, sekelompok bani Israil telah menetap di daerah Mesir setelah bermigrasi dari negeri Kan'an. Mereka adalah pemeluk agama tauhid yang berpegang teguh pada agama Nabi Ibrahim, berbeda dengan para fir'aun yang menyembah patung dan berhala. Seiring kemajuan zaman, petumbuhan bani Israil pun berkembang pesat.
Para fir'aun khawatir jika mereka mencampuri urusan politik dan agama kehidupan masyarakat Mesir. Akhirnya, mereka menyiksa bani Israil dengan siksaan yang pedih. Hal ini terekam dalam firman Allah, "(ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya. Mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Rabbmu," (QS. Al-Baqarah [2]: 49).
Ditengah kesulitan yang dialami bani Israil, Allah berkehendak atas kelahiran Musa. Sang ibu pun menyembunyikan kelahirannya, sebagaimana firman Allah, "Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul," (QS. Al-Qashash [28]: 7).
Janji Allah untuk untuk menjaga bayi ini pun terbukti. Fir'aun memperbolehkan istrinya mencari seorang ibu yang mau menyusui bayi tersebut. Dia pun menemukan ibu Musa dan menyuruhnya agar menyusui sang bayi.
Musa dibesarkan di lingkungan istana Fir'aun, di tangan para dukun dan pemuka-pemuka agama mereka. Ketika dewasa, Allah memberinya ilmu dan hikmah. Pada suatu hari, ada orang Mesir yang mengejek dan memaksa seseorang bani Israil melakukan suatu pekerjaan untuknya. Orang bani Israil itu lantas meminta pertolongan Nabi Musa. Dia pun menolongnya dan memukul orang Mesir itu, dan tanpa sengaja orang itu mati.
Pada hari berikutnya, orang bani Israil kembali berkelahi dengan orang Mesir yang lain. Orang bani Israil itu lantas meminta pertolongan lagi kepada Nabi Musa. Akan tetapi Nabi Musa malah membentak dan memarahi orang Israil itu karena seringnya dia berbuat buruk. Orang Israil itu mengira Musa akan membunuhnya. Dia pun segera bertanya, "Apakah engkau ingin membunuhku seperti orang Mesir kemarin?"
Mendengar cerita pembunuhan itu, orang Mesir tersebut segera menemui kaumnya dan menceritakan apa yang terjadi. Fir'aun pun segera mengirim pasukan mencari Musa untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun, salah seorang yang menyayangi Musa segera memberi tahunya setelah mendengar sesuatu yang terjadi di istana Fir'aun. Dia menyuruh Musa pergi meninggalkan bahaya ancaman Fir'aun. Musa pun pergi meninggalkan Mesir menuju Madyan, daerah di bagian barat laut Jazirah Arab.
Di Madyan, Musa tinggal di rumah orang tua yang beriman, yaitu Nabi Syuaib. Setelah orang tua itu (Nabi Syuaib) melihat keluhuran akhlak dan tanggung jawab Musa yang sangat tinggi, dia lalu menikahkan Musa dengan salah satu putri beliau. Musa kemudian ingin kembali ke mesir setelah beberapa lama tinggal di Madyan.
Ketika sampai di Bukit Tursina, Musa tersesat. Tibalah waktu malam saat Allah hendak memberikan tugas kenabian dan wahyu kepadanya. Pada saat itu, malam terasa dingin dan Musa melihat cahaya api dari kejauhan. Dia lantas menyuruh keluarganya agar tidak meninggalkan tempat mereka karena dia ingin pergi mencari sedikit api untuk penerangan. Tatkala dia sampai ke tempat api tersebut, Allah berfirman kepadanya, "Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada ilah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku," (QS. Thaha [20]: 14).
Hal itu kemudian menjadi tanda awal kenabian Musa sebagai Kalimullah. Permintaan Musa pun dikabulkan dan Allah mengutus pula saudaranya, Harun sebagai pendampingnya.
Allah memerintahkan mereka berdua (Musa dan Harun) agar bertutur lemah lembut saat memperingatkan Fir'aun. Selain itu, mereka juga diperintahkan untuk mengatakan kepada Fir'aun, "Kami adalah utusan Rabb alam semesta kepadamu. Lepaskanlah bani Israil dan jangan siksa mereka. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk."
Pada saat itulah kesombongan menguasai Fir'aun hingga dia berkata kepada Musa, "Bukanlah kami yang mengasuhmu sewaktu kecil?1" Dia pun menyebutkan berbagai kebaikannya terhadap Musa, bahkan mulai mengejek dan menuduh Nabi Musa dan Nabi Harun melakukan sihir. Fir'aun lalu memerintahkan tukang sihirnya untuk menghadapi mereka berdua. Ahli sihir Fir'aun pun berdatangan dan melemparkan tali-tali mereka dan menyihirnya menjadi ular untuk menandingi Musa. Nabi Musa lantas melemparkan tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular dan menelan ular-ular mereka atas pertolongan Allah.
Melihat mukjizat itu, para ahli sihir Fir'aun pun mengimani Musa dan syariat Allah yang dia bawa. Mereka juga tidak memedulikan berbagai ancaman Fir'aun. Mereka semua berkata seperti yang diabadikan al-Qur'an, "Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (adzab-Nya)," (QS. Thaha [20]: 73).
Fir'aun lalu berencana membunuh Musa dan Harun serta semakin keras menyiksa bani Israil. Nabi Musa memerintahkan mereka untuk menguatkan jiwa dan bersabar. Dia kemudian berdoa kepada Allah agar menurunkan adzab yang pedih kepada Fir'aun dan kaumnya. Allah berfirman,"Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. )," (QS. Al-A'raf [7]: 133).
Ketika Fir'aun dan kaumnya sudah tidak berdaya dengan adzab dengan adzab yang menimpa mereka, dia pun meminta kepada Musa agar berdoa kepada Allah untuk menghentikan siksaan itu. Fir'aun kemudian berjanji tidak akan lagi menyiksa bani Israil. Nabi Musa lantas memohon kepada Allah agar menghentikan siksaan itu dan Allah pun mengakhirinya. Namun, Fir'aun ingkar janji, dan dia kembali menyiksa bani Israil untuk kedua kalinya.
Sementara itu, bani Israil berkumpul dan meminta kepada Nabi Musa dan Nabi Harun agar dia membawa mereka keluar dari Mesir. Nabi Musa dan Nabi Harun pun membawa kaumnya dan berangkat ke arah negeri Kan'an melewati Sinai. Fir'aun beserta bala tentaranya mengejar mereka. Namun, Nabi Musa dan Nabi Harun beserta kaumnya dapat menyeberangi laut dengan mukjizat yang telah Allah berikan kepada Musa. Fir'aun dan pasukannya juga ikut menyeberang laut mengejar mereka, tetapi Allah menenggelamkan Fir'aun beserta seluruh tentaranya.
Nabi Musa dan Nabi Harun serta bani Israil tiba di padang pasir negeri Sinai. Setelah melihat banyak perbedaan antara daerah itu dan negeri sungai Nil yang subur (Mesir), mereka mengajukan berbagai permintaan kepada Nabi Musa. Nabi Musa telah menerima Taurat. Di dalamnya terdapat beragam syariat samawiyah. Kaumnya mulai menyeleweng, terlebih setelah Nabi Musa pergi untuk menerima lembaran wahyu. As-Samiri telah mempengaruhi bani Israil untuk menyembah anak sapi sehingga mereka meminta kepada Musa agar dibuatkan patung untuk disembah.
Nabi Musa lantas marah dan mengecam permintaan mereka. Dia ingin menjadikan sebuah pusat pemerintahan untuk kaumnya. Dia kemudian pergi menuju kota Ariha (Jericho), tetapi kaumnya tidak mau dan berkata seperti termaktub dalam al-Qur'an, "Mereka berkata, 'wahai Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasuki, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu, pergilah engkau bersama Rabbmu, dan berperanglah kalian berdua, biarlah kami tetap (menanti) di sini saja,' " (QS. Al-Ma'idah [5]: 24).
Di saat mereka menolak untuk masuk negeri yang disucikan itu, Allah membalasnya dengan adzab. Mereka pun tersesat di lembah Tih selama 40 tahun. Beberapa tahun setelah itu, Nabi Harun wafat lalu disusul Nabi Musa. Setelah Nabi Musa wafat, bani Israil baru merasakan buruk dan bodohnya perbuatan serta tingkah laku mereka kepada Nabi Musa. Karena itu, mereka mengangkat Yusya' bin Nun sebagai Raja. Dialah yang kemudian membawa mereka menyeberangi sungai Jordan (asy-Syari'ah) menuju kota Ariha dan tinggal di sana.
Nabi Zulkifli AS
Nama aslinya ialah Basyar, anak Nabi Ayyub AS dari istrinya Rahmah. Seperti ayahnya, Zulkifli juga mempunyai sifat yang sabar dan teguh dalam pendirian. Ia hidup di sebuah negara yang dipimpin oleh seorang Raja yang arif bijaksana. Pada suatu hari Raja tsb mengumpulkan rakyatnya dan bertanya, "Siapakah yang sanggup berlaku sabar, jika siang berpuasa dan jika malam beribadah?" Tak ada seorang pun yang berani menyatakan kesanggupannya. Akhirnya anak muda bernama Basyar mengacungkan tangan dan berkata ia sanggup melakukan itu.
Sejak saat itulah ia dipanggil dengan Zulkifli yang artinya sanggup. Nabi Zulkifli AS juga seorang raja. Di waktu malam ia beribadah dan di waktu siang ia berpuasa. Ia juga diangkat menjadi hakim. Tidurnya di waktu malam sangat sedikit sekali. Pada suatu malam, ketika ia hendak pergi tidur ada seorang tamu yang hendak mengganggunya. Mestinya saat itu adalah saat beristirahat bagi Zulkifli, tapi ia melayani tamunya dengan sabar.
"Ada apakah saudara kemari di malam hari?" tanya Zulkifli.
"Hamba seorang musafir, barang-barang hamba dirampok di perjalanan", jawab tamu itu.
"Datanglah besok pagi atau petang hari," kata Zulkifli. Namun besok paginya orang itu tidak datang, padahal Zulkifli sudah menunggunya di ruang sidang. Petang harinya orang itu juga tidak datang, padahal ia telah menyatakan bersedia untuk datang.
Malam harinya, ketika Zulkifli sedang bersiap-siap untuk tidur, orang itu datang lagi.
"Mengapa waktu sidang dibuka kau tidak datang?" tanya Zulkifli.
"Orang yang merampok saya cerdik Tuanku. Jika waktu sidang dibuka, barang saya dikembalikan, jika sidang hendak ditutup, barang saya dirampasnya lagi", jawab orang itu.
Pada suatu malam, Raja Zulkifli sangat mengantuk. Ia telah berpesan pada penjaga agar menutup semua pintu dan menguncinya. Saat ia hendak membaringkan diri, terdengar suara pintu kamarnya diketuk orang.
"Siapa yang masuk?" tanya Zulkifli pada prajurit penjaganya.
"Tidak ada seorang pun Tuanku", jawab prajurit penjaganya dengan nada heran. Jelas tadi ia mendengar suara pintu diketuk. Lalu diperiksanya sekeliling rumah, ternyata ia menemukan seseorang. Ia merasa heran, jelas semua pintu telah terkunci rapat. Bagaimana orang itu bisa masuk?
"Kau bukan manusia, kau pasti iblis!" kata Zulkifli.
"Ya, aku memang iblis yang ingin menguji kesabaranmu.
Ternyata memang benar, kau orang yang dapat memenuhi kesanggupanmu dulu." Memang demikianlah adanya. Zulkifli adalah Nabi yang sabar, selalu mempergunakan akal sehatnya, tidak pernah marah kepada para tamunya.
Dikisahkan bahwa suatu hari terjadi peperangan antara negerinya dengan pemberontak yang durhaka kepada Allah. Raja Zulkifli memerintahkan prajurit dan rakyatnya untuk pergi ke medan juang. Tapi apa yang terjadi? Ternyata rakyatnya takut berperang. Mereka takut mati.
Rakyatnya hanya mau berperang jika Zulkifli mau mendoakan kepada Allah agar Allah menjamin hidup mereka, agar mereka tidak mati. Mendengar itu Zulkifli tidak lantas marah, bahkan ia pun bersedia memenuhi permintaan rakyatnya untuk berdoa kepada Allah.
Maka Allah mewahyukan kepadanya, "Aku telah mengetahui permintaan mereka, dan aku mendengar doamu. Semua itu akan Kukabulkan." Akhirnya dalam peperangan itu mereka memperoleh kemenangan, dan sesuai janji Allah, tidak satu pun dari mereka yang mati di medan juang. Nama Nabi Zulkifli hanya 2 kali disebut dalam Al Qur'an, yaitu dalam surat Al-Anbiyâ ayat 85 yang artinya: "Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar." dan surat Sâd ayat 48 yang artinya: "Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik."
Nabi Daud AS
Berlalulah tahun-tahun yang cukup panjang dari wafatnya Musa. Setelah Nabi Musa, datanglah para nabi dan mereka telah mati dan anak-anak Israil setelah Musa telah kalah. Kitab suci mereka telah hilang, yaitu Taurat. Ketika Taurat telah hilang dari dada mereka maka ia pun tercabut dari tangan mereka. Musuh-musuh mereka menguasai peti perjanjian yang di dalamnya terdapat peninggalan keluarga Musa dan Harun. Bani Israil terusir dari keluarga mereka dan rumah mereka. Keadaan mereka sungguh sangat tragis. Kenabian telah terputus dari cucu Lawi, dan tidak tersisa dari mereka kecuali seorang wanita yang hamil yang berdoa kepada Allah SWT agar Dia memberinya anak laki-laki. Lalu ia melahirkan anak laki-laki dan menamainya dengan nama Asymu'il yang dalam bahasa Ibrani berarti Ismail. Yakni Allah SWT mendengar doaku.
Ketika anak itu tumbuh dewasa, ibunya itu mengirimnya ke mesjid dan menyerahkannya kepada lelaki saleh agar belajar kebaikan dan ibadah darinya. Anak itu berada di sisinya. Pada suatu malam—ketika ia telah menginjak dewasa—ia tidur, lalu ia mendengar ada suara yang datang dari sisi mesjid. Ia bangun dalam keadaan ketakutan dan mengira bahwa syaikh atau gurunya memanggilnya. Ia segera menuju gurunya dan bertanya: "Apakah engkau memang memanggilku?" Guru itu tidak ingin menakut-nakutinya maka ia berkata: "Ya, ya." Anak itu pun tidur kembali.
Kemudian suara itu lagi-lagi memanggilnya untuk kedua kalinya dan ketiga hingga ia bangun dan melihat malaikat Jibril memanggilnya: "Tuhanmu telah mengutusmu kepada kaummu." Pada suatu hari, Bani Israil menemui nabi yang mulia ini. Mereka bertanya kepadanya: "Tidakkah kami orang-orang yang teraniaya?" Dia menjawab: "Benar." Mereka berkata: "Tidakkah kami orang-orang yang terusir?" Dia menjawab: "Benar." Mereka mengatakan: "Kirimkanlah untuk kami seorang raja yang dapat mengumpulkan kami di bawah satu bendera agar kita dapat berperang di jalan Allah SWT dan agar kita dapat mengembalikan tanah kita dan kemuliaan kita." Nabi mereka berkata kepada mereka dan tentu ia lebih tahu daripada mereka: "Apakah kalian yakin akan menjalankan peperangan jika diwajibkan peperangan atas kalian?"
Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak berperang di jalan Allah SWT sedangkan kami telah terusir dari negeri kami, dan anak-anak kami pun terusir serta keadaan kami makin memburuk." Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Thalut sebagai penguasa bagi kalian." Mereka berkata: "Bagaimana ia menjadi penguasa atas kami sedangkan kami lebih berhak mendapatkan kekuasaan itu daripadanya. Lagi pula, ia bukan seorang yang kaya, sedangkan di antara kami ada orang yang lebih kaya daripadanya."
Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah SWT memilihnya atas kalian karena ia memiliki keutamaan dari sisi ilmu dan fisik. Dan Allah SWT memberikan kekuasaan-Nya kepada siapa pun yang Dia kehendaki." Mereka berkata: "Apa tanda kekuasaa-Nya?" Nabi menjawab: "Kitab Taurat yang dirampas musuh kalian akan kembali kepada kalian. Kitab itu akan dibawa oleh para malaikat dan diserahkan kepada kalian. Ini adalah tanda kekuasaan-Nya." Mukjizat tersebut benar-benar terjadi di mana pada suatu hari Taurat kembali kepada mereka.
Pembentukan pasukan Thalut dimulai. Thalut telah menyiapkan tentaranya untuk memerangi Jalut. Jalut adalah seseorang yang perkasa dan penantang yang hebat di mana tak seorang pun mampu mengalahkannya. Pasukan Thalut telah siap. Pasukan berjalan dalam waktu yang lama di tengah-tengah gurun dan gunung sehingga mereka merasakan kehausan. Raja Thalut berkata kepada tentaranya: "Kita akan menemui sungai di jalan. Barangsiapa yang meminumnya maka hendaklah ia akan keluar dari pasukan dan barangsiapa yang tidak mencicipinya dan hanya sekadar membasahi kerongkongannya maka ia akan dapat bersamaku dalam pasukan."
Akhirnya, mereka mendapati sungai dan sebagian tentara minum darinya dan kemudian mereka keluar dari barisan tentara. Thalut telah menyiapkan ujian ini untuk mengetahui siapa di antara mereka yang menaatinya dan siapa yang membangkangnya; siapa di antara mereka yang memiliki tekad yang kuat dan mampu menahan rasa haus dan siapa yang memiliki keinginan yang lemah dan gampang menyerah.
Thalut berkata kepada dirinya sendiri: "Sekarang kami mengetahui orang-orang yang pengecut sehingga tidak ada yang bersamaku kecuali orang-orang yang berani." Jumlah pasukan memang berpengaruh tetapi yang paling penting dalam pasukan adalah, sifat keberanian dan iman, bukan semata-mata jumlah dan senjata. Lalu datanglah saat-saat yang menentukan bagi pasukan Thalut. Mereka berdiri di depan pasukan musuhnya, Jalut. Jumlah pasukan Thalut sedikit sekali tetapi pasukan Musuh sangat banyak dan kuat.
Sebagian orang-orang yang lemah dari pasukan Thalut berkata: "Bagaimana mungkin kita dapat mengalahkan pasukan yang perkasa itu?" Kemudian orang-orang mukmin dari pasukan Thalut menjawab: "Yang penting dalam pasukan adalah keimanan dan keberanian. Berapa banyak kelompok yang sedikit mampu mengalahkan kelompok yang banyak dengan izin Allah SWT." Allah SWT berfirman:
"Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka: 'Angkatlah untuk kami seorang raja agar kami berperang (di bawah pimpinannya) dijalan Allah. Nabi mereka menjawab: 'Mung-kin sehali jika kamu diwajibkan berperang, kamu tidah akan berperang.' Mereka menjawab: 'Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal kami sesungguhnya telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami.' Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang yang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang lalim.
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.' Mereka menjawab: 'Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalihan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?' (Nabi mereka) berkata: 'Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahi ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.' Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh malaikat.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman. Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: 'Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada rneminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: 'Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentara-nya.' Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: 'Berapa banyak yang terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orangyang sabar.'" (QS. al-Baqarah: 246-249)
Jalut tampak membawa baju besinya bersama pedangnya. Tampaknya ia menantang seseorang untuk berduel dengannya. Semua tentara Thalut merasa takut untuk menghadapinya. Di saat-saat tegang ini, muncullah dari pasukan Thalut seorang pengembala kambing yang kecil, yaitu Daud. Daud adalah seorang yang beriman kepada Allah SWT. Ia mengetahui bahwa keimanan kepada Allah SWT adalah hakikat kekuatan di alam ini, dan bahwa kemenangan bukan semata-mata ditentukan banyaknya senjata dan kuatnya tubuh.
Daud maju dan meminta kepada raja Thalut agar mengizinkannya berduel dengan Jalut. Namun si raja pada hari pertama menolak permintaan itu. Daud bukanlah seorang tentara, ia hanya sekadar pengembala kambing yang kecil. Ia tidak rnemiliki pengalaman dalam peperangan. Ia tidak memiliki pedang, senjatanya adalah potongan batu bata yang digunakan untuk mengusir kambingnya. Meskipun demikian, Daud mengetahui bahwa Allah SWT adalah sumber kekuatan yang hakiki di dunia ini. Karena ia seorang yang beriman kepada Allah SWT, maka ia merasa lebih kuat daripada Jalut.
Pada hari kedua, ia kembali meminta izin agar diberi kesempatan untuk memerangi Jalut. Lalu raja memberikan izin kepadanya. Raja berkata kepadanya: "Seandainya engkau berani memeranginya, maka engkau menjadi pemimpin pasukan dan akan menikahi anak perempuanku." Daud tidak peduli dengan iming-iming tersebut. Ia hanya ingin berperang dan memenangkan agama. Ia ingin membunuh Jalut, seorang lelaki yang sombong yang lalim dan tidak beriman kepada Allah SWT, Raja mengizinkan kepada Daud untuk berduel dengan jalut.
Daud maju dengan membawa tongkatnya dan lima buah batu serta katapel. Jalut maju dengan dilapisi senjata dan baju besi. Jalut berusaha mengejek Daud dan merendahkannya serta menertawakan kefakirannya dan kelemahannya. Kemudian Daud meletakkan batu yang kuat di atas katapelnya, lalu ia melepaskannya di udara sehingga batu itu pun meluncur dengan keras. Angin menjadi sahabat Daud karena ia cinta kepada Allah SWT sehingga angin itu membawa batu itu menuju ke dahi Jalut. Batu itu membunuhnya. Jalut yang dibekali senjata yang lengkap itu tersungkur ke tanah dan mati.
Daud, seorang pengembala yang baik, mengambil pedangnya. Dan berkecamuklah peperangan di antara kedua pasukan. Peperangan dimulai saat pemimpinnya terbunuh dan rasa ketakutan menghinggapi seluruh pasukannya, sedangkan pasukan yang lain dipimpin oleh seorang pengembala kambing yang sederhana.
Allah SWT berfirman:
"Tatkala mereka tampak oleh jalut dan tentaranya, mereka pun berdoa: 'Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami terhadap orang-orang kafir.' Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentarajalut dengan izin Allah memberinya kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam." (QS. al-Baqarah: 250-251)
Setelah Daud membunuh jalut, ia mencapai puncak ketenaran di tengah-tengah kaumnya sehingga ia menjadi seorang lelaki yang paling terkenal di kalangan Bani Israil. Beliau menjadi pemimpin pasukan dan suami dari anak perempuan raja. Namun Daud tidak begitu gembira dengan semua ini. Beliau tidak bertujuan untuk mencapai ketenaran atau kedudukan atau kehormatan, tetapi beliau berusaha untuk menggapai cinta Allah SWT. Daud telah diberi suatu suara yang sangat indah dan mengagumkan. Daud bertasbih kepada Allah SWT dan mengagungkan-Nya dengan suaranya yang menarik dan mengundang decak kagum. Oleh karena itu, setelah mengalahkan Jalut, Daud bersembunyi. Beliau pergi ke gurun dan gunung. Beliau merasakan kedamaian di tengah-tengah makhluk-makhluk yang lain. Di saat mengasingkan diri, beliau bertaubat kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia Kami. (Kami berfirman): 'Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud', dan Kami telah melu-nakkan besi padanya. (Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Saba': 10-11)
"Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud, dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi kepada kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)." (QS. al-Anbiya': 79-80)
Ketika Daud duduk, maka ia bertasbih kepada Allah SWT dan memuliakan-Nya. Allah SWT memilih Daud sebagai Nabi dan memberinya Kitab Zabur. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami berikan Kitab Zabur kepada Daud." (QS. al-Isra': 55)
Zabur adalah kitab suci seperti Kitab Taurat. Daud membaca kitab tersebut dan bertasbih kepada Allah SWT. Saat beliau bertasbih, gunung-gunung juga ikut bertasbih, dan burung-burung pun berkumpul bersama beliau.
Allah SWT berfirman:
"Dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu pagi dan petang, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan hikmah dan kebijaksanaan dalam menyeksaikan perselisihan." (QS. Shad: 17-20)
Gurun terbentang sehingga mencapai ufuk. Ini adalah hari puasa Daud. Nabi Daud berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada hari yang lain. Inilah yang disebut dengan Shiam ad-Dahr. Daud membaca Kitab Zabur dan merenungkan ayat-ayatnya. Gunung-gunung bertasbih bersamanya. Gunung menyempurnakan pembacaan ayat tersebut, dan terkadang beliau diam sementara gunung itu menyempurnakan tasbihnya. Bukan hanya gunung yang bertasbih bersama beliau, burung-burung pun ikut bertasbih.
Ketika Daud mulai membaca Kitab Zabur yang suci maka burung-burung, binatang-binafang buas, dan pohon-pohon pun berkumpul di sisinya, bahkan gunung-gunung ikut bertasbih. Bukan hanya karena ketulusan Daud yang menjadi penyebab bertasbihnya gunung-gunung atau burung-burung bersama beliau; bukan hanya keindahan suaranya yang menjadi penyebab bertasbihnya makhluk-makhluk yang lain bersama beliau, namun ini adalah mukjizat dari Allah SWT kepadanya sebagai Nabi yang memiliki keimanan yang agung, yang cintanya kepada Allah SWT sangat tulus. Bukan hanya ini mukjizat yang diberikan kepada beliau, Allah SWT juga memberinya ilmu atau kemampuan untuk memahami bahasa burung dan hewan-hewan yang lain.
Pada suatu hari, beliau merenung dan mendengarkan ocehan burung yang berdialog satu sama lain. Lalu beliau mengerti apa yang dibicarakan burung-burung itu. Allah SWT meletakkan cahaya dalam hatinya sehingga ia memahami bahasa burung dan bahasa hewan-hewan yang lain. Daud sangat mencintai hewan dan burung. Beliau berlemah lembut kepada hewan-hewan itu, bahkan beliau merawatnya ketika hewan-hewan itu sakit sehingga burung-burung dan binatang yang lain pun mencintainya.
Di samping kemampuan memahami bahasa burung, Allah SWT juga memberinya hikmah (ilmu pengetahuan). Ketika Daud memperoleh ilmu dari Allah SWT atau ketika ia mendapatkan mukjizat maka bertambahlah rasa cintanya kepada Allah SWT dan bertambah juga rasa syukumya kepada-Nya, begitu juga ibadahnya semakin meningkat. Oleh karena itu, beliau berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada hari yang lain. Allah SWT sangat mencintai Daud dan memberinya kerajaan yang besar. Dan masalah yang dihadapi oleh kaumnya adalah, banyaknya peperangan di zaman mereka. Karena itu, pembuatan baju besi sangat penting. Baju besi yang dibuat oleh para ahli sangat berat sehingga seorang yang berperang tidak mudah bergerak dengan bebas ketika memakai baju besi itu.
Pada suatu hari, Nabi Daud duduk sambil merenungkan masalah tersebut dan di depan beliau ada potongan besi yang beliau main-mainkan. Tiba-tiba, beliau mengetahui bahwa tangannya dapat membikin besi itu lunak. Allah SWT memang telah melunakkan besi bagi Daud. Lalu Daud memotong-motongnya dan membentuknya dalam potongan-potongan kecil dan melekatkan sebagian pada yang lain, sehingga beliau mampu membuat baju besi yang baru, yaitu baju besi yang terbentuk dari lingkaran-lingkaran besi yang jika dipakai oleh seseorang yang berperang maka ia akan leluasa untuk bergerak dan tubuhnya tetap terlindung dari pedang dan kampak. Baju besi itu lebih baik dari semua baju besi yang ada pada saat itu.
Allah SWT melunakkan baju besi baginya. Yakni, Nabi Daud adalah orang yang pertama kali menemukan bahwa besi dapat menjadi leleh dengan api dan ia dapat dibentuk menjadi ribuan rupa. Kami merasa puas dengan tafsir seperti ini. Nabi Daud bersyukur kepada Allah SWT. Kemudian banyak pabrik-pabrik berdiri untuk membuat baju besi yang baru. Ketika selesai pembuatan baju besi itu dan diberikan kepada pasukannya maka musuh-musuh Daud mengetahui bahwa pedang mereka tidak akan mampu menembus baju besi ini.
Baju besi yang dipakai oleh para musuh itu sangat berat dan dapat ditembus oleh pedang. Baju besi yang mereka pakai tidak membuat mereka bergerak dengan bebas dan tidak dapat melindungi mereka saat berperang, tidak demikian halnya dengan baju besi yang dibuat oleh Nabi Daud. Setiap peperangan yang diikuti oleh tentara Daud maka beliau selalu mendapatkan kemenangan; setiap kali beliau memasuki kancah peperangan maka beliau merasakan kemenangan. Beliau mengetahui bahwa kemenangan ini semata-mata datangnya karena Allah SWT sehingga rasa syukurnya kepada-Nya semakin bertambah dan tasbih yang beliau lakukan pun semakin meningkat serta kecintaan kepada Allah SWT pun semakin bergelora.
Ketika Allah SWT mencintai seorang nabi atau seorang hamba dari hamba-hamba-Nya maka Dia menjadikan manusia juga mencintainya. Manusia mencintai Nabi Daud sebagaimana burung-burung, hewan-hewan, dan gunung-gunung pun mencintainya. Raja melihat hal yang demikian itu lalu timbullah rasa cemburu dalam dirinya. Ia mulai berusaha untuk menyakiti Nabi Daud dan membunuhnya. Ia menyiapkan pasukan untuk membunuh Daud. Daud mengetahui bahwa raja cemburu kepadanya.
Oleh karena itu, beliau tidak memerangi raja namun apa yang beliau lakukan? Beliau mengambil pedang raja saat ia tidur lalu beliau memotong sebagian dari pakaiannya dengan pedang itu. Kemudian beliau membangunkan raja dan berkata kepadanya: "Wahai raja, engkau telah berencana untuk membunuhku, namun aku tidak membencimu dan tidak ingin membunuhmu. Seandainya aku ingin membunuhmu maka aku lakukan saat engkau tidur. Ini bajumu telah terpotong. Aku telah memotongnya saat engkau tidur. Aku bisa saja memotong lehermu sebagai ganti dari memotong baju itu, tetapi aku tidak melakukannya. Aku tidak suka untuk menyakiti seseorang pun. Ajaran yang aku bawa hanya berisi cinta dan kasih sayang, bukan kebencian. Raja menyadari bahwa dirinya salah dan ia meminta maaf kepada Daud."
Kemudian berlalulah hari demi hari dan raja terbunuh dalam suatu peperangan yang tidak diikuti oleh Nabi Daud, karena raja itu cemburu kepadanya dan menolak bantuannya. Setelah itu, Nabi Daud menjadi raja. Masyarakat saat itu mengetahui bahwa Daud melakukan apa saja demi kebaikan dan kebahagiaan mereka sehingga mereka rela untuk menjadikannya raja bagi mereka. Jadi, Daud menjadi Nabi yang diutus oleh Allah SWT sekaligus menjadi raja. Kekuasaan tersebut justru meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT dan meningkatkan ibadahnya kepada-Nya serta mendorong beliau untuk lebih meningkatkan kebaikan dan menyantuni orang-orang fakir serta menjaga kepentingan masyarakat umum.
Allah SWT memperkuat kerajaan Daud. Allah selalu menjadikannya menang ketika melawan musuh-musuhnya. Allah menjadikan kerajaannya sangat besar sehingga ditakuti oleh musuh-musuhnya meskipun tidak dalam peperangan. Allah menambah nikmat-Nya kepada Daud dalam bentuk memberinya hikmah. Selain memberi kenabian kepada Daud, Allah SWT memberi hikmah dan kemampuan untuk membedakan kebenaran dari kebatilan. Nabi Daud mempunyai seorang anak yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah anak yang cerdas dan kecerdasannya itu tampak sejak masa kecilnya. Usia Sulaiman mencapai sebelas tahun ketika terjadi kisah ini. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberihan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu. " (QS. al-Anbiya': 78-79)
Seperti biasanya, Daud duduk dan memberikan keputusan hukurn kepada manusia dan menyelesaikan persoalan mereka. Seorang lelaki pemilik kebun datang kepadanya disertai dengan lelaki yang lain. Pemilik kebun itu berkata kepadanya: "Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya kambing laki-laki ini masuk ke kebunku dan memakan semua anggur yang ada di dalamnya. Aku datang kepadamu agar engkau menjadi hakim bagi kami. Dan aku menuntut ganti rugi."
Daud berkata kepada pemilik kambing: "Apakah benar bahwa kambingmu memakan kebun lelaki ini?" Pemilik kambing itu berkata: "Benar wahai tuanku." Daud berkata: "Aku telah memutuskan untuk memberikan kambingmu sebagai ganti dari apa yang telah dirusak oleh kambingmu." Sulaiman berkata: "Allah telah memberinya hikmah di samping ilmu yang diwarisi dari ayahnya— aku memiliki hukum yang lain, wahai ayahku." Daud berkata: "Katakanlah wahai Sulaiman." Sulaiman berkata: "Aku memutuskan agar pemilik kambing mengambil kebun laki-laki ini yang buahnya telah dimakan oleh kambingnya.
Lalu hendaklah ia memperbaikinya dan menanam di situ sehingga tumbuhlah pohon-pohon anggur yang baru. Dan aku memutuskan agar pemilik kebun itu mengambil kambingnya sehingga ia dapat mengambil manfaat dari bulunya dan susunya serta makan darinya. Jika pohon anggur telah besar dan kebun tidak rusak atau kembali seperti semula, maka pemilik kebun itu dapat mengambil kembali kebunnya dan begitu juga pemilik kambing pun dapat mengambil kambingnya." Daud berkata: "Ini adalah keputusan yang hebat wahai Sulaiman. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberimu hikmah ini. Engkau adalah Sulaiman yang benar-benar bijaksana." Nabi Daud—meskipun kedekatannya kepada Allah SWT dan kecintaannya kepada-Nya—selalu belajar kepada Allah SWT. Allah SWT telah mengajarinya agar ia tidak memutuskan suatu perkara kecuali setelah ia mendengar perkataan kedua belah pihak yang bertikai.
Pada suatu hari Nabi Daud duduk di mihrabnya yang di situ ia salat dan beribadah. Ketika ia memasuki kamarnya, ia memerintahkan para pengawalnya untuk tidak mengizinkan seseorang pun masuk menemuinya atau mengganggunya saat ia salat. Tiba-tiba, beliau dikagetkan ketika melihat dua orang lelaki berdiri di hadapannya. Daud takut kepada mereka berdua karena mereka berani masuk, padahal ia telah memerintahkan agar tak seorang pun masuk menemuinya. Daud bertanya kepada mereka: "Siapakah kalian berdua?" Salah seorang lelaki itu berkata: "Janganlah takut wahai tuanku.
Aku dan laki-laki ini berselisih pendapat. Kami datang kepadamu agar kamu memutuskan dengan cara yang benar." Daud bertanya: "Apa masalahnya?" Laki-laki yang pertama berkata: "Saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan kambing betina, sedangkan aku hanya mempunyai satu. Ia telah mengambilnya dariku." Ia berkata: "Berikanlah kepadaku, lalu ia mengambilnya dariku." Daud berkata tanpa mendengar pendapat atau argumentasi pihak yang lain: 'Sesungguknya dia telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya dari kebanyakan orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat lalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orangyang beriman.'
Daud terkejut ketika tiba-tiba dua orang itu menghilang dari hadapannya. Kedua orang itu bersembunyi laksana awan yang menguap di udara. Akhirnya, Daud mengetahui bahwa kedua lelaki itu adalah malaikat yang diutus oleh Allah SWT kepadanya untuk memberinya pelajaran: hendaklah ia tidak mengambil keputusan hukum di antara dua orang yang berselisih kecuali setelah mendengar perkataan mereka semua. Barangkali pemilik sembilan puluh sembilan kambing itu yang benar. Daud tunduk dan bersujud serta rukuk kepada Allah SWT dan meminta ampun kepada-Nya. Allah SWT berfirman:
"Dan sampaikah kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika mereka memanjat pagar? Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut dengan (kedatangan) mereka. Mereka berkata: 'Janganlah kamu merasa takut, (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat lalim kepada yang lain; maka berilah keputusan di antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja.
Maka dia berkata: 'Serahkanlah kambing itu kepadaku dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan.' Daud berkata: 'Sesungguhnya dia telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya dari kebanyakan orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat lalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; maka ia meminta. ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik." (QS. Shad: 21-25)
Banyak cerita dongeng atau bohong yang disampaikan orang-orang Yahudi tentang godaan yang dialami oleh Daud. Dikatakan bahwa ia tertarik dengan istri dari salah seorang pemimpin pasukannya lalu ia mengutus pemimpin itu di suatu peperangan di mana ia mengetahui apa yang terjadi dengannya. Kemudian Daud menguasai istrinya.
Itu adalah kepalsuan yang mengada-ada. Manusia yang hatinya berhubungan dengan bintang tertinggi di langit dan tasbihnya berhubungan dengan tasbih makhluk-makhluk dan benda-benda mati, maka mustahil baginya untuk hanya melihat atau tertarik dengan keindahan atau kecantikan wajah wanita atau fisiknya. Seseorang yang melihat puncak keindahan di alam dan berhubungan dengannya secara langsung dan menundukkannya dengan tasbihnya maka mustahil baginya untuk tunduk kepada naluri seksual. Daud adalah seorang hamba Allah SWT dan tidak mungkin ia menjadi hamba dari nalurinya sebagaimana yang dikemukakan oleh cerita-cerita palsu Bani Israil.
Nabi Daud kembali menyembah Allah SWT dan bertasbih kepada-Nya serta melantunkan senandung cinta kepada-Nya sampai akhir hayatnya. Nabi Daud berpuasa sehari dan berbuka sehari. Sehubungan dengan itu, Rasulullah saw bersabda: "Sebaik-baik puasa adalah puasanya Daud. Beliau berpuasa satu hari dan berbuka satu hari. Beliau membaca Zabur dengan tujuh puluh suara; beliau melakukan salat di tengah malam dan menangis di dalamnya, dan karena tangisannya segala sesuatu pun ikut menangis, dan suaranya dapat menyembuhkan orang yang gelisah dan orang yang menderita." Nabi Daud meninggal secara tiba-tiba sebagaimana dikatakan oleh berbagai riwayat.
Matahari mengganggu manusia, lalu Sulaiman memanggil burung dan berkata: "Naungilah Daud. Maka burung itu menaunginya. Dan angin menjadi tenang." Sulaiman berkata kepada burung: "Naungilah manusia dari sengatan matahari. Burung itu pun tunduk kepada perintah Sulaiman. Ini untuk pertama kalinya orang-orang menyaksikan kekuasaan Sulaiman."
Nabi Sulaiman AS
Sulaiman menjadi Raja setelah ayahnya wafat, pada waktu itu ia baru berusia tiga belas (13) tahun. Allah SWT member keistimewaan kepada Sulaiman, selain sebagai raja yang besar ia juga sebagai Nabi. Keistimewaan Nabi Sulaiman yaitu pikirannya yang cerdas dan ilmunya yang sangat luas, Nabi Sulaiman dapat berhubungan langsung dengan makhluk lainnya seperti Jin, Semut, dan burung.
Semua makhluk patuh kepada perintahnya dengan seizing Allah SWT.
Nabi Sulaiman menyeru umatnya menyembah Allah SWT seperti Firman Allah dalam surat Al Hijr ayat 94 yang berbunyi : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”.
Waktu Nabi Sulaiman AS berkuasa ada seorang Ratu yang bernama Ratu Bulqis. Ratu Bulqis dari Kerajaan Negeri Saba, Ratu Bulqis tersebut dan rakyatnya menyembah Matahari. Mengetahui akan hal itu, Nabi Sulaiman mengirim surat dan surat itu dibawa langsung oleh burung Hudhud dan disampaikan kepada Ratu Bulqis. Ratu Bulqis menjawab surat Nabi Sulaiman, aku akan menghadap sendiri kata Ratu Bulqis. Setelah menghadap ia sangat kagum melihat istana yang besar dan indah dan ia juga kagum melihat Nabi Sulaiman mengatur Kerajaannya dengan bijaksana.
Akhirnya Ratu Bulqis mau beriman, ia mengakui Nabi Sulaiman sebagai Rasul. Nabi Sulaiman wafat pada usia 180 tahun, ia wafat setelah melaksanakan tugas Kenabian dan Kerasulannya.
Mukjizat Nabi Sulaiman adalah
Dapat berbicara dengan hewan
Dapat memerintah Jin dan Setan dengan seizing Allah SWT.
Dapat memerintah angin dengan seizing Allah SWT.
Nabi Ilyas AS
Dalam kisah dan cerita juga merupakan kisah teladan yang juga bisa menjadi renungan kita bersama karena dalam sejarah para nabi dan Rosul kehadiran mereka memang memiliki mandat atau amanat yang harus dijalankan sebagaimana mestinya.
Kisah tentang Nabi ILYAS as ini diceritakan bahwa Nabi IlYas telah diutus oleh Allah Swt. untuk mengingatkan kaum Bani Israil yang kufur, yaitu penduduk negeri Baalbek, sebuah darah di Libanon. Mereka menyembah berhala bernama Baal.
Ilyas merupakan keturunan keempat Nabi Harun. Ia adalah putra Yasin bin Fanhash bin Aizar bin Harun. Ia berdakwah agar kaumnya mau meninggalkan kebiasaan buruk mereka menyembah berhala. Berkali-kali Nabi Ilyas mengingatkan, namun mereka tidak pernah menghiraukan.
Menyadari kaumnya tidak mematuhi seruannya, Nabi Ilyas meminta agar Allah Swt. menurunkan balasan-Nya. Maka datanglah bencana kekeringan melanda negeri Baalbek. Kisah Nabi Ilyas ini tidak banyak diceritakan dalam Al Qur'an. Nama Ilyas hanya disebut empat kali, yaitu dalam surah al-An'am ayat 85 serta surah as-Saffat ayat 123, 129 dan 130.
BENCANA KEKERINGAN
Karena kaum Nabi Ilyas durhaka, Allah Swt. menurunkan azab berupa kemarau panjang selama tiga tahun berturut-turut. Semua tanaman dan hewan mati karena kelaparan. Kaum Nabi Ilyas akhirnya menyadari kesalahan mereka. Mereka bersedia meninggalkan berhala dan berjanji tidak menyembahnya lagi. Karena mereka sadar, Nabi Ilyas memohon kepada Allah Swt. agar menurunkan hujan ke tengah- tengah kaumnya. Namun setelah menikmati kemakmuran hidup, kaum Nabi Ilyas kembali ingkar. Mengetahui kekufuran kaumnya, Nabi Ilyas pun berdoa agar Allah Swt. menarik kembali nikmat yang telah dicurahkan kepada kaumnya dan mereka kembali ditimpa bencana yang lebih dahsyat daripada bencana sebelumnya.
BERHALA BAAL
Nabi Ilyas mendapat tugas dari Allah Swt. untuk menyadarkan kaum Bani Israil yang suka menyembah berhala Baal. Ilyas mengingatkan kaumnya, bahwa berhala yang mereka sembah itu bukan tuhan yang sebenarnya. Ia juga menyerukan agar mereka takut kepada Allah Swt. yang menciptakan alam semesta, dan menegaskan bahwa Allah Swt. adalah Tuhan para pendahulu mereka. Namun kaum Bani Israil mendustakan seruan Ilyas tersebut. Kisah Nabi Ilyas yang memperingatkan kaumnya itu terdapat dalam Al-Qur'an surah as-Saffat ayat 124-127.
Nabi Ilyasa AS
Nabi Ilyasa AS adalah anak Akhtub bin 'Ajuz, yang lalu diangkat anak oleh Nabi Ilyas A.S. Beliau diangkat oleh Allah menjadi rasul sebagaimana telah tersebut di dalam AI Qur'an.
Artinya:
Adapun Ismail, Ilyasa, Yunus dan Luth, semuanya itu teiah Kami berikan kepadanya keiebihan derajatnya di atas umat (di masanya). (QS. Al An'aam: 86).
Pada zaman Nabi Ilyasa, rakyat hidup aman dan makmur karena umatnya selalu patuh kepada perintah dan ajaran Nabi Ilyasa. Kemudian setelah Nabi Ilyasa meninggal dunia, umatnya (Bani lsrail) meninggalkan hukum Taurat. Mereka mengambil jalan yang salah, yang makin hari makin bertambah kekufuran dan kedurhakaan mereka kepada Allah, sehingga Allah melenyapkan nikmat dan kesenangan dari mereka.
Ia putra dari paman Nabi Ilyas. Melaksanakan dakwah setelah Nabi Ilyas wafat. Karenanya dalam berdakwah ia berpegang pada syari’at dan metode nabi Ilyas. Al Qur’an tidak menguraikan tentang Nabi Ilyasa. Hanya dijelaskan.”Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, Dzulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.”(Q.S. Shaad : 48)
Nabi ini termasuk hamba Allah yang terbaik. Konon nabi inilah yang disebut dalam kitab Taurat. Di antara mukjizatnya adalah menghidupkan kembali orang yang telah mati.
Ilyasa adalah rasul dari kalangan Bani Israel dari garis keturunan yang sama dengan Musa, Harun serta Ilyas. Nama Ilyasa disebut dalam kisah Ilyas, saat rasul itu dikejar-kejar kaumnya dan bersembunyi di rumah Ilyasa. Maka besar kemungkinan Ilyasa juga tinggal di seputar lembah sungai Yordania. Ketika Ilyas bersembunyi di rumahnya, Ilyasa masih seorang belia. Saat itu ia tengah menderita sakit. Ilyas membantu menyembuhkan penyakitnya.
Setelah sembuh, Ilyasa pun menjadi sahabat Ilyas yang selalu mendampingi untuk menyeru ke jalan kebaikan. Ilyasa melanjutkan tugas tersebut selepas Ilyas meninggal. Ilyasa kemudian mendapati bahwa manusia ternyata begitu mudah kembali ke jalan sesat. Itu terjadi tak lama setelah Ilyas wafat. Padahal masyarakat lembah sungai Yordania itu sempat mengikuti seruan Ilyas agar meninggalkan pemujaannya pada berhala. Pada kalangan itulah Ilyasa tak lelah menyeru ke jalan kebaikan. Dikisahkan bahwa mereka tetap tak mau mendengar seruan Ilyasa, dan mereka kembali menanggung bencana kekeringan yang luar biasa.
Nabi Yunus AS
Nabi Yunus bin Mata termasuk orang yang shaleh, sejak sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul beliau memang seorang ahli ibadah yang tekun. Ia termasuk orang yang lurus, namun ada kelemahannya yaitu mudah hilang harapan, ia telah mengajak kaumnya menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap berhala. Meninggalkan kemaksiatan dan kedurhakaan. Namun di antara sekian banyak kaumnya itu hanya dua orang yang mau mengikutinya. Dua orang itu adalah Rubil dan Tanuh. Rubil seorang yang alim dan bijaksana sedangkan Tanuh seorang yang tenang dan sederhana.
Nabi Yunus as mengancam kaumnya bahwa jika dalam tempo 30 hari mereka tidak mau insyaf, tidak bertaubat kepada Allah maka akan diturunkan siksa. Allah mencela batas waktu itu dan supaya ditambah 10 hari dengan demikian turunnya siksa itu menjadi 40 hari.
Ia kembali kepada kaumnya untuk menyampaikan bahwa tenggang waktu bagi mereka ditambah 10 hari. Selepas itu mereka akan disiksa. Tetapi kaumnya tidak mau menggubrisnya, mereka malah berani menunggu datangnya siksa itu. Nabi Yunus as putus asa atas kebenggalan kaumnya itu. Ia pergi meninggalkan mereka.
Setelah 40 hari tiba-tiba muncullah awan gelap dipagi hari : “Bertambah siang mereka melihat cahaya merah seperti api hendak turun dari langit. Mereka ketakutan, berbondong-bondong mencari Nabi Yunus tetapi tidak ketemu. Tak seorangpun mengetahui tempatnya. Lalu mereka bertaubat dan menjalankan ajaran Nabi Yunus. Maka siksa tak jadi diturunkan.
Nabi Yunus tak tahu harus pergi ke mana. Tiba di tepi laut ia menumpang sebuah kapal, penumpang kapal sebenarnya sudah banyak, ketika tiba di tengah laut kapal itu oleng dihantam ombak. Semua perbekalan sudah dikurangi, namun kapal tetap oleng. Nakhoda memutuskan untuk melempar salah seorang penumpang ke laut. Diadakan undian, di undi tiga kali selalu nama Yunus yang keluar. Tak dapat ditolak lagi maka Nabi Yunus dilempar ke tengah laut.
Allah tidak menghendaki Rasul-Nya binasa, seekor ikan paus besar diperintahkan untuk menelan Nabi Yunus. Di dalam perut ikan itulah Nabi Yunus sadar akan kesalahannya karena telah meninggalkan kaumnya. Ia berdoa kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya : “Ya Allah, Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Tuhan. Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri. Dan aku termasuk golongan orang yang dzalim”.
Atas kesungguhannya dalam berdoa dan karena rahmat Allah maka Nabi Yunus dikeluarkan dari perut ikan paus. Ia tiba di tepi pantai dalam keadaan sakit dan lemah. Setelah Allah mengembalikan kekuatan dan kesehatannya maka ia segera kembali kepada kaumnnya.
Ternyata kaumnya itu menyambut kedatangannya dengan gembira. Tak kurang dari 100.000 orang telah diseru Nabi Yunus untuk menyembah Allah. Karena kaumnya menurut dan bersedia diajak beribadah kepada Allah maka Allah memberikan kelapangan dan ketentraman hidup dan kesenangan selama beberapa masa.
Nabi Zakaria AS
Umur Nabi Zakaria as dan isterinya sudah tua, padahal sejak usia muda mereka mendambakan seorang putra yang dapat melanjutkan dakwah untuk membimbing umatnya supaya tidak tersesat. Pekerjaannya sehari-hari adalah sebagai tukang kayu, tetapi dakwah yang dilakukan untuk membimbing umat lebih diutamakannya dari pada kepentingan pribadi.
Siang malam Ia berdoa bersama isterinya, akhirnya doanya dikabulkan. Isterinya mengandung, sesudah melahirkan anak laki-laki maka anak itu diberi nama Yahya.
Sesudah dewasa Nabi Yahya as beristeri dengan seorang wanita bernama Isya binti Faqud bin Miyal. Isya mempunyai saudara perempuan bernama Hanah. Hanah diperisteri oleh Imran, dari pasangan Hanah dan Imran ini lahirlah Maryam ibu Nabi Isa as.
Kelahiran Maryam
Pasangan suami isteri Hanah dan Imran sudah berusia lanjut namun juga belum dikaruniai anak. Siang malam mereka berdoa akhirnya Allah mengabulkan doanya. Hanah mengandung namun sayang, disaat Hanah mengandung Imran meninggal dunia.
Karena tidak mempunyai ayah, sesudah bayi itu lahir ia diasuh oleh Nabi Zakaria setelah terlebih dahulu diserahkan kepada Allah yaitu diletakkan di Masjid Baitul Aqsha.
Nabi Zakaria as dan Nabi Yahya as dikenal sebagai Nabi yang gigih memperjuangkan agama Allah. Nabi Yahya dikenal sebagai seorang pembaptis di tepi sungai Yordan. Pemandian itu bukan berarti mencuci dosa, melainkan tanda orang tersebut bertaubat.
Nabi Yahya AS
Nabi Yahya a.s. adalah anak Nabi Zakariya a.s., Nabi Yahya a.s. adalah seorang yang bertakwa dan telah diberi hikmah oleh Allah s.w.t. dari semenjak kecil. Beliau adalah seseorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan beliau bukan orang yang sombong dan durhaka.
Pada masa itu ada seorang Raja yang sudah tua dan bermaksud mengawini anak tirinya. Nabi Yahya a.s. melarang perkawinan itu, karena Allah s.w.t. melarang Ayah ataupun Ibu yang mengawini anak tirinya. Raja tersebut menjadi marah, lalu Nabi Yahya dibunuhnya.
Bila Nabi Zakariya a.s. mendengar tentang terbunuhnya Nabi Yahya, maka dengan izin Allah datanglah Malaikat Jibril yang menyuruh beliau keluar dari rumah. Sampailah beliau disebuah kebun, atas izin Allah pula sebuah pohon kayu terbelah dua dan masuklah Nabi Zakariya a.s. kedalamnya. Sementara itu datanglah pesuruh-pesuruh Raja yang menduga bahwa Nabi Zakariya mempunyai sihir yang kuat sehingga dapat masuk kedalam pohon tersebut. Maka pohon kayu itu pun digergaji oleh mereka sehingga terbunuhlah Nabi Zakariya a.s.
Ada dua riwayat yang mengatakan ;
1. Takala gergaji yang digunakan untuk memotong pohon dan mengenai otot-otot Nabi Zakariya a.s. membuat beliau merintih, lalu Allah s.w.t. mewahyukan "Jika rintihanmu tidak mereda maka aku akan jungkalkan bumi dan semua isinya" hal ini membuat Nabi Zakariya a.s. menahan rintihannya sehingga beliau terbelah menjadi dua.
2. Bahwa orang yang terbelah didalam pohon tersebut adalah orang lain yang bukan merupakan nabi Zakariya a.s. adapun Nabi Zakariya a.s. meninggal secara alami. Wallahu A'lam.
Ada riwayat lain yang mengatakan bahwa pembunuhan atas Nabi Yahya a.s. adalah hal yang sangat mustahil, karena Nabi Yahya a.s. adalah seorang Nabi yang dijaga dan dilindungi oleh Allah s.w.t. dan berita tersebut adalah salah satu cara dari kebiasaan sebagian orang-orang israil yang ingin merendahkan dan mengecilkan para Nabi Allah.Umur Nabi Zakaria as dan isterinya sudah tua, padahal sejak usia muda mereka mendambakan seorang putra yang dapat melanjutkan dakwah untuk membimbing umatnya supaya tidak tersesat. Pekerjaannya sehari-hari adalah sebagai tukang kayu, tetapi dakwah yang dilakukan untuk membimbing umat lebih diutamakannya dari pada kepentingan pribadi.
Nabi Isa AS
Maryam sejak kecil diasuh oleh mendiang nabi zakaria, ia seorang gadis yang baik budi pekertinya, sesudah menginjak usia dewasa ia selalu mengurung diri di tempat ibadah. Sama sekali tak pernah berhubungan dengan orang lain. Pada suatu hari nabi zakaria menengok Maryam di tempatnya, ia terkejut melihat aneka buah – buahan yang ada dalam kamarnya. Maryam menjelaskan bahwa semua itu adalah karunia Allah swt. Nabi Zakaria percaya akan hal itu, memang tidak mustahil Maryam yang suci, taqwa dan tunduk pada perintah allah itu sehingga mendapat karunia berupa makanan dari sorga.
Pada suatu hari Maryam kedatangan malaikat yang mengatakan bahwa ia akan mengandung dan akan melahirkan anak laki – laki yang nantinya akan menjadi nabi dan Rasul. Setalah kedatangan Malaikat dan mendengar perkataannya bahwa Maryam akan mengandung, maka Maryam menjadi heran, bagaimana bisa ia mengandung padahal ia adalah seorang yang masih perawan, belum pernah bersuami akan mempunyai anak. Malaikat menjawab bahwa jika Allah menghendaki sesuatu cukuplah berkata : “jadilah” maka kehendak Nya pua akan jadi.
Maryam Mengasingkan Diri
Ternayata betul, tidak beberapa lama kemudian Maryam hamil, segera saja ia jadi bahan pergujingan masyarakat di sekitarnya, ia dianggap telah berbuat serong dengan lelaki lain. Sungguh tuduhan ini merupakan hal yang menyakitkan bagi Maryam. Inilah salah satu dari ujian berat yang harus dihadapi dengan iman yang teguh. Ia mengasingkan diri dari keramaian untuk menghindari cemohan masyarakat, tak lama ia melahirkan bayinya di bawah pohon kurma yang di berkahi Allah swt. Bayinya lahir dengan selamat, sesudah itu pula kesehatannya pulih, Maryam kembali ke rumahnya dengan membawa anak bayinya itu.
Sang Bayi Yang Menjelaskan semuanya
Berbagai pendapat dan tuduhan yang ditujukan kepada Maryam, bagaimana ia seorang perawan yang tekun beribadah bisa melahirkan seorang anak.? “tanyakanlah pada bayi itu sendiri.! Kata Maryam menjawab pertanyan orang – orang di sekelilingnya. Walau merasa ragu dan menganggap Maryam tak waras mereka bertanya pula kepada Isa, anak Maryam yang masih bayi itu.
Tak disangka Isa yang masih bayi itu menjawab atas kehendak Allah swt “ Aku; adalah hamba Allah,”akan diturunkan kepadaku Kitab Injil. Allah telah memilihku menjadi seorang Nabi, yang akan menjadi orang dan mendatangkan berkah serta mengajar untuk kebaikkan, memerintahku untuk mendirikan shalat dan membayar zakat selama hidupku, berbuat baik kepada orang tuaku, tidak sombong pada orang lain dan tidak tenggelam dalam maksiat. Allah memberiku keselamatan pada hari lahirku dan kematianku dan juga pada hari kebangkitan pada hari kiamat nati. ”Dengan demikian yakinlah mereka bahwa Maryam memang suci bersih dari tuduhan mereka selama ini.
Kenabian Isa as
Sejak kecil Isa sudah menampakkan diri sebagai manusia istimewa, kecerdasannya luar biasa dan setelah berumur 30 tahun ia diangkat sebagai Nabi dan Rasul, sebelum itu telah diajarkan kepadanya Taurat dan Injil. Dengan diangkatnya sebagai Rasul maka mulailah ia menyebarkan agama Islam kepada kaumnya, menyeruhkan kaum Yahudi dan orang – orang Israil untuk kembali kepada Allah, menyadarkan kesesatan mereka yang telah berani merubah Kitab Taurat peninggalan Nabi Musa As.
Kabar Tentang Datangnya Nabi Akhir Zaman
Salah satu ajaran Nabi Isa as adalah kabar tentang adanya nabi sesudahnya yaitu Ahmad atau Muhammad. Hal ini tersebutlah dalam Al Quran surat Ashshaff : “sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelum ku, yaitu kitab taurat dan memberi kabar gembira dengan datangnya seorang Rasul yang akan datang sesudahku yaitu Ahmad ( Muhammad)”.
Pengikut Nabi Isa as
Hawariyun adalah para sahabat nabi Isa dan murid - murid yang dekat, mereka inilah yang meneruskan dan menyebarkan ajaran nabi Isa as kepada kaumnya.
Mu”jizat Nabi Isa as
Kedatangan nabi Isa as dengan ajarannya yang bersih dan benar telah membuat tokoh – tokoh agama dari kalangan rahib Bani Israil terancam kedudukannya, maka mereka minta bukti kebenaran beliau selaku utusan Allah. Maka Allah memberikan Mu”jizat kepada nabi Isa untuk menguatkan ajarannya antara lain: Nabi Isa membuat mainan burung dari tanah liat, setelah ditiup, burung itu hidup dan terbang atas seizin Allah.
Beliau dapat menyembuhkan orang buta. Beliau dapat menyembuhkan orang yang terkena sakit sopak, dan dapat menghidupkan orang mati. Bisa menceritakan jenis makanan yang di makan orang – orang di rumah mereka dan juga makanan yang mereka simpan dan dapat menurunkan makanan dari langit untuk menuruti kaumnya yang minta hidangan dari sorga.
Wafatnya Nabi Isa as
Pemerintah Romawi tidak menyukai kehadiran Nabi Isa as yang dianggap membahayakan imperium mereka. Mereka bermaksud untuk membunuh nabi Isa. Salah seorang murid Nabi Isa yang bernama Yudas berkhianat, dialah yang menunjukkan tempat persembunyian nabi Isa. Tetapi Allah melindungi nabi Isa, beliau diangkat ke langit, sedang Yudas yang berkhianat itu diserupakan wajah dan penampilan seperti Nabi Isa, maka Yudas lah yang ditangkap dan disalib tentara Romawi.
Menurut hadist shahih nabi Isa akan diturunkan ke dunia lagi menjelang hari kiamat.
Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang diutus ke muka bumi untuk membawa umatnya ke jalan yang benar. Baginda terlahir dari seorang ibu yang bernama Siti Aminah dan Ayah yang bernama Abdullah, yang dilahirkan pada hari Senin, 12 Rabiul Awal atau 22 April 571 M di kota Mekkah pada tahun Fiil (gajah) dan wafat pada tanggal 8 Juni 632 M di Madinah dalam usia 63 tahun.
Nabi Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim, karena ketika nabi Muhammad masih dalam kandungan, Abdullah telah meninggal dunia. Nabi terlahir dari keluarga bangsawan Bani Quraisy. Nama lengkap Muhammad bin Abdullāh ini merupakan seorang yang terlahir dari keluarga Bani Quraisy yang membawa ajaran agama Islam. Nama Muhammad artinya orang yang terpuji. Nama ini diberikan oleh kakek tercintanya yaitu Abdul Muthalib.
Sebelum kelahiran Nabi Muhammad, ada banyak hal yang terlihat jauh berbeda jika dibandingkan dengan pasca kelahirannya dan ditandai dengan perisitiwa yang terjadi sangat luar biasa pada saat itu.
Masa Jahiliyah
Zaman jahiliyah yaitu zaman kebodohan, sebelum kelahiran nabi. Dimana umat nabi ketika itu terbiasa menyembah patung-patung berhala. Mereka terbiasa juga dengan mabuk-mabukan, main judi, maksiat dan merendahkan derajat kaum wanita. Hidupnya berpindah-pindah dan terpecah kedalam beberapa suku yang disebut dengan “kabilah“. Hidup yang penuh dengan kebebasan dan tidak memiliki aturan dalam bermasyarakat, Sehingga kehidupannya pada saat itu sangat kacau.
Peristiwa “Tahun Gajah”
Peristiwa “Tahun Gajah” merupakan peristiwa terjadinya penyerbuan kota Makkah oleh Pasukan Abrahah, pada masa kelahiran Nabi Muhammad. Tahun Gajah ini ialah tahun terjadinya penyerangan Ka’bah oleh pasukan atau tentara Raja Abrahah yaitu Gubernur Habsyi di Yaman. Serombongan pasukan Gajah yang dipimpinnya ini hendak menghancurkan Ka’bah karena bangsa Quraisy akan semakin terhormat dan pada setiap tahunnya selalu ramai umat manusia untuk melakukan ibadah haji. Ini yang membuat Abrahah ingin membelokkan umat manusia agar tidak lagi datang ke Makkah. Lalu Abrahah mendirikan gereja besar di Shan’a yang bernama Al-Qulles. Namun usahanya itu tak berhasil , tak seorang pun mau datang ke gereja Al Qulles itu. Abrahah sangat marah besar dan pada akhirnya mengerahkan tentara bergajah untuk menyerang Ka’bah.
Didekat Makkah pasukan bergajah merampas harta benda penduduk termasuk 100 ekor Unta milik Abdul Muthalib kakek nabi Muhamad. Ketika ka’bah hendak dihancurkan, Allah SWT mengutus burung Ababil untuk membawa kerikil Sijjil dengan paruhnya. Kerikil-kerkil itu dijatuhkan tepat mengenai kepala masing-masing pasukan bergajah tersebut hingga tembus ke badan mereka sampai mati. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al Fiil ayat 1-5. (QS 105 :1-5). Pasukan bergajah ini hancur lebur mendapat adzab dari Allah SWT. Dimasa inilah kemudian lahir seorang nabi akhiruzzaman yaitu Muhammad dari pasangan Abdullah dan Siti Aminah. Peristiwa inilah yang menandai tahun kelahiran Muhammad dan pada akhirnya disebut Tahun Gajah.
Masa Kecil Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad sejak kecilnya telah diberikan kehidupan layaknya manusia biasa, padahal Baginda sangat dimuliakan oleh Allah SWT, bahkan sejak dikandunganpun Baginda telah ditinggalkan oleh Ayahnya. Baginda terlahir dalam keadaan yatim, dan pada usia 6 tahun Baginda ditinggal oleh ibunya. Sehingga Baginda menjadi seorang yatim piatu, Baginda merasakan apa yang dialami oleh manusia pada umumnya. Dan di usianya yang ke 8 tahun, Baginda ditinggal oleh kakeknya Abdul Muthalib. Kehidupan yang Baginda jalani dapat menjadi panutan seluruh umat manusia.
Nabi Muhammad disusui oleh Tsuaibah selama 3 hari dan oleh kakeknya Baginda disusukan juga kepada Halimah As-Sa’diyah dan berada dalam asuhannya kurang lebih 6 tahun. Dalam usia 5 bulan Baginda sudah bisa berjalan dan pada usia 9 bulan sudah lancar berbicara. Semasa kecilnya Baginda juga telah menggembalakan kambing. Abu Thalib (paman nabi) mengajak berdagang ketika usianya 12 tahun ke negri Syam. Baginda diasuh pamannya setekllah ditinggal wafat kakeknya, dan mengasuh serta menjaga nabi sampai pada usia lebih dari 40 tahun.
Dibelahnya Dada Muhammad
Malaikat Jibril menelentangkan nabi Muhammad di usianya ke 4 tahun, lalu membelah dadanya dan mengeluarkan hati serta segumpal darah dari dada nabi Muhammad SAW kemudian malaikat Jibril mencucinya dan menatanya kembali ke tempatnya dan nabi Muhammad tetap dalam keadaan sehat bugar.
Dakwah Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW menerima wahyu untuk menyampaikan dan menyiarkan ajaran agama Islam & mengajak umat manusia untuk menyembah Allah SWT. Baginda menyampaikan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi. Adapun orang-orang yang pertama masuk Agama Islam atau disebut dengan Assabiqunal Awwwalun yaitu keluarga dan para sahabatnya, yaitu: istrinya Siti Khadijah, sahabatnya Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As-Shiddiq, anak angkatnya Zaid bin Haritsah, Utsman bin Affan, Zubair dan masih banyak lagi keluarga dan para sahabat Rasul yang lainnya.
Selama 3 tahun lamanya Rasulullah SAW berdakwah secara sembunyi sembunyi dari satu rumah ke rumah lainnya. Kemudian turunlah surat Al Hijr: 94 (QS 15 ayat 94). Yang artinya “Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang telah diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik (QS Al Hijr : 15)”. Dengan turunnya ayat ini maka Rasulullah SAW menyiarkan dakwahnya secara terang-terangan. Tanggapan orang-orang Quraisy pada saat itu sangat marah dan melarang penyiaran islam yang dibawa oleh nabi bahkan nyawa nabi Muhammad sangat terancam. Namun Nabi dan para sahabatnya semakin kuat dan tangguh menghadapi tantangan dan hambatan yang dihadapi dengan ketabahan serta sabar walau ejekan, caci maki, olok-olokan dan menentang seluruh ajaran Nabi.
Masa Kerasulan Nabi
Pada masa kerasulan Nabi Muhammad SAW tahun ke 10 pada saat “Amul Huzni” yaitu tahun duka cita dimana pamannya Abu Thalib dan istrinya Siti Khadijah wafat serta umat Islam dalam keadaan sengsara. Ditengah-tengah kesedihannya, Baginda dijemput Malaikat Jibril untuk Isra’ Mi’raj yaitu melakukan perjalanan dari masjidil Aqsha ke Masjidil Haram sampai ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah SWT dan untuk menerima perintah shalat lima waktu. Pada tahun 10 H nabi melakukan haji wada’ atau haji terakhir. Dalam wukufnya di Arafah, Baginda menyampaikan khutbahnya yang berisi kan tentang larangan melakukan penumpahan darah kecuali dengan cara yang benar, larangan mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak benar, larangan memakan harta riba, hamba sahaya harus diperlakukan dengan cara yang baik, dan agar umatnya selalu berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Sunah Nabi SAW. Setelah berdakwah selama 23 tahun, Baginda wafat pada usia 63 tahun.
Sumber :
- https://www.facebook.com/thatha.zainal?hc_ref=NEWSFEED
- https://www.facebook.com/pesanbonda/
0 comments:
Post a Comment