Mengenal Para Malaikat

Posted On // Leave a Comment


Malaikat Jibril
.
Pemimpin para malaikat ini, bertugas menyampaikan wahyu Allah dan mengajarkannya kepada para nabi dan rasul. Di dalam Al Qur'an, Jibril memiliki beberapa julukan, seperti : Ruh Al Amin, Ruh Al Qudus (Roh Kudus), Ar-Ruh Al-Amin, dan lainnya.
.
“Katakanlah : "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”
(QS. Al Baqarah : 97-98)
.
Bentuk fisik Ruhul'Qudus, tertera dalam uraian mengenai kisah Rasullah Muhammad SAW, kala beliau mendapat wahyu ke-2 kalinya, dan Rasul meminta untuk melihat wujud asli sang utusan Allah dari langit, karena berkali-kali sang utusan (Ruhul'Qudus) datang dalam wujud manusia.
.
Ruhul'Qudus; Tampak wujudnya dengan enam ratus sayap antara masyrik dan maghrib, (barat-timur) sayap dan busana kebesarannya putih laksana mutiara yang larut, dengan rupa yang begitu elok dan rupawan, dan dengan kekuatan yang dahsyat penuh mukjizat.
.
Malikat Jibril adalah malaikat yang menyampaikan berita kelahiran Nabi Isa As (lihat di artikel Isa) kepada ibunya Siti Maryam dan juga malaikat yang menyampaikan Al Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW.
.
Dalam kisah suci perjalanan Isra' Mi'raj, sesampainya di pos perjalanan Sidratul Muntaha, Malaikat Jibril tidak sanggup lagi mendampingi Rasulullah untuk terus naik menghadap kehadirat Allah SWT;
.
Beliau berkata : "Aku sama sekali tidak mampu mendekati Allah, perlu 60.000 tahun lagi aku harus terbang. Itulah jarak antara aku dan Allah yang dapat aku capai. Jika aku terus juga ke atas, aku pasti hancur luluh".
.
Maha Suci Allah, ternyata Malaikat Mulia Jibril As pun tidak sampai kepada Allah SWT.





Malaikat Mikail
.
Malaikat ini bertugas untuk membagi rezeki kpd seluruh makhluk. Ia yg mengatur air, menurunkan hujan/petir, membagikan rezeki kepada manusia, tumbuh-tumbuhan juga hewan-hewan dan lain2 di muka bumi ini.
.
Malaikat Mikail adlh salah satu di antara Pembesar Malaikat yang empat, setelah Jibril. Ia diciptakan Allah stlh malaikat Israfil dengan selisih kira2 500 tahun.
.
Menurut salah satu sumber, dalam tradisi Islam, Mikail dikatakan memakai jubah berwarna hijau jamrud, memenuhi bentangan langit. Tiap helai rambutnya berisi ribuan wajah yang mengagungkan nama Allah. Menurut sumber lain dikatakan, sejak neraka diciptakan Allah, Mikail tdk pernah lagi bisa tertawa.
.
Dari kepala malaikat Mikail hingga kedua telapak kakinya berbulu Za'faron. Jika seluruh air di lautan dan sungai di muka bumi ini disiramkan di atas kepalanya, niscaya tdk setitik pun akan jatuh melimpah. Di atas setiap bulu-bulunya, terdapat sebanyak satu juta muka.
.
Setiap muka malaikat Mikail ini pula mempunyai satu juta mulut. Dan setiap mulut mempunyai satu juta lidah, manakala setiap lidah-lidahnya boleh berbicara satu juta bahasa atau lisan. Setiap satu juta lisan tersebut adalah membaca istighfar pada Allah bagi orang-orang mukmin yg berdosa.
.
Setiap satu juta muka/wajahnya mempunyai satu juta mata. Tiap-tiap matanya sentiasa menangis, karena memohon rahmat bagi orang-orang mukmin yang berdosa. Tiap-tiap matanya yang menangis itu mengeluarkan tujuh ribu titisan air mata. Dan setiap titisan air mata itu Allah ciptakan satu malaikat Karubiyyuun yang serupa dengan kejadian malaikat Mikail. Setiap malaikat-malaikat ini ditugaskan untuk bertasbih pd Allah hingga hari kiamat.
.
Imam Ahmad dgn sanadnya, dari Anas bin Malik, ketika Rasulullah Mi'raj ke langit, Rasul ada bertanya pd malaikat Jibril : "Mengapa aku tdk pernah nampak malaikat Mikail tertawa?" Malaikat Jibril menjawab : "Malaikat Mikail tdk pernah tertawa semenjak neraka diciptakan."



Malaikat Israfil
.
Adalah malaikat yang akan meniup sangkakala di hari kiamat, walaupun namanya tidak disebutkan di dalam Al Qur'an. Ia sebagai salah satu dari empat malaikat utama, bersama dengan Mikail, Jibril, dan Izrail.
.
Beberapa sumber mengindikasikan, bahwa pada permulaan waktu Israfil memiliki empat sayap, sangat tinggi sehingga bisa meraih tiang-tiang surga. Malaikat yang rupawan ini merupakan penguasa musik. Israfil selalu bertasbih kepada Allah ke dalam ribuan bahasa yang berbeda. Dari bawah kaki hingga ke kepalanya ada beberapa rambut, beberapa mulut, dan beberapa lidah yang tertutup hijab.
.
Walaupun nama "Israfil" tidak pernah di muncul dalam Al Qur'an, sebutan/julukan dibuat untuk malaikat yang membawa terompet suci ini, untuk mengidentifikasikan sosok ini :
.
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).”
(QS. Az-Zumar : 68) .
Israfil selalu memegang terompet suci yang terletak di bibirnya selama berabad-abad, menunggu perintah dari Tuhan untuk meniupnya pada hari kiamat. Pada hari itu, ia akan turun ke bumi dan berdiri di batu/bukit suci di Jerusalem.
.
Tiupan pertama akan menghancurkan dunia beserta isinya, tiupan kedua akan mematikan para malaikat, dan tiupan ketiga akan membangkitkan orang-orang yang telah mati serta mengumpulkan mereka di Padang Mahsyar.
.
Dalam tradisi Islam, ia dikatakan telah di kirim oleh Tuhan bersama malaikat utama yang lain, untuk mengumpulkan tanah dari empat penjuru dunia, dan hanya Izrail saja yang berhasil dalam misi tersebut. Dengan tanah itulah Adam diciptakan.




Malaikat Izrail .

Adalah malaikat pencabut nyawa seluruh makhluk dan salah satu dari empat malaikat utama selain Jibril, Mikail, dan Israfil dalam ajaran Islam. Nama Izrail tidak pernah disebut dalam Al Qur'an. Walau begitu, ia selalu disebut dengan Malak al Mawt atau Malaikat Maut yang oleh sebagian kalangan diidentikkan sebagai Izrail.
.
Malaikat Izrail diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan yang serupa dengan malaikat Mikail baik wajahnya, ukurannya, kekuatannya, lisannya, dan sayapnya. Semuanya tidak kurang dan tidak lebih.
.
Dikatakan dia berwajah empat, satu wajah di muka, satu wajah di kepala, satu dipunggung, dan satu lagi di telapak kakinya. Dia mengambil nyawa para nabi dari wajah kepalanya, nyawa orang mukmin dengan wajah mukanya, nyawa orang kafir dengan wajah punggung, dan nyawa seluruh jin dengan wajah tapak kakinya.
.
Dari kepala hingga kedua telapak kakinya berbulu Za'faran, dan di setiap bulu ada satu juta muka, di setiap satu juta muka mempunyai satu juta mata, dan satu juta mulut dan tangan. Ia memiliki 4.000 sayap dan 70.000 kaki, salah satu kakinya di langit ketujuh, dan satu lagi di jembatan yang memisahkan Surga dan Neraka.

Setiap mulut ada satu juta lidah, setiap lidah boleh berbicara satu juta bahasa. Jika seluruh air di lautan dan sungai di dunia disiramkan di atas kepalanya, niscaya tidak setitik pun akan jatuh melimpah.
.
Disebutkan, ketika Allah SWT mencipta Al-Maut (kematian) dan menyerahkan kepada malaikat Izrail, maka berkata malaikat Izrail : "Wahai Tuhanku, apakah Al-Maut itu?".
.
Maka Allah SWT menyingkap rahasia Al-Maut itu dan memerintah seluruh malaikat menyaksikannya. Setelah seluruh malaikat menyaksikannya Al-Maut itu, maka tersungkurlah semuanya dalam keadaan pingsan selama seribu tahun.
.
Setelah para malaikat sadar kembali, bertanyalah mereka : "Ya Tuhan kami, adakah makhluk yang lebih besar dari ini?" Kemudian Allah SWT berfirman : "Akulah yang menciptakannya dan Aku-lah yang lebih Agung dari padanya. Seluruh makhluk akan merasakan Al-Maut itu". Kemudian Allah SWT memerintahkan Izrail mengambil Al-Maut Allah yang telah diserahkan kepadanya. Walau bagaimanapun, Malaikat Izrail khawatir jika tidak berdaya untuk mengambilnya, sedangkan Al-Maut lebih agung daripadanya. Kemudian Allah SWT memberikannya kekuatan, sehinggalah Al-Maut itu menetap di tangannya.

Disebutkan pula, setelah seluruh makhluk hidup sudah dicabut nyawanya pada hari kiamat kelak dan yang tersisa tinggal malaikat Izrail, lalu Allah SWT menyuruhnya untuk mencabut nyawanya sendiri, demi melihat dahsyatnya sakarataul maut yang sedang terjadi terhadap dirinya, beliau mengatakan "Ya Allah seandainya saya tahu ternyata pedih sekali sakaratul maut ini, tidak akan tega saya mencabut nyawa seorang mukmin". Malaikat Izrail diberi kemampuan yang luar biasa oleh Allah, hingga barat dan timur dapat dijangkau dengan mudah olehnya, seperti seseorang yang sedang menghadap sebuah meja makan yang dipenuhi dengan pelbagai makanan yang siap untuk dimakan. Ia juga sanggup membolak-balikkan dunia, sebagaimana kemampuan seseorang sanggup membolak-balikkan uang.






MALAIKAT RAQIB


A. PENGERTIAN DAN TUGAS MALAIKAT RAQIB
Raqib adalah nama malaikat yang menulis segala amalan kebaikan kita. Malaikat Raqib biasanya bersama dikaitkan bersama malaikat Atid. Contoh ketika kita melakukan salat,maka akan dicatat malaikat Raqib.
Sebenarnya tidak ada penjelasan lebih lanjut dari Al Qur’an atau hadits yang menyatakan bahwa nama malaikat ini bernama Raqib, hanya Kirâman Kâtibîn saja yang disebutkan di dalam surah Qaaf, Al Infithaar dan Az-Zukhruf.
Tugas utama Malaikat Raqib dari Allah cuma satu: mencatat kelakuan baik serta kelakuan jahat kita. Mereka sangat jujur dan tak pernah bermaksiat kepada Allah. Mencatat apa adanya. Baik ya baik, buruk tetap buruk. Mereka tidak ditugaskan untuk mengolah, menganalisis, menyimpulkan apalagi menjatuhkan vonis sebagaimana intelijen kampung yang seringkali bias atas nama kepentingan.
Mereka hanya menyetor data. Soal keputusannya, semata di tangan Allah SWT.
Malaikat Raqib bertugas hanya mencatat yang baik-baik saja dari kita, sedang Malaikat ‘Atid sebaliknya, cuma mencatat yang buruk-buruk. Keduanya dikenal sangat jujur, tulus dalam bertugas serta sungguh jauh dari pamrih. Singgasana mereka di surga tetapi prajuritnya sungguh tak terhitung.
Tak ada sepotong nyawa pun yang tidak memiliki buku stambuk dan buku induk pencatatan amal kita. Semuanya serba lengkap dengan superkomputer yang teramat canggih. Pada waktunya, kepada kita akan dipertunjukkan catatan-catatan serta jejak rekam kita selama menjadi penghuni di alam yang serba cepat ini.
Kini kalau kita berhitung secara jujur, manakah di antara dua malaikat itu yang paling sering menuangkan catatannya untuk kita. Tampaknya tanpa dikomando telunjuk ini akan mengarah kepada Malaikat ‘Atid. Kalau dihitung-hitung pula, maka secara logika Malaikat ‘Atid akan jauh lebih aktif membuat catatan dibanding Malaikat Raqib yang mungkin hanya tersenyum dan geleng-geleng karena tak terlalu banyak amal yang bisa dimasukkan dalam Buku Induk.
Tumpukan dosa-dosa akan terus menjadi daftar pertama Buku Induk Malaikat ‘Atid dalam setiap pergantian tahun karena Allah sudah menyediakan buku baru bagi timbunan dosa yang tak terhitung ini. Kalau tidak karena Allah Mahakuasa menjadikan Malaikai ‘Atid memiliki daya juang yang luar biasa, boleh jadi beliau akan merasa bosan dan protes kepada anak Adam. Tapi, begitulah tugas mulia kedua malaikat al-muqorrobin ini. Mereka tidak pernah protes apalagi menyatakan keberatannya sebagaimana pernah dilakukan Iblis.
B. SIFAT MALAIKAT RAQIB
Seperti halnya kita, malaikat juga memiliki sifat yang memiliki ciri bagi mereka. Malaikat memiliki keistimewaan-keistimewaan yang merupakan sifat-sifatnya sebagai berikut:
1. Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan dari cahaya (nur).
Rasulullah bersabda : “Malaikat itu diciptakan dari cahaya (nur), jin diciptakan dari nyala api, dan Adam (manusia) diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu (tanah liat).” (H.R. Muslim)
2. Malaikat adalah makhluk yang selalu patuh kepada Allah.
Allah berfirman: “… yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S At-Tahrim : 6 )
3. Malaikat tidak berjenis kelamin laki-laki, perempuan, juga tidak waria
4. Malaikat diberi kemampuan menjelma menjadi bentuk bermacam-macam atas seizin Allah
5. Malaikat sanggup melaksanakan tugas seberat apapun tanpa mengeluh, bahkan selalu bertasbih kepada-Nya Firman Allah: “Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih. Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang.” {Q.S Al-Anbiya’ :19-20}
6. Malaikat dapat menempuh jarak berapapun jauhnya dalam waktu yang singkat.
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa Malaikat Raqib memiliki sayap dengan berbagai warna. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla dan memberitahukan bentuk Jibril ‘alaihissalaam yang mempunyai enam ratus sayap, setiap sayap menutup ufuk. Kita tidak perlu mempersoalkan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat melihat enam ratus sayap dan bagaimana pula cara beliau menghitungnya? Padahal satu sayap saja dapat menutupi ufuk? Kita jawab: “Selagi hadits tersebut shahih dan para ulama menshahihkan sanadnya maka kita tidak membahas mengenai kaifiyat (bagaimananya), karena Allah Maha Kuasa untuk memperlihatkan kepada Nabi-Nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hal-hal yang tidak dapat dibayangkan dan dicerna oleh akal fikiran.”
Allah ta’ala menceritakan bahwa sayap yang dimiliki malaikat memiliki jumlah bilangan yang berbeda-beda. “Segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Faathir: 1)
Sifat malaikat yang lain adalah terkadang malaikat itu -dengan kekuasaan Allah- bisa berubah bentuk menjadi manusia, sebagaimana yang terjadi pada Jibril saat Allah mengutusnya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengajarkan pada manusia apa itu Islam, Iman dan Ihsan. Demikian juga dengan para malaikat yang diutus oleh Allah kepada Ibrahim dan Luth ‘alaihimassalaam, mereka semua datang dalam bentuk manusia. Para malaikat adalah hamba-hamba Allah yang senantiasa mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah dan tidak pernah mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Malaikat adalah makhluk ciptaan Allh Swt, diciptkan dari cahaya dan senantiasa taat, patuh terhadap segala perintah Allah. Jumlah malaikat banyak sekali. Namun ada sepuluh yang wajib kita ketahui, yakni malaikat Jibril, Mikail, Izril, Israfil, Munkar, Nakir, Rakib, Atid, Malik dan Ridwan.
Mereka tidak memiliki fisik seperti manusia tetapi atas izin Allah ia dapat menyeupai manusia. Dengan mengimani malaikat-malaikat serta memahami fungsi dan tugasnya, manusia harus berhati-hati bertindak dan berucap dalam kehidupan sehari-hari, agar di kemudian hari akibat amal perbuatan kita yang saleh yang dicatat oleh para malaikat akan menempatkan kita ke dalam surga. Tetapi sebaliknya, Malaikat Izrail akan mencabut nyawa manusia dengan keras jika amal perbuatan di dunia lebih banyak jahatnya ketimbang perbutan baiknya.

C. DALIL & HADIST TENTANG MALAIKAT RAQIB
Sebagian ulama menjelaskan bahwa diantara malaikat ada yang benama Raqib dan ‘Atid. Allah Ta’ala berfirman : “Maa yalfizhu min qaulin illaa laday Hi raqiibun ‘atiidun” yang artinya ” Tidak suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf : 18)
Malaikat yang bertugas mencatat segala ucapan dan amal perbuatan buruk manusia. Tentang keberadaan malaikat Raqib dan Atid ini diterangkan oleh Allah SWT “ Tiada suatu yang diucapkan manusia, melainkan didekatnya ada (yang mencatatnya, yakni) Raqib dan Atid.” (QS. Qaf : 18).
Namun demikian pendapat ini tidak benar, wallaHu a’lam. Keduanya hanya sifat bagi dua malaikat yang mencatat perbuatan hamba. Makna Raqib dan ‘Atid ialah dua malaikat yang hadir, menyaksikan di dekat hamba, bukan dua nama dari dua malaikat (al Bidaayah wan Nihaayah I/35-49)
Dari Anas r.a., dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Sesungguhnya Allah telah menugaskan dua Malaikat untuk menulis segala apa yang dilakukan atau dituturkan oleh seseorang hamba-Nya (satu di sebelah kanannya dan yang satu lagi di sebelah kirinya); kemudian apabila orang itu mati – maka Tuhan perintahkan kedua Malaikat itu dengan firman-Nya: “Hendaklah kamu berdua tinggal tetap di kubur hamba-Ku itu serta hendaklah kamu mengucap tasbih, tahmid dan takbir hingga ke hari qiamat dan hendaklah kamu menulis pahalanya untuk hamba-Ku itu.” (Abu al-Syeikh dan Tabarani)
Dalam hadits shahih yang lain Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda : “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api dan Adam diciptakan dari apa yang telah diciptakan kepada kalian” (HR. Muslim no. 2996, dari ‘Aisyah radhiyallaHu ‘anHa)




MALAIKAT ‘ATID


A. DEFNISI MALAIKAT ATID
Malaikat ‘Atid adalah nama malaikat yang bertugas untuk menulis segala amalan keburukan kita. Malaikat Atid biasanya bersama dikaitkan bersama dengan malaikat Raqib.
Sebenarnya tidak ada penjelasan lebih lanjut dari Al Qur’an atau hadits yang menyatakan bahwa nama malaikat ini bernama Atid, hanya Kirâman Kâtibîn saja yang disebutkan di dalam surah Qaaf, Al Infithaar dan Az-Zukhruf.
Malaikat ‘Atid adalah kekuatan-kekuatan yang patuh, tunduk dan taat pada perintah serta ketentuan Allah SWT. Malaikat berasal dari kata malak bahasa arab yang artinya kekuatan.
Yang pasti semua manusia ingin bertemu dengan malaikat izrail yang mencabut nyawa kita dengan lemah lembut tanpa rasa sakit, malaikat munkar dan nakir dengan penampakan yang baik serta lemah lembut dalam menginterogasi kita, malaikat rakib yang memiliki catatan amal baik kita yang tebal, malaikat atid yang hanya memiliki beberapa catatan buruk kita dan malaikat ridwan yang mempersilahkan masuk ke dalam surga yang kekal dan abadi.
Malaikat Atid adalah makhluq Allah yang dijadikan daripada cahaya . Mereka pandai bersalin rupa dan dapat memotong perjalanan yang jauh dalam satu detik saja .
Sesungguhnya arti Malaikat adalah yang memiliki pekerjaan tertentu pada masing-masing bagiannya . Dan malaikat ini Tuhan jadikan tidak sedikit jumlahnya , lebih banyak malaikat dari pada manusia .
Coba saja kita bayangkan , tiap-tiap orang ada 2 malaikat yaitu Raqib dan ‘Atid yang mana masing-masing di tugaskan pada pekerjaan tertentu .
Raqib mempunyai tugas menulis amal dan perkataan manusia yang mengandung kebaikan .
Sedangkan ‘Atid bertugas menulis amal dan perkataan manusia yang mengandung keburukan .
Malaikat itu bisa berganti rupa , tegasnya bisa berupa manusia . Nabi Muhammad s.a.w sering kedatangan Jibril membawa wahyu dengan rupanya seperti orang laki-laki muda dan tampan .
Malaikat itu Tuhan ciptakan tidak mempunyai ibu dan bapak . Tidak makan tidak minum , tidak tidur tidak lupa dan tidak merasa letih . Mereka bukan jenis laki-laki dan bukan jenis perempuan dan juga bukan banci . Mereka tidak mempunyai nafsu syahwat atau birahi namun demikian mereka taat akan perintah Allah , tidak berani melanggarnya atau melalaikan tugasnya
Seperti firman Allah didalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6 sebagai berikut : ” Hai orang-orang beriman , peliharalah dirimu dan keluargamu akan api neraka , yang mana bara apinya terdiri dari manusia dan batu-batu . Di sana ada malaikat-malaikat yang kejam dan bengis , mereka tidak melawan perintah Allah dan mereka kerjakan apa yang diperintah .”
Pernah Nabi kita Muhammad s.a.w ketika Mi’raj melintasi langit-langit dari langit pertama sampai langit ketujuh . Sebagaimana sedikit pembahasan nya tentang Mi’raj ini pada postingan terdahulu Dimanakah Berada Ruh-Ruh Orang Yang Sudah Mati , Dimana Nabi Muhammad s.a.w yang ditemani malaikat Jibril , melihat bahwa kebanyakan penghuninya adalah para malaikat dan tak lain pekerjaan mereka itu , kata Nabi adalah bertahmid dan bertasbih kepada Allah SWT dengan macam-macam pujian dan sanjungan kepada Tuhan dengan irama lagu yang sangat merdu .
Demikian pula Nabi melihat di ‘Arsy Allah , tidak lain penghuninya adalah malaikat . Kemudian ‘Arsy Allah itu dipegang atau ditanggung oleh delapan orang malaikat .
Sebagaimana diterangkan dalam surah Al-Haaqqah ayat 17 :
” Dan malaikat berada di penjuru langit , dan yang membawa ‘Arsy Tuhanmu pada hari itu adalah delapan orang malaikat .”
Dan malaikat-malaikat itu mempunyai kekuatan yang luar biasa , di mana ketika Tuhan akan menyiksa umat Nabi Luth a.s yang sudah melewati batas yaitu mereka sudah menjadi suka melakukan homosex sesama laki-laki , yaitu penduduk negeri Sadum dan Gamurah . Bukan seorang dua orang , hampir rata-rata semua laki-laki melakukan demikian . Maka tatkala diberi nasihat oleh Nabi Luth a.s mereka tidak ambil perduli .
Akhirnya Tuhan binasakan penduduknya dengan diangkat bumi negeri itu dengan kedua tangan malaikat ke udara yang sangat tinggi kemudian dibalikkan ke bawah , seperti orang membalikkan tetampah , maka berpelantingan rumah-rumah dan manusia yang sedang tidur melayang jatuh terhempas ke bawah , hancur lebur bagaikan kaca jatuh di batu . Demikian kekuatan tenaga malaikat .
Malaikat Atid dari cahaya atau nur sedangkan jin berasal dari api atau nar. Malaikat selalu tunduk dan taat kepada Allah sedangkan jin ada yang muslim dan ada yang kafir. Yang kafir adalah syetan dan iblis yang akan terus menggona manusia hingga hari kiamat agar bisa menemani mereka di neraka.
Malaikat Atid tidak memiliki hawa nafsu sebagaimana yang dipunyai jin. Jin yang jahat akan selalu senantiasa menentang dan menjalankan apa yang dilarang oleh Tuhan Allah SWT. Malaikat adalah makhluk yang baik dan tidak akan mencelakakan manusia selama berbuat kebajikan, sedangkan syetan dan iblik akan selalu mencelakakan manusia hingga hari akhir.
B. HADIST TENTANG MALAIKAT ATID
Dari Abu Umamah r.a., dari Nabi s.a.w. sabdanya: Malaikat yang di sebelah kanan (yang menjadi penulis kebaikan) ialah ketua kepada yang di sebelah kiri; maka apabila seseorang melakukan sesuatu kebaikan, dituliskan baginya kebaikan itu menjadi sama dengan sepuluh kebaikan yang tersebut dan apabila ia melakukan sesuatu kejahatan, lalu Malaikat yang di sebelah kiri hendak menulisnya, berkatalah Malaikat yang di sebelah kanan tunggu dahulu; lalu ia menunggu selama enam atau tujuh jam; kemudian jika orang itu beristighfar dari perbuatan jahat itu, tidaklah dituliskan sesuatu pun; dan jika ia tidak meminta ampun kepada Allah Taala, dituliskan baginya satu kejahatan saja.” (Tabarani dan Ibn Marduwiah)
Dalam Hadis ini diterangkan beberapa perkara mengenai kedua Malaikat itu :
1. Satu berada di sebelah kanan dan yang satu lagi di sebelah kiri setiap orang manusia.
2. Yang di sebelah kanan ialah yang menulis amal kebaikan dan menjadi ketua kepada yang di sebelah kiri, yang menulis amal jahat.
3. Tiap-tiap satu kebajikan ditulis dengan sepuluh kebajikan, dan tiap-tiap satu kejahatan ditulis satu kejahatan sahaja.
4. Amal jahat tidak ditulis melainkan setelah diberi tempoh enam atau tujuh jam – dengan arahan dari Malaikat sebelah kanan.
5. Sekiranya orang yang melakukan kejahatan itu beristighfar memohon ampun dari Allah Taala dalam tempoh yang tersebut, maka kejahatan itu tidak ditulis.
Allah s.w.t Maha Mengetahui akan segala yang lahir dan yang tersembunyi, tetapi bagi melahirkan kebesaran kerajaan-Nya dan keadilan pemerintahan-Nya maka segala apa jua yang dilakukan oleh setiap manusia – sama ada yang baik atau yang buruk – diperintahkan menulisnya dalam surat amalnya oleh dua Malaikat yang ditugaskan khas mengenainya supaya dapat dilihat dan dibaca oleh orang itu sendiri pada hari akhirat kelak.
Kedua-dua Malaikat yang tersebut – sebagaimana yang diterangkan dalam hadis ini – tidak bercerai daripada orang itu walau sesudah ia meninggal dunia.
Mereka diperintahkan tinggal tetap di kuburnya bertasbih, bertahmid dan bertakbir hingga ke hari qiamat dan pahala zikir mereka yang tersebut ditulis oleh mereka dalam surat amal orang itu. Sebaliknya jika ia kafir, maka mereka melaknatnya hingga ke hari qiamat.
C. KISAH MALAIKAT ATID
Yunus bin Ubaid dari Al-Hasan berkata bahawa Rasulullah s.a.w. telah bersabda, “Setiap anak Adam itu akan dijaga oleh dua orang malaikat, dan malaikat yang sebelah kanan itu lebih berkuasa dari yang disebelah kiri”.
Kalau seseorang anak Adam itu membuat dosa maka malaikat yang disebelah kiri akan bertanya kepada malaikat yang disebelah kanan, “Apakah yang harus aku catat ?” Maka berkata malaikat yang sebelah kanan, “Jangan kamu catat dosanya sehingga ia melakukan 5 dosa”. Kemudian bertanya malaikat yang disebelah kiri lagi, “Kalau dia telah melakukan 5 dosa, apakah yang harus aku catatkan ?”.
Berkata malaikat yang sebelah kanan, “Biarkan sehingga dia membuat kebaikan, sebab kami telah diberitahu bahawa satu hasanat kebaikan dapat sepuluh kali ganda. Oleh itu, kita hapuskan 5 sebagai imbangan dari dosa yang 5 dan kami catatkan hanya 5 hasanat.”
Apabila syaitan mendengar yang demikian, maka dia pun menjeritlah sambil berkata, “Kalau macam ini bilakah aku dapat menjerumuskan anak Adam”.
Hadis Abu Hurairah r.a katanya : Rasulullah s.a.w bersabda: Allah s.w.t berfirman kepada Malaikat pencatat amalan : “ Apabila hambaKu berniat ingin melakukan kejahatan, maka jangan lagi kamu menulisnya sebagai amalan kejahatan. Apabila dia melakukannya barulah kamu menulisnya sebagai satu amalan kejahatan. Jika hambaKu berniat ingin melakukan kebaikan, tetapi dia tidak lagi melakukannya, maka catatkanlah sebagai satu amalan kebaikan. Jika dia melakukannya maka catatkanlah kebaikan itu sepuluh kali ganda ”.






MALAIKAT MUNKAR


Munkar dalam Islam adalah malaikat yang menguji iman orang mati di kuburan mereka , walaupun ada referensi tidak ditemukan dalam Quran.
Banyak Muslim percaya bahwa, setelah kematian, jiwa seseorang melewati panggung bernama Barzakh, di mana ia ada di kuburan (bahkan jika tubuh orang tersebut dihancurkan, jiwa masih akan beristirahat di bumi di dekat tempat mereka kematian).
Pemeriksaan akan dimulai ketika pemakaman selesai dan orang terakhir dari jemaat pemakaman telah melangkah 40 langkah dari kuburan. Nakir dan Munkar menopang jiwa almarhum tegak di kubur dan menanyakan tiga pertanyaan: “Siapa Tuhanmu Siapa Nabimu Apa agamamu?”. Seorang mukmin saleh akan merespon dengan benar, mengatakan bahwa Tuhan mereka adalah Allah, bahwa Muhammad adalah nabi mereka dan bahwa agama mereka adalah Islam. Jika jawaban benar almarhum, waktu yang dihabiskan menunggu kebangkitan yang menyenangkan. Mereka yang tidak menjawab seperti yang dijelaskan di atas dihukum sampai hari penghakiman.
A. WUJUD MALAIKAT MUNKAR
Malaikat Munkar digambarkan memiliki mata hitam solid, memiliki rentang bahu diukur dalam mil, dan membawa palu “begitu besar, bahwa jika semua umat manusia mencoba sekaligus untuk memindahkan mereka inci tunggal, mereka akan gagal”. Ketika mereka berbicara, lidah-lidah api berasal dari mulut mereka. Jika salah satu jawaban pertanyaan mereka salah, ada yang dipukuli setiap hari, selain hari Jumat, sampai Allah memberikan izin untuk pemukulan berhenti.
Muslim percaya bahwa seseorang benar akan menjawab pertanyaan tidak dengan mengingat jawaban sebelum kematian (bandingkan dengan Kitab Mesir Orang Mati) tetapi oleh iman dan perbuatan mereka seperti salat dan syahadat.
B. PERTANYAAN MALAIKAT MUNKAR DAN NAKIR DALAM KUBUR
Dalam kitab Manazilul Akhirah, stasiun-stasiun perjalanan Akhirat, disebutkan bahwa sakratul maut adalah stasiun yang pertama, dan alam kubur adalah stasiun yang kedua. Di alam kubur terdapat tiga terjal yang harus dilalui oleh manusia dalam perjalanannya menuju alam akhirat, yaitu: Kesepian di alam kubur, siksaan dan himpitan kubur, dan ketiga adalah pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Dan ini adalah bagian yang terakhir dari jalan-jalan terjal yang harus dihadapi oleh manusia. Selanjuntnya manusia akan memasuki stasiun yang ketiga yaitu alam Barzakh.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata : “Barangsiapa yang mengingkari tiga hal, ia bukan pengikutku: mi`raj Nabi saw, pertanyaan di alam kubur, dan syafaat.” (Biharul Anwar 6: 222, hadis ke 23)
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa pasti akan datang pada seorang mayit dua malaikat yang menakutkan, suaranya seperti halilintar, pandangan matanya seperti kilat petir yang menyambar. Mereka akan bertanya kepada sang mayit: Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu, dan apa agamamu? Mereka juga akan menanyakan tentang wilayah dan imamah,yakni kepada siapa ia berwilayah dan berimam.
Pertanyaan-pertanyaan itu akan sangat sulit dijawab oleh seorang mayit, dan untuk menjawabnya ia butuh pertolongan. (Al- Al-Bihar 6: 215)
Dua malaikat Munkar dan Nakir menanyakan mayit dalam dua keadaan:
1. Ketika mayit dibaringkan di kubur.
Yang utama saat membaringkan mayit, tangan kanan ditelakkan pada bahu kanan, dan tangan kirinya pada bahu kiri.
2. Sesudah mayit dikuburkan.
Disunnahkan bagi walinya atau keluarga terdekatnya sesudah para pengantar meninggalkan kuburnya, mereka duduk di dekat kepalanya dan mentalqin dengan suara yang agak keras, meletakkan kedua tangannya ke kuburnya, dan mendekatkan mulutnya ke kuburnya. (Al-Faqih 1: 108) Hal ini juga dapat diwakilkan kepada orang lain.
Dalam suatu riwayat dikatakan: Jika talqin itu dibacakan kepada sang mayit, malaikat Munkar dan Nakir berkata : telah selesailah tugas kami, karena telah ditalqinkan padanya hujjahnya (jawabannya). (Al-Faqih 1: 173)
Ketika putera Abu Dzar yaitu Dzar meninggal, Abu Zar duduk di atas kuburnya, kemudian ia mengusapkan tangannya ke kuburnya, lalu ia berkata:
“Semoga Allah menyangimu wahai Dzar. Demi Allah, jika kamu termasuk anak yang berbakti kepadaku, engkau telah dipanggil oleh Tuhanmu dan aku ridha padamu. Demi Allah, aku ridha atas kepergianmu dan ridha kepada Yang Memanggilmu, aku tidak mengharap hajatku kepada selain Allah; kalau sekiranya datang kepadamu hal yang menakutkan, aku bahagia sekiranya Allah menggantikan keadaanmu padaku. Aku sedih kalau engkau memperoleh kesedihan. Demi Allah, aku tidak menangisi kepergianmu, tetapi aku menangisi apa yang akan terjadi padamu. Aduhai apa yang telah kukatakan? Dan apa yang dikatakan padamu? Ya Allah, aku telah memberikan kepadanya hakku yang Kau wajibkan atasnya, maka karuniakan kepadanya hak-Mu yang Kau wajibkan atasnya, dan Engkau lebih berhak dariku untuk mengkaruniakan kedermawanan dan kemuliaan.” (Al-Faqih 1: 185, hadis ke 558)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata : “Jika seorang mukmin dimasukkan ke kuburnya, shalatnya berada di sebelah kanannya, zakatnya di sebelah kirinya, kebajikannya menaunginya, dan kesabarannya di sisinya. Ketika malaikat Munkar dan Nakir datang yang pertanyaannya ditakuti, maka kesabarannya berkata pada shalatnya, zakat dan kebajikannya, akulah yang akan mendampinginya jika kamu tidak mampu mengahapinya.” (Al-Kafi 2: 90, hadis ke 8)
Imam Ja’far Ash-Shadiq dan Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata : “Jika seorang hamba yang mukmin meninggal, maka masuklah bersamannya ke kuburnya enam wujud makhluk. Pada wujud makhluk itu nampaklah kebaikan wajahnya, keindahan keadaannya, keharuman baunya dan kebersihan bentuknya. Satu wujud berdiri di sebelah kanannya, satu wujud lagi berdiri di sebelah kirinya, satu wujud lagi di belakangnya, dan wujud yang lain di depannya, dan wujud yang paling baik berada di atas kepalanya. Ketika wujud keburukan datang dari sebelah kanan, maka wujud yang di sebelah kanan melindunginya dari arah kanan, demikian juga wujud-wujud yang lain menyelamatkan dari enam arah.
Lalu wujud yang paling baik itu berkata kepada yang lain: siapakah kamu, semoga Allah membalas kebaikanmu.
Yang di sebelah kanan menjawab: aku adalah shalat.
Yang di sebelah kiri menjawab: aku adalah zakat.
Yang di depan menjawab: aku adalah puasa.
Yang belakang menjawab: aku adalah haji dan umrah.
Yang di arah kaki menjawab: aku adalah kebajikan dari menyambungkan silaturrahim.
Kemudian wujud-wujud yang lain bertanya kepada wujud yang ada di atas kepalanya: Siapakah kamu? Wajahmu paling baik di antara kami, paling harum baunya, paling indah keadaannya.
Wujud itu menjawab: aku adalah wilayah kepada keluarga Muhammad saw.” (Bihar Anwar 6: 234)
Tentang keutamaan berpuasa di bulan Sya’ban disebutkan dalam suatu riwaya t: “Barangsiapa yang berpuasa sembilan hari di bulan Sya’ban, malaikat Munkar dan Nakir akan bersikap lembut saat bertanya kepadanya.” (Tsawabul A’mal: 87)
Tentang keutamaan menghidupkan malam ke 23 bulan Ramadhan dan shalat seratus rakaat di dalamnya, Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata antara lain : “Melindunginya (orang yang melakukannya) dari ketakutan terhadap Munkar dan Nakir, dan ia akan keluar dari kuburnya dengan cahayanya yang menyinari penghuni kubur.” (Iqbalul A’mal: 214)
Disarikan dari kitab Manazilul Akhirah, Syeikh Abbas Al-Qumi.
Berikut Adalah Soal Pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir Kepada Mayat / Mayit di Alam Kubur (Alam Barzah) :
1. Siapa Tuhanmu?
2. Siapa Nabimu?
3. Apa Agamamu?
4. Siapa Imammu?
5. Dimana Kiblatmu?
6. Siapa Saudaramu?
Berikut Ini Adalah Jawaban Atas Pertanyaan Malaikat Mungkar dan Nakir :
1. Siapa Tuhanmu? Allah SWT
2. Siapa Nabimu? Muhammad SAW
3. Apa Agamamu? Islam
4. Siapa Imammu? Al-Quran
5. Dimana Kiblatmu? Ka’bah
6. Siapa Saudaramu? Muslimin dan Muslimat
C. KISAH PERTANYAAN MALAIKAT MUNKAR DAN NAKIR
1. Kisah pertama
Seorang yang shaleh dari penduduk Kufah berkata: Pada suatu malam aku berada di masjid Jami’ Kufah. Pada malam itu turun hujan, lalu ada rombongan jema’ah mengetuk salah satu pintu masjid, yaitu pintu Muslim bin Aqil. Ternyata mereka membawa janazah, kemudian mereka membawanya masuk, melalui pintu Muslim bin Aqil (as). Salah seorang dari mereka nampak lelah lalu ia tertidur dan bermimpi, dalam mimpinya ia berkata kepada yang lain: Apa yang kita lihat tentangnya, apakah kita bersamanya terkena hisab atau tidak? Kemudian ia membuka wajah sang mayit, dan berkata kepada temannya: Kita akan dikenai hisab, mari kita cepat mengantarkannya sebelum kita terkena azabnya. Lalu ia terbangun dan menceritakan mimpinya kepada teman-temanya.
Orang shaleh itu berkata: kemudian mereka membawa janazah itu melewati kuburan suci, dan aku berkata : Allah-lah yang memiliki mutiara hikmah orang yang berkata : Jika aku mati, kuburkan aku di samping Haidar berdekatan dengannya aku akan termuliakan. Di dekatnya aku tidak takut pada neraka dan tidak takut pada Munkar dan Nakir Tercelalah orang yang berada di tempat perlindungan jika melepaskan tali onta di padang gembala (Irsyadul Qulub: 440) Kisah ini juga dikutip oleh Allamah Al-Majlisi.
2. Kisah kedua
Salah seorang guru besar, seorang peneliti Al-Bahbahani (ra) mengatakan: Aku melihat Aba Abdillah Al-Husein (sa) dalam mimpiku, lalu aku bertanya kepadanya: Ya Sayyidi wa Mawlaya, wahai Junjunganku dan Penghuluku, apakah orang yang dimakamkan di dekatmu ditanyakan oleh malaikat Munkar dan Nakir? Al-Husein (sa) menjawab: Malaikat siapa yang berani bertanya kepadanya (Dar salam 2: 148).
3. Kisah ketiga
Kisah ini dikisahkan oleh Syeikh An-Nuri mengutip dari kitab yang tulis oleh Sayyid Syamsuddin Muhammad bin Badi’ Ar-Ridhawi, salah seorang pemimpin pelayanan kuburan Imam Ar-Ridha (sa). Kisahnya sebagai berikut : Mir Muinuddin Asyraf, seorang pelayan yang baik di kuburan mulia Imam Ar-Ridha (sa), berkata: Aku pernah bermimpi di salah satu kamar di Raudhah ini, aku keluar dari Raudhah untuk memperbaharui wudhu’. Ketika berjalan di dekat kuburan Mir Ali Syir, aku melihat rombongan orang banyak menuju ke halaman kuburan mulia Imam Ar-Ridha (sa), di depan mereka ada seseorang yang wajahnya bercahaya. Ketika mereka sampai di halaman Rawdhah, beliau berkata kepada mereka: keluarkan mayit ini dari kuburan ini, keluarkan orang kotor yang ada di kuburan ini, sambil mengisyaratkan tangannya ke kuburan tertentu.
Ketika mereka hendak mengeluarkannya, aku bertanya kepada salah seorang dari mereka: siapakah pemimpin itu? Ia menjawab: Dia adalah Ali bin Abi Thalib (sa). Ketika kami hendak mengeluarkan mayit dari kuburan tersebut, keluarlah Imam yang kedua belas dari Rawdhah itu. Beliau menghadap kepada Imam Ali bin Thalib (sa). Setelah beliau mengucapkan salam, dan Imam Ali (sa) menjawab salamnya, beliau berkata: Wahai kakekku, aku mohon padamu agar memaafkannya, dan membiarkan ia di sini.
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: Tahukah kamu, dia adalah seorang yang fasik dan durjana, ia peminum khomer.
Beliau berkata: Benar, tapi ia berwasiat sebelum meninggal agar ia dikuburkan di dekatku, Karena itu, aku mohon engkau memaafkannya. Imam Ali (sa) berkata: Aku serahkan padamu kedurjanaannya. Kemudian Ali (sa) pergi.
Lalu aku terbangun ketakutan, dan aku membangun sebagian pelayan kuburan suci Imam Ar-Ridha. Kemudian aku pergi bersamanya ke kuburan tersebut. Ternyata di situ ada kuburan baru, dan aku bertanya kepada temanku tentang penghuninya. Ia berkata: penghuni kuburan baru ini adalah orang Turki, baru dikuburkan kemarin. (Dar Salam 1: 267-268)
Syeikh Abbas Al-Qumi, penulis kitab Manazilul Akhirah dan kitab Mafatihul, mengkisahkan: Kisah mulia dari Al-Hajj Ali Al-Baghdadi pernah berjumpa dengan Imam Mahdi (aj), dan bertanya kepadanya: Benarkah orang yang mengatakan bahwa orang yang berziarah kepada Al-Husein (sa) pada malam Jum’at, ia akan memperoleh keamanan? Beliau menjawab: Demi Allah, itu benar.
Aku (Ali Al-Baghdadi) bertanya lagi: wahai Junjungan kami, kami pernah berziarah kepada Imam Ali Ar-Ridha (sa) pada tahun 1269, lalu kami bertemu di Duruj (salah satu kota di Iran, dekat Burujard) dengan salah seorang arab bagian timur, dari penduduk desa tenggara dari kota Najef Al-Asyraf, lalu kami bertanya kepadanya : Bagaimana wilayah Ali Ar-Ridha (sa)? Ia menjawab: makam Imam Ali Ar-Ridha (as) adalah surga, sampai sekarang aku sudah lima belas hari, aku makan dari harta Junjunganku Ar-Ridha (sa), bagaimana mungkin Malaikat Munkar dan Nakir berani mendekat kepadaku di kuburan ini, sementara darah dan dagingku berasal dari makanan Imam Ar-Ridha (sa) selama aku bertamu kepadanya.
Benarkah bahwa Ali bin Musa Ar-Ridha (sa) dapat menyelamatkan dia dari Munkar dan Nakir? Imam Mahdi (aj) menjawab: Demi Allah, itu benar, sungguh kakekku yang penjaminnya. (An-Najm Ats-Tsaqib oleh Syeikh An-Nuri, jilid 2: 156)
Suka






MALAIKAT NAKIR


Nakir dalam Islam adalah malaikat yang menguji iman orang mati di kuburan mereka, walaupun ada referensi tidak ditemukan dalam Quran.
Banyak Muslim percaya bahwa, setelah kematian, jiwa seseorang melewati panggung bernama Barzakh, di mana ia ada di kuburan (bahkan jika tubuh orang tersebut dihancurkan, jiwa masih akan beristirahat di bumi di dekat tempat mereka kematian).
Pemeriksaan akan dimulai ketika pemakaman selesai dan orang terakhir dari jemaat pemakaman telah melangkah 40 langkah dari kuburan. Nakir dan Munkar menopang jiwa almarhum tegak di kubur dan menanyakan tiga pertanyaan: “Siapa Tuhanmu Siapa Nabimu Apa agamamu?”. Seorang mukmin saleh akan merespon dengan benar, mengatakan bahwa Tuhan mereka adalah Allah, bahwa Muhammad adalah nabi mereka dan bahwa agama mereka adalah Islam. Jika jawaban benar almarhum, waktu yang dihabiskan menunggu kebangkitan yang menyenangkan. Mereka yang tidak menjawab seperti yang dijelaskan di atas dihukum sampai hari penghakiman.
A. WUJUD MALAIKAT NAKIR
Malaikat-malaikat digambarkan memiliki mata hitam solid, memiliki rentang bahu diukur dalam mil, dan membawa palu “begitu besar, bahwa jika semua umat manusia mencoba sekaligus untuk memindahkan mereka inci tunggal, mereka akan gagal”. Ketika mereka berbicara, lidah-lidah api berasal dari mulut mereka. Jika salah satu jawaban pertanyaan mereka salah, ada yang dipukuli setiap hari, selain hari Jumat, sampai Allah memberikan izin untuk pemukulan berhenti.
Muslim percaya bahwa seseorang benar akan menjawab pertanyaan tidak dengan mengingat jawaban sebelum kematian (bandingkan dengan Kitab Mesir Orang Mati) tetapi oleh iman dan perbuatan mereka seperti salat dan syahadat.
B. PERTANYAAN MALAIKAT MUNKAR DAN NAKIR DALAM KUBUR
Dalam kitab Manazilul Akhirah, stasiun-stasiun perjalanan Akhirat, disebutkan bahwa sakratul maut adalah stasiun yang pertama, dan alam kubur adalah stasiun yang kedua. Di alam kubur terdapat tiga terjal yang harus dilalui oleh manusia dalam perjalanannya menuju alam akhirat, yaitu: Kesepian di alam kubur, siksaan dan himpitan kubur, dan ketiga adalah pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Dan ini adalah bagian yang terakhir dari jalan-jalan terjal yang harus dihadapi oleh manusia. Selanjuntnya manusia akan memasuki stasiun yang ketiga yaitu alam Barzakh.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata : “Barangsiapa yang mengingkari tiga hal, ia bukan pengikutku: mi`raj Nabi saw, pertanyaan di alam kubur, dan syafaat.” (Biharul Anwar 6: 222, hadis ke 23)
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa pasti akan datang pada seorang mayit dua malaikat yang menakutkan, suaranya seperti halilintar, pandangan matanya seperti kilat petir yang menyambar. Mereka akan bertanya kepada sang mayit: Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu, dan apa agamamu? Mereka juga akan menanyakan tentang wilayah dan imamah,yakni kepada siapa ia berwilayah dan berimam.
Pertanyaan-pertanyaan itu akan sangat sulit dijawab oleh seorang mayit, dan untuk menjawabnya ia butuh pertolongan. (Al- Al-Bihar 6: 215)
Dua malaikat Munkar dan Nakir menanyakan mayit dalam dua keadaan:
1. Ketika mayit dibaringkan di kubur.
Yang utama saat membaringkan mayit, tangan kanan ditelakkan pada bahu kanan, dan tangan kirinya pada bahu kiri.
2. Sesudah mayit dikuburkan.
Disunnahkan bagi walinya atau keluarga terdekatnya sesudah para pengantar meninggalkan kuburnya, mereka duduk di dekat kepalanya dan mentalqin dengan suara yang agak keras, meletakkan kedua tangannya ke kuburnya, dan mendekatkan mulutnya ke kuburnya. (Al-Faqih 1: 108) Hal ini juga dapat diwakilkan kepada orang lain.
Dalam suatu riwayat dikatakan: Jika talqin itu dibacakan kepada sang mayit, malaikat Munkar dan Nakir berkata : telah selesailah tugas kami, karena telah ditalqinkan padanya hujjahnya (jawabannya). (Al-Faqih 1: 173)
Ketika putera Abu Dzar yaitu Dzar meninggal, Abu Zar duduk di atas kuburnya, kemudian ia mengusapkan tangannya ke kuburnya, lalu ia berkata:
“Semoga Allah menyangimu wahai Dzar. Demi Allah, jika kamu termasuk anak yang berbakti kepadaku, engkau telah dipanggil oleh Tuhanmu dan aku ridha padamu. Demi Allah, aku ridha atas kepergianmu dan ridha kepada Yang Memanggilmu, aku tidak mengharap hajatku kepada selain Allah; kalau sekiranya datang kepadamu hal yang menakutkan, aku bahagia sekiranya Allah menggantikan keadaanmu padaku. Aku sedih kalau engkau memperoleh kesedihan. Demi Allah, aku tidak menangisi kepergianmu, tetapi aku menangisi apa yang akan terjadi padamu. Aduhai apa yang telah kukatakan? Dan apa yang dikatakan padamu? Ya Allah, aku telah memberikan kepadanya hakku yang Kau wajibkan atasnya, maka karuniakan kepadanya hak-Mu yang Kau wajibkan atasnya, dan Engkau lebih berhak dariku untuk mengkaruniakan kedermawanan dan kemuliaan.” (Al-Faqih 1: 185, hadis ke 558)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata : “Jika seorang mukmin dimasukkan ke kuburnya, shalatnya berada di sebelah kanannya, zakatnya di sebelah kirinya, kebajikannya menaunginya, dan kesabarannya di sisinya. Ketika malaikat Munkar dan Nakir datang yang pertanyaannya ditakuti, maka kesabarannya berkata pada shalatnya, zakat dan kebajikannya, akulah yang akan mendampinginya jika kamu tidak mampu mengahapinya.” (Al-Kafi 2: 90, hadis ke 8)
Imam Ja’far Ash-Shadiq dan Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata : “Jika seorang hamba yang mukmin meninggal, maka masuklah bersamannya ke kuburnya enam wujud makhluk. Pada wujud makhluk itu nampaklah kebaikan wajahnya, keindahan keadaannya, keharuman baunya dan kebersihan bentuknya. Satu wujud berdiri di sebelah kanannya, satu wujud lagi berdiri di sebelah kirinya, satu wujud lagi di belakangnya, dan wujud yang lain di depannya, dan wujud yang paling baik berada di atas kepalanya. Ketika wujud keburukan datang dari sebelah kanan, maka wujud yang di sebelah kanan melindunginya dari arah kanan, demikian juga wujud-wujud yang lain menyelamatkan dari enam arah.
Lalu wujud yang paling baik itu berkata kepada yang lain: siapakah kamu, semoga Allah membalas kebaikanmu.
Yang di sebelah kanan menjawab: aku adalah shalat.
Yang di sebelah kiri menjawab: aku adalah zakat.
Yang di depan menjawab: aku adalah puasa.
Yang belakang menjawab: aku adalah haji dan umrah.
Yang di arah kaki menjawab: aku adalah kebajikan dari menyambungkan silaturrahim.
Kemudian wujud-wujud yang lain bertanya kepada wujud yang ada di atas kepalanya: Siapakah kamu? Wajahmu paling baik di antara kami, paling harum baunya, paling indah keadaannya.
Wujud itu menjawab: aku adalah wilayah kepada keluarga Muhammad saw.” (Bihar Anwar 6: 234)
Tentang keutamaan berpuasa di bulan Sya’ban disebutkan dalam suatu riwaya t: “Barangsiapa yang berpuasa sembilan hari di bulan Sya’ban, malaikat Munkar dan Nakir akan bersikap lembut saat bertanya kepadanya.” (Tsawabul A’mal: 87)
Tentang keutamaan menghidupkan malam ke 23 bulan Ramadhan dan shalat seratus rakaat di dalamnya, Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata antara lain : “Melindunginya (orang yang melakukannya) dari ketakutan terhadap Munkar dan Nakir, dan ia akan keluar dari kuburnya dengan cahayanya yang menyinari penghuni kubur.” (Iqbalul A’mal: 214)
Disarikan dari kitab Manazilul Akhirah, Syeikh Abbas Al-Qumi.
Berikut Adalah Soal Pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir Kepada Mayat / Mayit di Alam Kubur (Alam Barzah) :
1. Siapa Tuhanmu?
2. Siapa Nabimu?
3. Apa Agamamu?
4. Siapa Imammu?
5. Dimana Kiblatmu?
6. Siapa Saudaramu?
Berikut Ini Adalah Jawaban Atas Pertanyaan Malaikat Mungkar dan Nakir :
1. Siapa Tuhanmu? Allah SWT
2. Siapa Nabimu? Muhammad SAW
3. Apa Agamamu? Islam
4. Siapa Imammu? Al-Quran
5. Dimana Kiblatmu? Ka’bah
6. Siapa Saudaramu? Muslimin dan Muslimat
C. KISAH PERTANYAAN MALAIKAT MUNKAR DAN NAKIR
1. Kisah pertama
Seorang yang shaleh dari penduduk Kufah berkata: Pada suatu malam aku berada di masjid Jami’ Kufah. Pada malam itu turun hujan, lalu ada rombongan jema’ah mengetuk salah satu pintu masjid, yaitu pintu Muslim bin Aqil. Ternyata mereka membawa janazah, kemudian mereka membawanya masuk, melalui pintu Muslim bin Aqil (as). Salah seorang dari mereka nampak lelah lalu ia tertidur dan bermimpi, dalam mimpinya ia berkata kepada yang lain: Apa yang kita lihat tentangnya, apakah kita bersamanya terkena hisab atau tidak? Kemudian ia membuka wajah sang mayit, dan berkata kepada temannya: Kita akan dikenai hisab, mari kita cepat mengantarkannya sebelum kita terkena azabnya. Lalu ia terbangun dan menceritakan mimpinya kepada teman-temanya.
Orang shaleh itu berkata: kemudian mereka membawa janazah itu melewati kuburan suci, dan aku berkata : Allah-lah yang memiliki mutiara hikmah orang yang berkata : Jika aku mati, kuburkan aku di samping Haidar berdekatan dengannya aku akan termuliakan. Di dekatnya aku tidak takut pada neraka dan tidak takut pada Munkar dan Nakir Tercelalah orang yang berada di tempat perlindungan jika melepaskan tali onta di padang gembala (Irsyadul Qulub: 440) Kisah ini juga dikutip oleh Allamah Al-Majlisi.
2. Kisah kedua
Salah seorang guru besar, seorang peneliti Al-Bahbahani (ra) mengatakan: Aku melihat Aba Abdillah Al-Husein (sa) dalam mimpiku, lalu aku bertanya kepadanya: Ya Sayyidi wa Mawlaya, wahai Junjunganku dan Penghuluku, apakah orang yang dimakamkan di dekatmu ditanyakan oleh malaikat Munkar dan Nakir? Al-Husein (sa) menjawab: Malaikat siapa yang berani bertanya kepadanya (Dar salam 2: 148).
3. Kisah ketiga
Kisah ini dikisahkan oleh Syeikh An-Nuri mengutip dari kitab yang tulis oleh Sayyid Syamsuddin Muhammad bin Badi’ Ar-Ridhawi, salah seorang pemimpin pelayanan kuburan Imam Ar-Ridha (sa). Kisahnya sebagai berikut : Mir Muinuddin Asyraf, seorang pelayan yang baik di kuburan mulia Imam Ar-Ridha (sa), berkata: Aku pernah bermimpi di salah satu kamar di Raudhah ini, aku keluar dari Raudhah untuk memperbaharui wudhu’. Ketika berjalan di dekat kuburan Mir Ali Syir, aku melihat rombongan orang banyak menuju ke halaman kuburan mulia Imam Ar-Ridha (sa), di depan mereka ada seseorang yang wajahnya bercahaya. Ketika mereka sampai di halaman Rawdhah, beliau berkata kepada mereka: keluarkan mayit ini dari kuburan ini, keluarkan orang kotor yang ada di kuburan ini, sambil mengisyaratkan tangannya ke kuburan tertentu.
Ketika mereka hendak mengeluarkannya, aku bertanya kepada salah seorang dari mereka: siapakah pemimpin itu? Ia menjawab: Dia adalah Ali bin Abi Thalib (sa). Ketika kami hendak mengeluarkan mayit dari kuburan tersebut, keluarlah Imam yang kedua belas dari Rawdhah itu. Beliau menghadap kepada Imam Ali bin Thalib (sa). Setelah beliau mengucapkan salam, dan Imam Ali (sa) menjawab salamnya, beliau berkata: Wahai kakekku, aku mohon padamu agar memaafkannya, dan membiarkan ia di sini.
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: Tahukah kamu, dia adalah seorang yang fasik dan durjana, ia peminum khomer.
Beliau berkata: Benar, tapi ia berwasiat sebelum meninggal agar ia dikuburkan di dekatku, Karena itu, aku mohon engkau memaafkannya. Imam Ali (sa) berkata: Aku serahkan padamu kedurjanaannya. Kemudian Ali (sa) pergi.
Lalu aku terbangun ketakutan, dan aku membangun sebagian pelayan kuburan suci Imam Ar-Ridha. Kemudian aku pergi bersamanya ke kuburan tersebut. Ternyata di situ ada kuburan baru, dan aku bertanya kepada temanku tentang penghuninya. Ia berkata: penghuni kuburan baru ini adalah orang Turki, baru dikuburkan kemarin. (Dar Salam 1: 267-268)
Syeikh Abbas Al-Qumi, penulis kitab Manazilul Akhirah dan kitab Mafatihul, mengkisahkan: Kisah mulia dari Al-Hajj Ali Al-Baghdadi pernah berjumpa dengan Imam Mahdi (aj), dan bertanya kepadanya: Benarkah orang yang mengatakan bahwa orang yang berziarah kepada Al-Husein (sa) pada malam Jum’at, ia akan memperoleh keamanan? Beliau menjawab: Demi Allah, itu benar.
Aku (Ali Al-Baghdadi) bertanya lagi: wahai Junjungan kami, kami pernah berziarah kepada Imam Ali Ar-Ridha (sa) pada tahun 1269, lalu kami bertemu di Duruj (salah satu kota di Iran, dekat Burujard) dengan salah seorang arab bagian timur, dari penduduk desa tenggara dari kota Najef Al-Asyraf, lalu kami bertanya kepadanya : Bagaimana wilayah Ali Ar-Ridha (sa)? Ia menjawab: makam Imam Ali Ar-Ridha (as) adalah surga, sampai sekarang aku sudah lima belas hari, aku makan dari harta Junjunganku Ar-Ridha (sa), bagaimana mungkin Malaikat Munkar dan Nakir berani mendekat kepadaku di kuburan ini, sementara darah dan dagingku berasal dari makanan Imam Ar-Ridha (sa) selama aku bertamu kepadanya.
Benarkah bahwa Ali bin Musa Ar-Ridha (sa) dapat menyelamatkan dia dari Munkar dan Nakir? Imam Mahdi (aj) menjawab: Demi Allah, itu benar, sungguh kakekku yang penjaminnya. (An-Najm Ats-Tsaqib oleh Syeikh An-Nuri, jilid 2: 156)






MALAIKAT RIDWAN


A. PENGERTIAN MALAIKAT RIDWAN
Malaikat Ridwan adalah mahluk yang selalu patuh dan setia kepada Allah SWT. Mereka tidak pernah menentang setiap perintah Allah, kapan saja di perintah-Nya. Setiap perintah Allah selalu mereka (Malaikat) kerjakan dengan baik. Diantara Malaikat-Malaikat ada yang disebut Malaikat Muqarrobin ( yaitu Malaikat yang amat dekat hubungannya dengan Allah ). Malaikat tidak pernah durhaka kepada Allah SWT. Oleh karena itu, para Malaikat disebut juga mahluk suci.
Ridwan (Bahasa Arab: رضوان) adalah nama malaikat yang menjaga pintu surga, walaupun tidak ada keterangan di dalam Al Qur’an dan hadits shahih yang menerangkan secara jelas namanya. Terkadang namanya diucapkan sebagai “Rizvan” oleh orang Persia, Urdu, Pashto, Tajik, Punjabi, Kashmir dan bahasa lainnya yang terpengaruh oleh bahasa Persia. Sementara di Perancis disebut sebagai “Redouane”. Sekarang nama ini digunakan sebagai nama maskulin oleh orang Arab atau orang yang beragama Islam. Malaikat Ridwan biasanya bersama dikaitkan bersama Malik.
B. TUGAS MALAIKAT RIDWAN
Malaikat Ridwan , tugasnya adalah menjaga Syurga dengan penampilan yang sangat menyenangkan para penghuni Syurga.
.
C. HADIST TENTANG MALAIKAT RIDWAN
Ada empat hadits yang menyebutkan bahwa nama malaikat penjaga surga adalah Ridwan. Akan tetapi semua hadits tersebut adalah hadits yang sangat lemah dan tidak bisa saling menguatkan. Berikut uraiannya:
1. Hadits Ubai bin Ka’ab
Diriwayatkan oleh Al-Qadhai dalam Musnad Asy-Syihab (1036) dari jalan Mukhallad bin Abdil Wahid dari Ali bin Zaid bin Jud’an dan Atha` bin Abi Maimunah dari Zirr bin Hubaisy dari Ubai secara marfu’, “Tidak ada seorang muslim pun yang membaca Yasin sedang dia berada dalam sakaratul maut, maka tidaklah malaikat maut mencabut nyawanya sampai Ridwan penjaga surga memberinya minuman.”
Di dalam sanadnya ada Ali bin Zaid bin Jud’an yang sudah masyhur sebagai rawi yang lemah. Ditambah lagi dengan adanya Mukhallad bin Abdil Wahid, yang Ibnu Hibban berkata tentangnya -dalam Al-Majruhin (1096), “Mungkarul hadits jiddan (orang yang sangat mungkar haditsnya).”
2. Hadits Abdullah bin Abbas.
Diriwayatkan oleh Abu Asy-Syaikh dalam kitab Ats-Tsawab dan Al-Baihaqi dalam Syuab Al-Iman tentang kisah berhiasnya surga setiap memasuki ramadhan, dan di dalamnya tersebut: “Allah Azza wa Jalla berfirman, “Wahai Ridwan, bukalah pintu-pintu surga.”
Hadits ini datang dari jalan Adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas secara marfu’. Haditsnya lemah karena Adh-Dhahhak tidak mendengar dari Ibnu Abbas.
3. Hadits Abdullah bin Abi Aufa.
Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, “Lalu saya berkata (di dalam surga), “Wahai Ridwan, punya siapa istana ini?”
As-Suyuthi menyatakan dalam Al-Jami’ Al-Kabir -sebagaimana dalam Kunzul Ummal-, “Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Ibnu Asakir dari Abdullah bin Abi Aufa, sedang di dalam sanadnya ada Abdurrahman bin Muhammad Al-Maharibi dan Ammar bin Saif, keduanya sering meriwayatkan hadits-hadits yang mungkar.” Lihat Mizan Al-I’tidal (2/585) dan (3/165)
4. Hadits Anas bin Malik.
Diriwayatkan oleh Al-Uqaili dalam Adh-Dhuafa (1/313) dari jalan Hamzah bin Washil Al-Minqari dari Qatadah dari Anas secara marfu’ dengan lafazh, “Rabbul Izzah -Tabaraka wa Ta’ala- memanggil Ridhwan -dan dia adalah penjaga surga-.”
Al-Uqaili berkata setelahnya, “Hamzah bin Washil Al-Minqari, seorang dari Bashrah, majhul dalam periwayatan dan haditsnya tidak terjaga.”
D. WUJUD MALAIKAT RIDWAN
Wujud para malaikat telah dijabarkan di dalam Al Qur’an ada yang memiliki sayap sebanyak 2, 3 dan 4. surah Faathir 35:1 yang berbunyi : “ Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Faathir 35:1) ”
Wujud malaikat mustahil dapat dilihat dengan mata telanjang, karena mata manusia tercipta dari unsur dasar tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk tidak akan mampu melihat wujud dari malaikat yang asalnya terdiri dari cahaya, hanya Nabi Muhammad SAW yang mampu melihat wujud asli malaikat bahkan sampai dua kali. Yaitu wujud asli malikat Jibril .
Mereka tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika mereka diciptakan. Dalam ajaran Islam, ibadah manusia dan jin lebih disukai oleh Allah dibandingkan ibadah para malaikat, karena manusia dan jin bisa menentukan pilihannya sendiri berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki pilihan lain. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Mereka dapat melintasi alam semesta secepat kilat atau bahkan lebih cepat lagi. Mereka tidak berjenis lelaki atau perempuan dan tidak berkeluarga.
E. KISAH NABI IDRIS MELIHAT SYURGA
Setiap hari Malaikat Izrael dan Nabi Idris beribadah bersama. Suatu kali, sekali lagi Nabi Idris mengajukan permintaan. “Bisakah engkau membawa saya melihat surga dan neraka?”
“Wahai Nabi Allah, lagi-lagi permintaanmu aneh,” kata Izrael.
Setelah Malaikat Izrael memohon izin kepada Allah, dibawanya Nabi Idris ke tempat yang ingin dilihatnya.
“Ya Nabi Allah, mengapa ingin melihat neraka? Bahkan para Malaikat pun takut melihatnya,” kata Izrael.
“Terus terang, saya takut sekali kepada Azab Allah itu. Tapi mudah-mudahan, iman saya menjadi tebal setelah melihatnya,” Nabi Idris menjelaskan alasannya.
Wajah Malaikat Ridwan selalu berseri-seri di hiasi senyum ramah. Siapapun akan senang memandangnya. Sikapnya amat sopan, dengan lemah lembut ia mempersilahkan para penghuni surga untuk memasuki tempat yang mulia itu.
Waktu melihat isi surga, Nabi Idris kembali nyaris pingsan karena terpesona. Semua yang ada di dalamnya begitu indah dan menakjubkan. Nabi Idris terpukau tanpa bisa berkata-kata melihat pemandangan sangat indah di depannya. “Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah…” ucap Nabi Idris beulang-ulang.
Nabi Idris melihat sungai-sungai yang airnya bening seperti kaca. Di pinggir sungai terdapat pohon-pohon yang batangnya terbuat dari emas dan perak. Ada juga istana-istana pualam bagi penghuni surga. Pohon buah-buahan ada disetiap penjuru. Buahnya segar, ranum dan harum.
Waktu berkeliling di sana, Nabi Idris diiringi pelayan surga. Mereka adalah para bidadari yang cantik jelita dan anak-anak muda yang amat tampan wajahnya. Mereka bertingkah laku dan berbicara dengan sopan.
Mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali.”
“Silahkan minum, inilah minuman untuk penghuni surga.” Jawab Izrael. Pelayan surga datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas dan perak. Nabi Idris pun minum air itu dengan nikmat. Dia amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu. “Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah,” Nabi Idris mengucap syukur berulang-ulang.
Setelah puas melihat surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk kembali ke bumi. Tapi ia tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah terpikat keindahan dan kenikmatan surga Allah.
“Saya tidak mau keluar dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti,” kata Nabi Idris.
“Tuan boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti, setelah semua amal ibadah di hisab oleh Allah, baru tuan bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang yang beriman lainnya,” kata Izrael.
“Tapi Allah itu Maha Pengasih, terutama kepada Nabi-Nya. Akhirnya Allah mengkaruniakan sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris menjadi satu-satunya Nabi yang menghuni surga tanpa mengalami kematian. Waktu diangkat ke tempat itu, Nabi Isris berusia 82 tahun.
Firman Allah: “Dan ceritakanlah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi, dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Al-Anbiya:85-86).
Pada saat Nabi Muhammad sedang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj ke langit, beliau bertemu Nabi Idris. “Siapa orang ini? Tanya Nabi Muhammad kepada Jibril yang mendampinginya waktu itu.
“Inilah Idris,” jawab Jibril. Nabi Muhammad mendapat penjelasan Allah tentang Idris dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 85 dan 86, serta Surat Maryam ayat 56 dan 57.






MALAIKAT MALIK

Adalah pemimpin malaikat Zabaniah dan bertugas menjaga gerbang neraka. Dikisahkan, malaikat Malik sangat bengis dan kejam terhadap para penghuni neraka. Namun sebaliknya terhadap para penghuni surga, selalu tersenyum kepada mereka, sangat baik dan ramah.

Malaikat Malik biasanya bersama dikaitkan bersama malaikat Ridwan. Malik dalam Bahasa Arab berarti ‘orang yg empunya’. ‘orang yg memiliki’, ‘tuan’, ‘raja’.
Sedangkan Allah memiliki julukan Malik pula, tepatnya adalah:
Al-Malik = Raja segala Raja
Malik al-Jabar = Raja Yang Mahakuasa
Malik al-Muluk = Penguasa segala Penguasa.

Penggunaan kalimat Malik terhadap pemimpin Zabaniah hampir senada dengan penggunaan Aziz dalam kisah Yusuf, hanya sebagai panggilan kehormatan atas kepemimpinan mereka.

Terdapat 19 penjaga neraka jahanam yang pemimpinya adalah Malik.
Sebagaimana firman Allah tentang Neraka Saqar.
“Tahukah kamu apa Saqor itu? Saqor itu tidak meninggalkan dan membiarkan. (Neraka Saqor) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (Zabaniah). Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan malaikat. (Al-Muddassir : 27-30)

“Malaikat Malik ‘Alaihissalam mematuhi segala perintah Allah seperti dalam firman-Nya tentang permintaan penghuni Neraka kepada Malaikat Malik. Mereka berseru, “Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja”. Dia menjawab, “kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).” (Az-Zukhruf :77)

Wujud Malaikat Malik

Malaikat Malik mempunya tangan dan kaki yang bilangannya sama dengan jumlah ahli neraka. Setiap kaki dan tangan itu bisa berdiri dan duduk, serta dapat membelenggu dan merantai setiap orang yang dikehendakinya. Menurut kisah, karena Malik memiliki wujudnya yang sangat menyeramkan, ketika Malik melihat kearah Neraka maka sebagian api memakan api yang lain karena rasa takutnya kepada Malik.

Dikatakan pula bahwa ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam naik ke Sidrat al-Muntaha, ia bertemu dengan Malik yang kemudian menunjukkan pandangan sekilas tentang penderitaan di Neraka. Sejak saat itu pula Malaikat Malik tidak pernah tersenyum. Memiliki tubuh yang sangat besar, wajahnya menampakkan kemarahan, terlihat amat menakutkan, sangat kejam, tidak kenal kompromi, di antara kedua matanya terdapat pusat syaraf yang seandainya ia menatap bumi pasti orang-orang yang ada didalamnya mati tiada tersisa.

Kisah Malaikat Malik Dengan Neraka

Mansur bin Amar berkata: Telah sampai kepadaku riwayat bahwa malaikat Malik ditugaskan menjaga api neraka itu memiliki tangan yang banyak sekali sebanyak jumlah penghuni neraka, setiap kali malaikat Malik menyiksa ada tangan yang mendirikan dan mendudukkan dan mengikat penghuni neraka dengan rantai. Kalau malaikat Malik memandang ke neraka maka penghuni neraka akan memakan sesama mereka karena takutnya mereka kepada malaikat Malik.

Huruf “Al-Basmalah” itu ada sembilan belas dan huruf pada “Az-Zabaniyah” itu juga ada sembilan belas. Mereka dinamakan demikian itu (Zabaniyah) karena mereka itu bisa bekerja dengan kaki mereka seperti mereka bekerja dengan tangan mereka. Satu malaikat Zabaniyah bisa mengambil 10.000 orang kafir dengan satu tangan begitu juga dengan tangan yang satu lagi, 10.000 dengan salah satu kakinya yang dua. Malaikat Zabaniyah bisa menyiksa 40.000 orang kafir serentak dengan kekuatan dan kedahsyatan.

Malaikat Malik adalah penjaga neraka dan yang 18 juga sepertinya, mereka adalah pemimpin malaikat dan di bawah tiap-tiap pemimpin itu ada penjaganya yang mana jumlahnya hanya Allah yang tahu. Mata mereka laksana kilat yang menyambar, gigi mereka seperti putihnya tanduk sapi, bibir mereka menyentuh tapak kaki, mulut mereka mengeluarkan api. Antara dua bahu segala malaikat jauh perjalanan selama setahun.

Allah telah menciptakan mereka tanpa ada sedikitpun rasa kasih sayang dan salah satu malaikat turun ke dalam lautan api selama 40 tahun, tetapi api tidak langsung membahayakan mereka karena cahaya itu lebih kuat dari api yang panas.
Malaikat Malik berkata: “Lemparkanlah mereka ke dalam neraka!”.
Ketika malaikat Zabaniyah melemparkan orang-orang yang berbuat dosa ke dalam neraka, maka mereka semua berkata: “Laa ilaha illallah!”
Api tidak dapat membakar mereka, malaikat Malik berkata: “Wahai api, tidakkah kamu membakar mereka?”
Api berkata: “Wahai Malik, bagaimana aku ingin membakar mereka sedangkan mereka menyebut” Laa ilaha illallah! “
Malaikat malik berkata: “Ya, begitulah Allah, tuhan pemilik Arasy yang agung telah memerintahkan.”
Kemudian api pun membakar tubuh mereka sampai kedua telapak kakinya, ada yang dibakar sampai ke lututnya, ada yang dibakar sampai pusarnya dan ada sampai ke tengkoraknya. Bila api hendak membakar muka mereka maka malaikat Malik berkata kepada api: “Wahai api, janganlah kamu bakar muka mereka karena mereka pernah sujud kepada Allah dan janganlah kamu bakar hati mereka karena mereka pernah berdahaga dari beratnya puasa dalam bulan Ramadhan.”






Review :
https://web.facebook.com/siti.munafaroh.7?fref=photo

0 comments:

Post a Comment